|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar dan mencurinya.” |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Limpah Jadi Tamak, Kurang Jadi Kuatir |
|
Limpah Jadi Tamak, Kurang Jadi Kuatir |
|
Senin, 25 Januari 2016 | Tema: KerajaanMu Datanglah |
|
|
|
|
|
Limpah Jadi Tamak, Kurang Jadi Kuatir |
|
Lukas 12:13-34 |
|
|
|
|
|
|
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh si tambun Benay. “Wah, aku tidak kuat. Perutku memberikan sinyal minta diisi lagi”, kata Benay. “Lho, bukannya kamu sudah makan seabreg 10 menit lalu?” tanya Sambey. “Ya bagaimana lagi Sam. Ini saatnya balas dendam”, jawab Benay, “Lha wong selama 3 hari 3 malam tak sebutir nasi pun dan tak setetes air pun masuk dalam perutku.” “Lha, kok bisa begitu? Apa kamu lagi dilanda krisis ekonomi kok sampai tidak makan?” tanya Sambey lagi. “Lho apa kamu tidak tahu. Tiga hari yang lalu aku ikut program doa puasa gereja yang diadakan di lereng gunung Merapi”, kata Benay. “Wah hebat! Si jago makan berani ikut doa puasa model Ester”, kata Sambey, “Ngomong-ngomong di sana kamu sempat ketemu Mak Lampir atau tidak?” “Mak Lampir gundulmu Sam”, jawab Benay, “Yang jelas aku ketemu kekuatiran Sam. Aku kuatir kekurangan gizi karena tidak ada makanan yang masuk di kerongkonganku selama 3 hari.” “Ben, lihat perutmu yang kayak gentong itu. Tabungan gizimu itu melimpah ruah. Kurang sedikit saja kok kuatir. Sekarang malah balas dendam menimbun kalori sebanyak-banyaknya. Hati-hati Ben, jangan tamak!”, kata Sambey. “Iya...iya... aku tidak jadi makan. Kata-katamu memudarkan selera makanku”, kata Benay sambil mengembalikan piring yang hendak diisinya dengan nasi...selengkapnya » |
Keringat dingin membasahi sekujur tubuh si tambun Benay. “Wah, aku tidak kuat. Perutku memberikan sinyal minta diisi lagi”, kata Benay. “Lho, bukannya kamu sudah makan seabreg 10 menit lalu?” tanya Sambey. “Ya bagaimana lagi Sam. Ini saatnya balas dendam”, jawab Benay, “Lha wong selama 3 hari 3 malam tak sebutir nasi pun dan tak setetes air pun masuk dalam perutku.” “Lha, kok bisa begitu? Apa kamu lagi dilanda krisis ekonomi kok sampai tidak makan?” tanya Sambey lagi. “Lho apa kamu tidak tahu. Tiga hari yang lalu aku ikut program doa puasa gereja yang diadakan di lereng gunung Merapi”, kata Benay. “Wah hebat! Si jago makan berani ikut doa puasa model Ester”, kata Sambey, “Ngomong-ngomong di sana kamu sempat ketemu Mak Lampir atau tidak?” “Mak Lampir gundulmu Sam”, jawab Benay, “Yang jelas aku ketemu kekuatiran Sam. Aku kuatir kekurangan gizi karena tidak ada makanan yang masuk di kerongkonganku selama 3 hari.” “Ben, lihat perutmu yang kayak gentong itu. Tabungan gizimu itu melimpah ruah. Kurang sedikit saja kok kuatir. Sekarang malah balas dendam menimbun kalori sebanyak-banyaknya. Hati-hati Ben, jangan tamak!”, kata Sambey. “Iya...iya... aku tidak jadi makan. Kata-katamu memudarkan selera makanku”, kata Benay sambil mengembalikan piring yang hendak diisinya dengan nasi.
Jemaat yang terkasih, sudah menjadi hal umum jika kelimpahan materi bisa membuat orang menjadi tamak, dan kekurangan bisa membuat orang dilanda kekuatiran. Dua hal ini bukanlah tanda hadirnya kerajaan Allah, melainkan tanda hadirnya kerajaan Mamon. Ya! Orang yang hidup dalam kerajaan Mamon menjadikan uang atau kekayaan sebagai ukuran hidupnya. Baik itu ukuran kesuksesan, kebahagiaan, harga diri, dan semacamnya. Maka hasilnya selalu adalah ketamakan dan kekuatiran. Seperti orang kaya yang tamak, yang memilih sibuk memperbesar lumbung-lumbungnya karena panen yang luar biasa sehingga lupa untuk bersedekah. Ia menggantungkan kesejahteraan jiwanya pada kekayaannya yang melimpah. Padahal ketika jiwanya diambil Tuhan, kekayaannya itu tidak dapat menolongnya dan ia tidak mempunyai “tabungan” di sorga. Sebaliknya orang-orang yang miskin terus dihajar oleh kekuatiran akan jaminan sandang-pangannya. Kekuatiran yang membuat mereka lupa bahwa mereka pemilik kerajaan Allah [ayat 32]. Tuhan mau umat-Nya menjadikan kerajaan Allah sebagai pusat hidup mereka sehingga tercipta semangat berbagi. Yang kaya tidak tamak dan yang miskin tidak kuatir [ayat 33-34].
Jemaat yang terkasih, menciptakan semangat berbagi sebagai wujud kehadiran kerajaan Allah dalam hidup kita bukanlah tindakan yang mudah. Mengingat kekuasaan kekayaan telah merasuk dalam sendi-sendi kehidupan kita. Ketamakan di satu sisi dan kekuatiran di sisi lain mudah kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, sebagai warga kerajaan Allah, marilah kita belajar dalam pimpinan Roh Kudus untuk menjadi orang yang mampu peduli dan bersedekah sehingga ketamakan dan kekuatiran dapat kita lawan. Selamat menjalani hidup sebagai warga kerajaan Allah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|