|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Ukuran sukses kita adalah menjadi serupa dengan Kristus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kualitas Hidup |
|
Kualitas Hidup |
|
Jumat, 02 September 2016 | Tema: Jemaat Yang Tersusun Rapi |
|
|
|
|
|
Kualitas Hidup |
|
Markus 8:34; Yohanes 6:66-67 |
|
|
|
|
|
|
Ada banyak ukuran yang digunakan manusia untuk mengukur kesuksesan. Ukuran umum yang sering digunakan adalah harta yang dimiliki, jabatan, gelar, nilai, dsb. Seseorang yang memiliki mobil Lamborgini dianggap sukses. Seseorang yang menjadi profesor atau menjadi direktur dianggap sukses. Bahkan seseorang yang mampu membeli apa yang diinginkan dianggap sukses. Bagaimana dengan seorang yang berprofesi sebagai tukang becak, pekerja pabrik, dan yang hidup sederhana, apakah tidak tergolong sebagai orang yang sukses?
Ukuran sukses menurut manusia seringkali berhubungan dengan apa yang kasat mata. Lebih bersifat materi. Tentunya ini jauh berbeda dengan sukses menurut Alkitab. Tapi sayangnya gereja seringkali terjebak pada ukuran tersebut. Coba lihat, gereja dengan jumlah jemaat ribuan dan memiliki gedung gereja yang megah [megachurch] dipandang lebih sukses daripada gereja yang jumlah jemaatnya hanya puluhan atau ratusan. Gereja yang memiliki dana yang besar dan fasilitas lengkap dinilai lebih berhasil daripada gereja yang sederhana. Gereja dengan ibadah yang ‘gebyar’ lebih berkenan di hati Tuhan daripada gereja dengan ...selengkapnya » |
Ada banyak ukuran yang digunakan manusia untuk mengukur kesuksesan. Ukuran umum yang sering digunakan adalah harta yang dimiliki, jabatan, gelar, nilai, dsb. Seseorang yang memiliki mobil Lamborgini dianggap sukses. Seseorang yang menjadi profesor atau menjadi direktur dianggap sukses. Bahkan seseorang yang mampu membeli apa yang diinginkan dianggap sukses. Bagaimana dengan seorang yang berprofesi sebagai tukang becak, pekerja pabrik, dan yang hidup sederhana, apakah tidak tergolong sebagai orang yang sukses?
Ukuran sukses menurut manusia seringkali berhubungan dengan apa yang kasat mata. Lebih bersifat materi. Tentunya ini jauh berbeda dengan sukses menurut Alkitab. Tapi sayangnya gereja seringkali terjebak pada ukuran tersebut. Coba lihat, gereja dengan jumlah jemaat ribuan dan memiliki gedung gereja yang megah [megachurch] dipandang lebih sukses daripada gereja yang jumlah jemaatnya hanya puluhan atau ratusan. Gereja yang memiliki dana yang besar dan fasilitas lengkap dinilai lebih berhasil daripada gereja yang sederhana. Gereja dengan ibadah yang ‘gebyar’ lebih berkenan di hati Tuhan daripada gereja dengan ibadah yang ‘biasa-biasa’ saja.
Untuk melihat ukuran sukses yang sebenarnya harus didasarkan apa yang menjadi fokus perhatian Tuhan Yesus ketika Ia memanggil murid-murid-Nya. Dia menegaskan kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” Yang menjadi perhatian Tuhan Yesus ketika memuridkan adalah kualitas hidup para murid. Bagaimana sifat dan karakter Sang Guru ataupun nilai-nilai Kerajaan Allah bisa ‘diturunkan’ kepada para murid. Ini berbicara kualitas, bukan sekedar apa yang kelihatan. Bahkan ketika banyak murid-murid tergoncang oleh perkataan-Nya dan mengundurkan diri, Tuhan Yesus justru menantang ke-12 murid, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Ini mengindikasikan bahwa fokus Tuhan Yesus bukan ‘mencari’ sebanyak mungkin pengikut, tetapi ‘membentuk’ murid. Lagi-lagi kualitas yang menjadi fokus Yesus.
Jemaat yang terkasih, ukuran sukses kita sebagai murid Kristus adalah menjadi serupa dengan Kristus [Roma 8:29]. Itu berbicara tentang sifat dan karakter Kristus [nilai-nilai Kerajaan Allah] tampil dan mewarnai hidup kita. Ketika kita dijahati, bisakah kita mengampuni dan memberkati. ketika kita dipersalahkan dan dipojokkan, mampukah kita tidak emosi dan menjawab dengan lembut. Ketika kita difitnah, sanggupkah kita mengasihi dan menyapa dengan senyuman. Ketika kita dihina dan tidak dihargai, bersediakan kita tetap menaruh hormat. Ketika kebenaran diputarbalikkan, beranikah kita menyuarakannya apapun resikonya. Ketika keadilan diperkosa, beranikah kita menegakkannya. Ingatlah, kesuksesan bukan dinilai dari yang kelihatan, tetapi dari kualitas hidup kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|