|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tugas seorang pewarta hanya menyampaikan warta [berita]. Kita adalah pewarta-Nya, oleh karena itu jangan mencuri kemuliaan-Nya dengan kesombongan dan keberhasilan kita sebagai pewarta. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kita Hanya Pewarta |
|
Kita Hanya Pewarta |
|
Sabtu, 31 Oktober 2015 | Tema: Menjangkau Yang Terhilang |
|
|
|
|
|
Kita Hanya Pewarta |
|
Kisah Para Rasul 8:1b-8 |
|
|
|
|
|
|
Film “Up Close And Personal” mengambarkan tokoh utamanya sebagai seorang reporter berita TV yang mati saat berjuang mencari berita di medan perang. Setelah kematiannya, dia dikenang karena ucapannya, “Saya dulu berpikir bahwa melaporkan berita adalah suatu kebanggaan. Ternyata, saya di sini hanya untuk mengabarkan berita.”
Dalam Kisah Para Rasul 8, dikisahkan orang Kristiani di Yerusalem tersebar hingga ke berbagai negeri untuk menghindari hukuman mati. Mereka mewartakan Injil ke mana pun mereka pergi [ayat 4]. Saulus, salah satu penganiaya mereka, justru bertobat dan menjadi rasul. Menjelang akhir hidupnya, Saulus yang kemudian berubah nama menjadi Paulus, memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, meski dia tahu di sana dia akan dihukum mati. Namun Paulus tak merasa gentar dan mengatakan bahwa tujuannya adalah “untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” [KPR 20:24].
Allah masih memanggil kita untuk mengabarkan kabar baik tentang Yesus kepada mereka yang belum mengenal Dia. Dalam bukunya yang berjudul The Co...selengkapnya » |
Film “Up Close And Personal” mengambarkan tokoh utamanya sebagai seorang reporter berita TV yang mati saat berjuang mencari berita di medan perang. Setelah kematiannya, dia dikenang karena ucapannya, “Saya dulu berpikir bahwa melaporkan berita adalah suatu kebanggaan. Ternyata, saya di sini hanya untuk mengabarkan berita.”
Dalam Kisah Para Rasul 8, dikisahkan orang Kristiani di Yerusalem tersebar hingga ke berbagai negeri untuk menghindari hukuman mati. Mereka mewartakan Injil ke mana pun mereka pergi [ayat 4]. Saulus, salah satu penganiaya mereka, justru bertobat dan menjadi rasul. Menjelang akhir hidupnya, Saulus yang kemudian berubah nama menjadi Paulus, memutuskan untuk pergi ke Yerusalem, meski dia tahu di sana dia akan dihukum mati. Namun Paulus tak merasa gentar dan mengatakan bahwa tujuannya adalah “untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah” [KPR 20:24].
Allah masih memanggil kita untuk mengabarkan kabar baik tentang Yesus kepada mereka yang belum mengenal Dia. Dalam bukunya yang berjudul The Conversion of the Church [Perubahan Gereja], Samuel Shoemaker menulis, “Jiwa manusia yang lapar adalah suatu permintaan. Dan pemenuhannya adalah kasih karunia Allah. Kita hanyalah penyalur.”
Seringkali kita berpikir bahwa memberitakan Injil adalah untuk kebanggaan kita. Maksudnya adalah saat kita sudah mewartakan “berita keselamatan”, atau saat ada jiwa yang dimenangkan oleh karena pewartaan kita, jangan itu menjadi kesombongan bagi kita. Kita hanya pewarta. Misi seorang pewarta hanya bertugas untuk menyampaikan sebuah warta [berita]. Di saat kita bertindak sebagai pewarta, kita tidak bekerja sendiri atau hanya mengandalkan kekuatan manusia. Allah turut bekerja di dalam kita [Filipi 2:13]. Dia bekerja untuk memampukan kita menjadi pewarta-Nya. Roh Kudus akan berkarya untuk mengubahkan hati setiap orang yang telah mendengar pewartaan kita. Kesaksian kita bagi Kristus hendaklah dilakukan dengan kasih dan kerendahan hati, serta didorong oleh hasrat bagi kemuliaan Dia, bukan bagi kita. Kita hanyalah pewarta. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|