|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tubuh kita adalah Bait Allah, muliakanlah Allah dengan tubuh dan roh kita, dengan hidup tidak bercela. [1 Korintus 6:19-20; 2 Korintus 6:16-17] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menghayati Ke-Mahahadiran Allah |
|
Menghayati Ke-Mahahadiran Allah |
|
Jumat, 05 Februari 2016 | Tema: Tuhan Hadir di Bait KudusNya |
|
|
|
|
|
Menghayati Ke-Mahahadiran Allah |
|
Mazmur 139:7-10, 16 |
|
|
|
|
|
|
Allah adalah Roh, kehadiran-Nya bisa di mana-mana. Tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu, dan tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan [Yohanes 4:34, 2 Tawarikh 16:9]. Menghayati bahwa Allah hadir di mana-mana bukan hal mudah, karena banyak yang sudah terbiasa memahami kehadiran Tuhan hanya di tempat-tempat tertentu:
Bani Israel waktu dalam perjalanan di padang gurun memahami kehadiran Tuhan di dalam Kemah Suci, tepatnya di Tabut Perjanjian [Keluaran 25, 26].
Di zaman raja-raja, bangsa Israel memahami kehadiran Allah di Bait Suci [Tabernakel] yang dibangun raja Salomo [1 Raja-Raja 5; 6; 7; 8]
Di zaman gereja, orang percaya sering terbiasa menghayati kehadiran Tuhan hanya di gedung gereja, tempat dilakukan ibadah [kebaktian].
Seringkali banyak orang tidak mempersoalkan dengan sungguh-sungguh ke-Mahahadiran Tuhan, sehingga tidak menyikapi dengan benar terhadap kenyataan ini. Sikap dan reaksi kita seharusnya menyadari bahwa kita hidup di wilayah pemerintahan Allah, ...selengkapnya » |
Allah adalah Roh, kehadiran-Nya bisa di mana-mana. Tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu, dan tidak ada yang tersembunyi di mata Tuhan [Yohanes 4:34, 2 Tawarikh 16:9]. Menghayati bahwa Allah hadir di mana-mana bukan hal mudah, karena banyak yang sudah terbiasa memahami kehadiran Tuhan hanya di tempat-tempat tertentu:
Bani Israel waktu dalam perjalanan di padang gurun memahami kehadiran Tuhan di dalam Kemah Suci, tepatnya di Tabut Perjanjian [Keluaran 25, 26].
Di zaman raja-raja, bangsa Israel memahami kehadiran Allah di Bait Suci [Tabernakel] yang dibangun raja Salomo [1 Raja-Raja 5; 6; 7; 8]
Di zaman gereja, orang percaya sering terbiasa menghayati kehadiran Tuhan hanya di gedung gereja, tempat dilakukan ibadah [kebaktian].
Seringkali banyak orang tidak mempersoalkan dengan sungguh-sungguh ke-Mahahadiran Tuhan, sehingga tidak menyikapi dengan benar terhadap kenyataan ini. Sikap dan reaksi kita seharusnya menyadari bahwa kita hidup di wilayah pemerintahan Allah, ada hukum yang harus ditegakkan dan dipatuhi. Bagi bangsa Israel di masa Perjanjian Lama, hukum yang mereka kenal adalah hukum Taurat. Bagi orang percaya hukum kehidupan yang harus ditegakkan adalah “Kehendak Allah” [The Lord is my law]. Semua yang kita inginkan dan lakukan harus sesuai dengan kehendak Allah [Roma 12:2]. Dampak kesungguhan dalam menghayati ke-Mahahadiran Tuhan:
Hidup tidak ceroboh dalam tingkah laku.
Memiliki daya tahan menghadapi segala macam bahaya dan ancaman, karena kita yakin akan kasih dan kuasa Allah yang hadir dalam hidup kita.
Sikap takut akan Tuhan yang dibangun dari hati yang menghormati Tuhan [Matius 10:28; 1 Petrus 1:17; Maleakhi 2:1-2].
Menghormati Tuhan tidak cukup ditunjukkan dalam sikap tubuh, kalimat doa, nyanyian, pernyataan verbal dalam ibadah di gereja, tapi dari sikap batin di manapun kita berada. Hal ini akan nampak dalam kehidupan yang kudus dan tidak bercela di hadapan Tuhan [Kejadian 17:1]. Gaya hidup yang menghormati Tuhan secara pantas dan benar harus dibiasakan. Untuk itu membutuhkan usaha dan perburuan yang serius terhadap hal-hal rohani, mendahulukan Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya [Matius 6:33]. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|