|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Siapakah yang perlu kita kasihi?
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Dkn. Rachmat Sugianto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mengasihi Tanpa Memandang Status |
|
Mengasihi Tanpa Memandang Status |
|
Jumat, 13 April 2018 |
|
|
|
|
|
Mengasihi Tanpa Memandang Status |
|
Matius 5:43-48 |
|
|
|
|
|
|
Sebuah ilustrasi menceritakan kisah tentang kehidupan binatang di sebuah hutan. Kisah tersebut bermula ketika hutan tempat tinggal semua binatang itu di landa angin badai yang besar. Maka terjadilah kerusakan hutan yang parah. Banyak pohon-pohon tumbang yang membuat semua binatang ketakutan. Setelah badai itu reda, ada seekor semut yang berjalan dengan sombongnya karena, ia tidak mengalami kesakitan sedikitpun akibat badai tersebut karena badannya yang mungil. Ketika ia keluar dari sarang yang berada di dalam tanah, ia melihat kepompong yang hanya tergeletak di bawah dahan yang patah. Ia bergumam, bahwa sungguh tidak enak menjadi kepompong yang tidak bisa apa-apa. Ia terkurung dan tidak bisa kemana-mana, sungguh sangat memalukan. Si semut mulai membanggakan dirinya yang selamat dan bisa kemana-mana yang ia mau. Bukan hanya kepompong yang ia hina, tetapi semua binatang yang ia temui. Suatu ketika si semut berjalan di atas jalanan yang berlumpur. Tanpa ia sadari lumpur itu menghisap dirinya semakin ke dalam dan membuatnya semakin tenggelam. Ia mulai berteiak-teriak minta tolong. Lalu datanglah kupu-kupu, ia berkata kepada si semut, “dulu aku adalah kepompong yang kau hina jelek, sekarang aku sudah berubah menjadi kupu-kupu yang ...selengkapnya » |
Sebuah ilustrasi menceritakan kisah tentang kehidupan binatang di sebuah hutan. Kisah tersebut bermula ketika hutan tempat tinggal semua binatang itu di landa angin badai yang besar. Maka terjadilah kerusakan hutan yang parah. Banyak pohon-pohon tumbang yang membuat semua binatang ketakutan. Setelah badai itu reda, ada seekor semut yang berjalan dengan sombongnya karena, ia tidak mengalami kesakitan sedikitpun akibat badai tersebut karena badannya yang mungil. Ketika ia keluar dari sarang yang berada di dalam tanah, ia melihat kepompong yang hanya tergeletak di bawah dahan yang patah. Ia bergumam, bahwa sungguh tidak enak menjadi kepompong yang tidak bisa apa-apa. Ia terkurung dan tidak bisa kemana-mana, sungguh sangat memalukan. Si semut mulai membanggakan dirinya yang selamat dan bisa kemana-mana yang ia mau. Bukan hanya kepompong yang ia hina, tetapi semua binatang yang ia temui. Suatu ketika si semut berjalan di atas jalanan yang berlumpur. Tanpa ia sadari lumpur itu menghisap dirinya semakin ke dalam dan membuatnya semakin tenggelam. Ia mulai berteiak-teriak minta tolong. Lalu datanglah kupu-kupu, ia berkata kepada si semut, “dulu aku adalah kepompong yang kau hina jelek, sekarang aku sudah berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan bisa terbang kemanapun yang kumau, sini aku bantu keluar dari lumpur itu”.
Injil Matius 5:43-48 membahas tentang bagaimana seharusnya menunjukkan kasih kepada orang lain. Allah datang bertujuan untuk menggenapi hukum Taurat bukan untuk meniadakannya. Oleh sebab itu, Allah mau menunjukkan perintah untuk saling mengasihi tanpa memandang status. Memang di jaman Perjanjian Lama, difirmankan bahwa, kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu[ayat 43]. Tetapi Allah yang datang dalam nama Yesus menegaskan bahwa kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang telah menganiaya [ayat 44]. Artinya adalah kasih yang Tuhan berikan adalah untuk semua umat manusia. Tuhan juga merindukan agar orang yang telah percaya terlebih dahulu menunjukkan kasih kepada orang-orang yang belum percaya kepada Tuhan sekalipun mereka membenci orang percaya. Karena dengan demikian, orang-orang yang percaya akan menjadi anak-anak Bapa yang di sorga. Tuhan Yesus mengajarkan untuk berbuat kasih kepada semua orang sekalipun itu musuh yang membenci kita.
Seringkali kita menjadi sama seperti semut yang sombong karena kita merasa diri kita sudah selamat dan tidak menghiraukan kehidupan orang lain yang “menderita”. Tetapi kita sangat sulit memposisikan seperti kupu-kupu, yang bersedia menolong walaupun pernah dihina, pernah disakiti. Namun Tuhan Yesus memberikan penegasan bahwa jadilah seperti kupu-kupu yang rela menolong dan mengasihi tanpa memandang status.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|