|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tidak ada situasi sesulit apapun yang akan menghalangi kita untuk setia kepada Tuhan karena Tuhan terlebih dulu setia kepada kita. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Membangun Kesetiaan |
|
Membangun Kesetiaan |
|
Selasa, 27 Juni 2017 |
|
|
|
|
|
Membangun Kesetiaan |
|
2 Samuel 6:1-19 |
|
|
|
|
|
|
Zaman sekarang ini sulit menemukan orang yang benar-benar memiliki kesetiaan yang murni terhadap pimpinannya, misalnya saja dalam sebuah perusahaan besar. Banyak karyawan tampaknya begitu rajin dan setia dalam pekerjaannya, tetapi bisa saja kesetiaannya itu hanya tampak pada luarnya saja supaya tetap dipakai di perusahaan tersebut. Bahkan banyak yang mencari muka kepada atasan dengan cara menunjukkan kesetiaan dan loyalitas yang tinggi supaya cepat naik pangkat atau segera dapat dipromosikan menjadi pimpinan. Kesetiaan seperti itu tidak murni karena berujung pada untuk kepentingan diri sendiri sehingga tidak jarang pula yang menghalalkan segala cara.
Tuhan menghendaki supaya kita semua memiliki kesetiaan kepada Tuhan dengan murni atau tulus. Kesetiaan itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata bukan saja di dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga dalam aspek kehidupan yang luas. Kita harus melakukan segala sesuatu seperti kita melakukan untuk Tuhan. Daud misalnya, dia adalah sosok yang memiliki kesetiaan yang murni kepada Allah. Dan kesetiaannya kepada Allah bisa kita perhatikan misalnya ketika Daud memboyong tabut perjanjian dari Baale-Yehuda menuju ke Yerusalem [ayat 2]. Di dalam tabut Allah diletakkan loh-loh batu, tongkat Harun dan manna. Benda-benda tersebut tamp...selengkapnya » |
Zaman sekarang ini sulit menemukan orang yang benar-benar memiliki kesetiaan yang murni terhadap pimpinannya, misalnya saja dalam sebuah perusahaan besar. Banyak karyawan tampaknya begitu rajin dan setia dalam pekerjaannya, tetapi bisa saja kesetiaannya itu hanya tampak pada luarnya saja supaya tetap dipakai di perusahaan tersebut. Bahkan banyak yang mencari muka kepada atasan dengan cara menunjukkan kesetiaan dan loyalitas yang tinggi supaya cepat naik pangkat atau segera dapat dipromosikan menjadi pimpinan. Kesetiaan seperti itu tidak murni karena berujung pada untuk kepentingan diri sendiri sehingga tidak jarang pula yang menghalalkan segala cara.
Tuhan menghendaki supaya kita semua memiliki kesetiaan kepada Tuhan dengan murni atau tulus. Kesetiaan itu harus diwujudkan dalam tindakan nyata bukan saja di dalam pelayanan gerejawi, tetapi juga dalam aspek kehidupan yang luas. Kita harus melakukan segala sesuatu seperti kita melakukan untuk Tuhan. Daud misalnya, dia adalah sosok yang memiliki kesetiaan yang murni kepada Allah. Dan kesetiaannya kepada Allah bisa kita perhatikan misalnya ketika Daud memboyong tabut perjanjian dari Baale-Yehuda menuju ke Yerusalem [ayat 2]. Di dalam tabut Allah diletakkan loh-loh batu, tongkat Harun dan manna. Benda-benda tersebut tampaknya tidak ada istimewanya, tetapi di balik simbol itu ada sebuah sejarah yang dahsyat, yaitu bagaimana Allah-Yahweh memberikan pimpinan kepada bangsa Israel ketika mereka keluar dari perbudakan Mesir menuju tanah perjanjian, Kanaan. Upaya memboyong tabut perjanjian yang dilakukan Daud merupakan bentuk usaha membangun kesetiaan dan kedekatannya kepada Allah. Daud melakukan itu dengan mengerahkan seluruh kekuatannya. Artinya, Daud mengajak seluruh rakyat dan tentaranya untuk membangun kesetiaan kepada Allah.
Saudara kekasih, kesetiaan kepada Tuhan harus kita wujudkan dalam bentuk tindakan nyata, sekalipun dalam situasi yang tidak menguntungkan bagi kita. Dalam apapun keadaannya, kita tetap setia. Dalam berkelimpahan, kekurangan, dalam ancaman, kesulitan bahkan penderitaan sekalipun kita tetap setia kepada Tuhan. Tidak ada situasi sesulit apapun yang mampu menghalangi kita untuk membangun kesetiaan kepada Tuhan karena Tuhan terlebih dulu setia kepada kita, umat-Nya. Sejak semula Tuhan menentukan kita menjadi anak-anak-Nya untuk menerima kasih karunia dan keselamatan. Itulah kesetiaan Tuhan kepada kita [bnd. Efesus 1:3-14].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|