|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sadarkah bahwa segala yang terjadi atas hidup kita itu semata-mata karena kasih dan kemurahan Tuhan? Kalau ya! Itu artinya kita selayaknya untuk selalu ingat untuk bersyukur dan memuliakan Tuhan dalam hidup kita.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Melupakan Kebaikan Tuhan |
|
Melupakan Kebaikan Tuhan |
|
Sabtu, 28 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Melupakan Kebaikan Tuhan |
|
Lukas 17:11-19 |
|
|
|
|
|
|
Dunia adalah panggung sandiwara. Ungkapan sebuah lagu yang pernah dinyanyikan pada tahun ± 80an. Manusia merupakan makhluk yang sangat pandai berpura-pura, tergantung pada apa yang ia inginkan. Berpura-pura tidak jauh beda dengan suatu permainan sandiwara. Misalnya, ada orang yang pura-pura miskin padahal ia kaya, dan sebaliknya miskin pura-pura kaya. Pura-pura bodoh, padahal pintar. Pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu dan seterusnya. Pada saat kapan ia harus pura-pura tergantung pada situasi yang di hadapinya.
Sebagai contoh, seorang bapak yang mencari pekerjaan, ia datang kepada seorang tuan. Ia memohon dengan sangat agar diberi pekerjaan karena harus menanggung kebutuhan keluarganya. Bapak tersebut akhirnya diterima sebagai tukang kebun. Suatu hari tuan tersebut bersama keluarganya bepergian keluar kota, maka tuan itu meminta bapak tersebut untuk menjaga rumahnya. Namun apa yang terjadi? Bapak tersebut bukan menjaga rumah tuannya, sebaliknya malah menguras isi rumah itu. Bukan rasa terima kasih yang diberikan kepada sang tuan karena pertolongan yang diberikan kepadanya, tetapi malah sebaliknya, mengambil harta benda milik tuannya lalu kabur. “Air susu dibalas air ...selengkapnya » |
Dunia adalah panggung sandiwara. Ungkapan sebuah lagu yang pernah dinyanyikan pada tahun ± 80an. Manusia merupakan makhluk yang sangat pandai berpura-pura, tergantung pada apa yang ia inginkan. Berpura-pura tidak jauh beda dengan suatu permainan sandiwara. Misalnya, ada orang yang pura-pura miskin padahal ia kaya, dan sebaliknya miskin pura-pura kaya. Pura-pura bodoh, padahal pintar. Pura-pura tidak tahu, padahal ia tahu dan seterusnya. Pada saat kapan ia harus pura-pura tergantung pada situasi yang di hadapinya.
Sebagai contoh, seorang bapak yang mencari pekerjaan, ia datang kepada seorang tuan. Ia memohon dengan sangat agar diberi pekerjaan karena harus menanggung kebutuhan keluarganya. Bapak tersebut akhirnya diterima sebagai tukang kebun. Suatu hari tuan tersebut bersama keluarganya bepergian keluar kota, maka tuan itu meminta bapak tersebut untuk menjaga rumahnya. Namun apa yang terjadi? Bapak tersebut bukan menjaga rumah tuannya, sebaliknya malah menguras isi rumah itu. Bukan rasa terima kasih yang diberikan kepada sang tuan karena pertolongan yang diberikan kepadanya, tetapi malah sebaliknya, mengambil harta benda milik tuannya lalu kabur. “Air susu dibalas air selokan “.
Peran sandiwara itu kadang-kadang juga dilakukan oleh orang Kristen di hadapan Tuhan. Manusia biasanya ingat kepada Tuhan pada saat-saat ia mengalami kesulitan, musibah, masalah, ataupun persoalan. Kesulitan atau masalah itu membuat mausia merendahkan diri, berbicara, memohon pertolongan kepada Tuhan agar Tuhan campur tangan. Tetapi setelah semuanya beres, doa-doanya sudah tidak terdengar lagi. Bukankah hal-hal itu menandakan bahwa manusia sering bermain sandiwara di hadapan Tuhan?
Firman Tuhan yang kita baca bercerita tentang sepuluh orang kusta yang ditahirkan oleh Tuhan Yesus, tapi hanya seorang saja yang datang berterimakasih, bersyukur dan memuliakan Allah [ayat 15-17]. Di mana sembilan orang yang juga telah sembuh itu? Firman Tuhan ini menggambarkan keadaan manusia yang mudah melupakan pertolongan Tuhan. Setelah mendapat pertolongan dari Tuhan, ia lupa bahkan merasa bahwa itu bukan pekerjaan Tuhan, tapi kekuatan, kemampuan dirinya. Bagaimana dengan kita?
Firman Tuhan ini juga menggambarkan bahwa rasa syukur yang disampaikan atas berkat anugerah kepada Tuhan hanya 10 % atau 1 dari 10 orang yang ditahirkan oleh Tuhan. Kalau hanya 10% saja yang datang kembali kepada Tuhan, dan 90% lagi melupakan berkat Tuhan, kemudian masuk kelompok manakah diri kita saat ini? Yang mayoritas atau minoritas? Jawaban kembali terpulang kepada kita, karena diri kita dan Tuhanlah yang tahu bagaimana kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|