|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Renungkan sepenggal kata pujian yang diambil diambil dari Mazmur 133:1, ‘sungguh alangkah baiknya, sungguh alangkah indahnya bila saudara semua hidup rukun bersama...’
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Komunitas Sehati Sepikir |
|
Komunitas Sehati Sepikir |
|
Senin, 28 Juli 2014 | Tema: The Testament Community |
|
|
|
|
|
Komunitas Sehati Sepikir |
|
Filipi 2:1-11 |
|
|
|
|
|
|
“Ben, setujukah kamu dengan anggapan umum bahwa semua gereja mempunyai masalah?” tanya Sambey kepada Benay. Sambil mengunyah mendoan kesukaannya, Benay menjawab, “Aku setuju! Memang kenyataannya begitu kok.” Sambey menganguk-anggukkan kepala, pertanda ia juga menyetujui jawaban sahabatnya itu. “Tapi aku pikir kenyataan itu tidak boleh diterima secara pasif.” ungkap Sambey lebih lanjut. “Maksudnya apa?” tanya Benay ingin mendapat penjelasan. Sambey menjelaskan bahwa semua gereja mempunyai masalah adalah kenyataan, tetapi kenyataan itu tidak boleh membuat gereja menyerah. Sebaliknya kenyataan itu justru harus membuat gereja “bergerak”, bergumul dan berjuang sesuai yang dikehendaki Tuhan. Menurut Sambey, kesehatian jemaat mutlak diperlukan agar gereja tidak kalah dengan masalah yang dihadapinya. “Lha, bagaimana kalau justru masalahnya tidak adanya kesehatian dalam jemaat?” tanya Benay dengan mulut penuh mendoan. “Wah, repot itu, Ben! Itu yang harus diatasi lebih dahulu. Perlu digumulkan bagaimana mewujudkan gereja sebagai komunitas sehati-sepikir.” jawab Sambey.
Rasul Paulus menghendaki adanya kesehati-sepikiran dalam jemaat yang terwujud dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Kesehati-sepikiran itu mengisyaratkan jemaat yang kompak, yang tidak terpecah-belah. Jemaa...selengkapnya » |
“Ben, setujukah kamu dengan anggapan umum bahwa semua gereja mempunyai masalah?” tanya Sambey kepada Benay. Sambil mengunyah mendoan kesukaannya, Benay menjawab, “Aku setuju! Memang kenyataannya begitu kok.” Sambey menganguk-anggukkan kepala, pertanda ia juga menyetujui jawaban sahabatnya itu. “Tapi aku pikir kenyataan itu tidak boleh diterima secara pasif.” ungkap Sambey lebih lanjut. “Maksudnya apa?” tanya Benay ingin mendapat penjelasan. Sambey menjelaskan bahwa semua gereja mempunyai masalah adalah kenyataan, tetapi kenyataan itu tidak boleh membuat gereja menyerah. Sebaliknya kenyataan itu justru harus membuat gereja “bergerak”, bergumul dan berjuang sesuai yang dikehendaki Tuhan. Menurut Sambey, kesehatian jemaat mutlak diperlukan agar gereja tidak kalah dengan masalah yang dihadapinya. “Lha, bagaimana kalau justru masalahnya tidak adanya kesehatian dalam jemaat?” tanya Benay dengan mulut penuh mendoan. “Wah, repot itu, Ben! Itu yang harus diatasi lebih dahulu. Perlu digumulkan bagaimana mewujudkan gereja sebagai komunitas sehati-sepikir.” jawab Sambey.
Rasul Paulus menghendaki adanya kesehati-sepikiran dalam jemaat yang terwujud dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Kesehati-sepikiran itu mengisyaratkan jemaat yang kompak, yang tidak terpecah-belah. Jemaat yang saling mengasihi satu sama lain. Jemaat yang mempunyai perasaan sebagai satu keluarga, yaitu sebagai saudara-saudari di dalam Tuhan. Jemaat yang mempunyai kesatuan tujuan untuk kemuliaan Tuhan. Kondisi kesatuan itu akan sukar diwujudkan jika sikap mementingkan diri dan mencari kehormatan pribadi ada dalam jemaat. Itulah sebabnya Rasul Paulus mendorong jemaat untuk bersedia merendahkan diri sama seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus. Sikap merendahkan diri itu ditampakkan dengan memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, di samping memperhatikan kepentingan pribadi. Dengan demikian kesehati-sepikiran dalam jemaat dapat diwujudkan.
Jemaat yang terkasih. Marilah kita waspada dengan kepentingan pribadi kita. Tidak setiap kepentingan pribadi salah. Tetapi ketika kepentingan pribadi itu begitu menonjol dan menguasai diri kita, itu akan menjadikan kita pribadi yang tak pernah puas dengan pujian, terus mengejar kepopuleran, dan tak sudi menerima nasihat, apalagi kritik dari orang lain. Dan ini akan menjadi kendala untuk mewujudkan komunitas sehati-sepikir sebagaimana dikehendaki Tuhan. Oleh sebab itu marilah kita merendahkan diri dengan bersedia memperhatikan kepentingan orang lain untuk tujuan kita bersama sebagai jemaat Tuhan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|