|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Banggalah bukan karena sebuah status, tetapi banggalah karena tindakan-tindakan kita yang memberkati sesama.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Lebih Dari Sekedar Kebanggaan |
|
Lebih Dari Sekedar Kebanggaan |
|
Selasa, 16 Juni 2015 | Tema: Umat Yang Cemerlang |
|
|
|
|
|
Lebih Dari Sekedar Kebanggaan |
|
Yeremia 7:3-7 |
|
|
|
|
|
|
“Bagaimana Ben acara retreat kemarin?” tanya Sambey yang tidak bisa ikut retreat pemuda antar gereja karena merawat ibunya yang sedang sakit di kampung. “Wah, acaranya keren banget, Sam. Sayang kamu tidak ikut”, kata Benay. “Pembicaranya tidak ada yang hamba Tuhan lokal, Sam. Semuanya hamba Tuhan interlokal”, kata Benay lebih lanjut. “Wow, hamba Tuhan interlokal? Kayak telepon saja”, komentar Sambey sambil nyengir. “Maksudku pembicara top markotop yang sudah terkenal di mana-mana”, jelas Benay.
Disebutkanlah sederet nama pendeta-pendeta ternama yang sudah tidak asing lagi di dunia panggung kerohanian. “Lebih hebatnya lagi, kita tidak saja dipuaskan secara rohani tetapi juga jasmani”, kata Benay. Benay menyebutkan berbagai menu makan dan snack yang lezat-lezat. Sambey hampir dibuat ngiler mendengarnya. “Lalu dampak apa yang kamu dapat dari retreat itu?” tanya Sambey. “Ya banyak Sam. Yang jelas aku semakin bangga sebagai orang Kristen! Para pembicara menekankan bahwa kita ini umat yang lebih dari pemenang! Umat yang dikasihi Tuhan! Bahkan ada yang berkata jika dunia resesi, kita rekreasi! Wah, berkatnya keren pokoknya”, jelas Benay. Sambey termangu mendengarkan penjelasan Benay. Dalam benaknya terbersit kegundahan. Jika sekedar ba...selengkapnya » |
“Bagaimana Ben acara retreat kemarin?” tanya Sambey yang tidak bisa ikut retreat pemuda antar gereja karena merawat ibunya yang sedang sakit di kampung. “Wah, acaranya keren banget, Sam. Sayang kamu tidak ikut”, kata Benay. “Pembicaranya tidak ada yang hamba Tuhan lokal, Sam. Semuanya hamba Tuhan interlokal”, kata Benay lebih lanjut. “Wow, hamba Tuhan interlokal? Kayak telepon saja”, komentar Sambey sambil nyengir. “Maksudku pembicara top markotop yang sudah terkenal di mana-mana”, jelas Benay.
Disebutkanlah sederet nama pendeta-pendeta ternama yang sudah tidak asing lagi di dunia panggung kerohanian. “Lebih hebatnya lagi, kita tidak saja dipuaskan secara rohani tetapi juga jasmani”, kata Benay. Benay menyebutkan berbagai menu makan dan snack yang lezat-lezat. Sambey hampir dibuat ngiler mendengarnya. “Lalu dampak apa yang kamu dapat dari retreat itu?” tanya Sambey. “Ya banyak Sam. Yang jelas aku semakin bangga sebagai orang Kristen! Para pembicara menekankan bahwa kita ini umat yang lebih dari pemenang! Umat yang dikasihi Tuhan! Bahkan ada yang berkata jika dunia resesi, kita rekreasi! Wah, berkatnya keren pokoknya”, jelas Benay. Sambey termangu mendengarkan penjelasan Benay. Dalam benaknya terbersit kegundahan. Jika sekedar bangga apakah gunanya? Jangan-jangan banyak orang Kristen yang narsis, tetapi hidupnya tidak memberi dampak yang baik bagi orang lain.
Jemaat yang terkasih. Betapa bangganya orang Israel yang mengenali dirinya sebagai umat pilihan Tuhan yang dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Mereka bangga mempunyai Bait Suci di Yerusalem yang menjadi tempat ibadah kepada Tuhan. Bait Suci yang mereka percayai sebagai rumah Tuhan di mana Dia berkenan hadir di tengah-tengah umat-Nya. Tetapi di mata Tuhan kebanggaan saja tidaklah memadai. Apakah artinya kebanggaan sebagai umat pilihan Tuhan? Apakah maknanya kebanggaan mempunyai Bait Suci? Jika kebanggaan itu disertai perbuatan yang menistakan Tuhan. Tuhan berfirman bahwa Dia akan sungguh-sungguh hadir menyertai umat-Nya hanya jika mereka memperbaiki tingkah laku dan perbuatannya. Yaitu dengan melakukan keadilan, tidak menindas orang lain, dan tidak menyembah allah lain [ayat 5-7]. Sungguh! Kebanggaan harus diikuti dengan perbuatan yang menjadi berkat bagi orang lain.
Jemaat yang terkasih. Banyak atribut-atribut indah yang Tuhan berikan kepada kita. Kita disebut-Nya sebagai bangsa yang kudus, umat pilihan Allah. Kita disebutnya sebagai biji mata Tuhan. Kita disebutnya sebagai umat yang lebih dari pemenang, dan lain-lain. Marilah kita tidak sekedar bangga dengan semuanya itu. Jangan menjadi umat yang narsis, yang justru dibenci oleh Tuhan. Melainkan marilah kita buktikan anugrah keistimewaan yang Tuhan berikan dengan perbuatan-perbuatan kita yang selalu menjadi berkat bagi orang lain. Terutama kepada mereka yang miskin dan menderita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|