|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kepada siapa kita melekat, itu yang mempengaruhi sukacita kita. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menemukan Sukacita Sejati |
|
Menemukan Sukacita Sejati |
|
Senin, 23 Januari 2017 |
|
|
|
|
|
Menemukan Sukacita Sejati |
|
Habakuk 3:17-19 |
|
|
|
|
|
|
Belum genap sebulan di awal tahun 2017, kita sudah menikmati kenaikan harga di berbagai bidang. Biaya pengurusan surat-surat kendaraan bermotor naik! Harga bahan bakar minyak [BBM] naik! Subsidi listrik 900 watt dari sebagian pelanggan rencananya akan dicabut! Beriringan dengan itu harga-harga kebutuhan pokok mulai ancang-ancang tak mau ketinggalan. Teringatlah akan sepenggal lagu lawas Iwan Fals “...orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi...” Namun apa boleh buat, kenyataannya memang demikian. Subsidi bisa ditarik sewaktu-waktu dan harga-harga menjadi menanjak tinggi atau sebaliknya bisa turun. Demikian konsekwensi sistem ekonomi pasar yang dianut pemerintah kita. Hanya jalan umum di Gombel dari arah Ungaran ke Semarang yang dari dahulu tidak pernah menanjak/naik. Kondisi ini bagi warga negara berbendapatan rendah dapat dipastikan menambah berat beban hidup mereka.
Tuan Joko Ndokondo punya nasihat. Dikelilingi khalayak jemaat dari berbagai golongan usia dan jenis kelamin, di ruang interaksi gereja, tuan Joko Ndokondo memberikan wejangannya. Para Bhikku Buddhis mempunyai ajaran bahwa kemelekatan adalah sumber kesengsaraan manusia. Dalam pada itu, tujuan hidup manusia adalah lepas dari segala kemelekatan. “Berisi adalah kosong, kosong adalah berisi...selengkapnya » |
Belum genap sebulan di awal tahun 2017, kita sudah menikmati kenaikan harga di berbagai bidang. Biaya pengurusan surat-surat kendaraan bermotor naik! Harga bahan bakar minyak [BBM] naik! Subsidi listrik 900 watt dari sebagian pelanggan rencananya akan dicabut! Beriringan dengan itu harga-harga kebutuhan pokok mulai ancang-ancang tak mau ketinggalan. Teringatlah akan sepenggal lagu lawas Iwan Fals “...orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi...” Namun apa boleh buat, kenyataannya memang demikian. Subsidi bisa ditarik sewaktu-waktu dan harga-harga menjadi menanjak tinggi atau sebaliknya bisa turun. Demikian konsekwensi sistem ekonomi pasar yang dianut pemerintah kita. Hanya jalan umum di Gombel dari arah Ungaran ke Semarang yang dari dahulu tidak pernah menanjak/naik. Kondisi ini bagi warga negara berbendapatan rendah dapat dipastikan menambah berat beban hidup mereka.
Tuan Joko Ndokondo punya nasihat. Dikelilingi khalayak jemaat dari berbagai golongan usia dan jenis kelamin, di ruang interaksi gereja, tuan Joko Ndokondo memberikan wejangannya. Para Bhikku Buddhis mempunyai ajaran bahwa kemelekatan adalah sumber kesengsaraan manusia. Dalam pada itu, tujuan hidup manusia adalah lepas dari segala kemelekatan. “Berisi adalah kosong, kosong adalah berisi” demikian ajaran yang mungkin pernah kita dengar. Ajaran ini tidak sama persis dengan kekristenan. Namun ada kemiripannya. Dalam Kitab Habakuk tertulis bahwa ketika pohon ara tak berbuah, panen anggur gagal, kambing-domba tak ada lagi di kandang. Ngluyur entah kemana. Tetapi Nabi Habakuk tetap akan beria-ria di hadapan Tuhan. Wow...bukankah ini bukti ketidakmelekatan nabi pada harta milik dan kondisi yang terjadi. Rupanya semakin kuatnya kemelekatan kita pada Tuhan selalu berarti semakin kurangnya kemelekatan kita pada pada segala yang fana. Inilah kunci penemuan sukacita yang sejati. Dan seperti biasa “Ssstttt....jangan bilang siapa-siapa, ya?” ungkap tuan Joko Ndokondo menutup penuturannya.
Jemaat yang terkasih, apakah kita termasuk pada orang-orang yang sedang terganggu karena kenaikan harga-harga? Ataukah tidak terganggu? Marilah kita uji hati kita dengan saksama. Darimanakah sumber kekuatiran atau ketenangan itu? Apakah kekuatiran dan ketenangan itu muncul karena kemelekatan kita pada materi? Pendapatan kita rendah karenanya kita kuatir? Sebaliknya pendapatan kita berlimpah maka damailah hati kita? Ini wajar tetapi sekaligus tantangan bagi kita yang mau menemukan sukacita sejati di dalam Tuhan. Oleh karena itu marilah kita bersama-sama belajar dari berbagai kondisi yang kita alami untuk mengalami sukacita karena kemelekatan kita pada Tuhan yang kita yakini pasti punya maksud baik bagi umat-Nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|