|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mengasihi Tanpa Rasa Takut |
|
Mengasihi Tanpa Rasa Takut |
|
Minggu, 03 Agustus 2014 | Tema: No Fear |
|
|
|
|
|
Mengasihi Tanpa Rasa Takut |
|
1 Yohanes 4:18 |
|
|
|
|
|
|
1 Yohanes 4:18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Ketakutan seringkali berkonotasi dengan kegelapan. Sedangkan kasih berkonotasi dengan terang. Firman Tuhan berkata: ”Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh 1:5). Orang yang melakukan perbuatan jahat biasanya melakukannya di dalam kegelapan, pada malam hari atau di tempat yang sepi atau gelap, karena dia takut perbuatannya diketahui orang lain. Tetapi orang yang melakukan perbuatan baik tidak perlu menutup-nutupi perbuatannya. (Meskipun juga tidak perlu mengumbar perbuatannya supaya diketahui semua orang). Orang yang melakukan perbuatan baik tidak perlu merasa takut dan malu. Jika kasih yang memimpin kehidupan kita, maka kita tidak perlu takut. Hanya orang-orang yang punya maksud jahat yang layak untuk merasa takut.
Tetapi sering ka...selengkapnya » |
1 Yohanes 4:18
Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Ketakutan seringkali berkonotasi dengan kegelapan. Sedangkan kasih berkonotasi dengan terang. Firman Tuhan berkata: ”Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh 1:5). Orang yang melakukan perbuatan jahat biasanya melakukannya di dalam kegelapan, pada malam hari atau di tempat yang sepi atau gelap, karena dia takut perbuatannya diketahui orang lain. Tetapi orang yang melakukan perbuatan baik tidak perlu menutup-nutupi perbuatannya. (Meskipun juga tidak perlu mengumbar perbuatannya supaya diketahui semua orang). Orang yang melakukan perbuatan baik tidak perlu merasa takut dan malu. Jika kasih yang memimpin kehidupan kita, maka kita tidak perlu takut. Hanya orang-orang yang punya maksud jahat yang layak untuk merasa takut.
Tetapi sering kali kita merasa takut meskipun kita melakukan perbuatan baik atau benar. Sebagai contoh dalam hal bersaksi atau memberitakan Injil kepada orang lain. Sering kita takut bersaksi tentang kebaikan Tuhan yang telah kita alami, meskipun kita tahu bersaksi itu baik. Mengapa kita takut? Bukankah kita melakukan sesuatu yang baik?
Seringkali juga kita takut mengatakan kebenaran atau menegur orang yang berbuat salah. Seringkali jika melihat orang berbuat salah, kita memilih untuk diam atau membiarkannya saja. Apalagi kalau yang berbuat salah itu lebih tinggi kedudukannya daripada kita. Kita berdalih: ”Ah, itu kan urusannya sendiri. Untuk apa saya mencampuri urusan pribadinya?” Padahal sebenarnya kita takut atau kita tidak mau berurusan dengan orang itu.
Sebenarnya jika kita sungguh-sungguh mengasihi orang tersebut kita harus menegur atau mengingatkannya. Kalau kita membiarkannya berarti kita tidak peduli dengan keselamatan orang itu. Rasul Paulus memberikan contoh yang baik dalam hal ini. Dia menegur jemaat Galatia yang telah menyimpang dari ajaran Firman Tuhan yang benar. Bahkan dia menegur mereka dengan tegas. Kemudian dia berkata dalam suratnya: ”Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?” (Gal 4:16) Dia yakin bahwa dengan mengatakan kebenaran dia tidak memusuhi jemaat Galatia. Justru dia mengasihi mereka.
Sikap seperti itulah yang harus kita pakai. Pertama kita yakin bahwa kita punya maksud kasih. Kemudian kita mengatakan kebenaran tanpa rasa takut. Tuhan memberkati. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|