|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Belajarlah membangun kesatuan sikap rendah hati mengutamakan kepentingan orang lain. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mengutamakan Orang Lain |
|
Mengutamakan Orang Lain |
|
Rabu, 08 Juni 2016 | Tema: Kesatuan Tubuh Kristus |
|
|
|
|
|
Mengutamakan Orang Lain |
|
Filipi 2:1-4 |
|
|
|
|
|
|
“Ben, kok kamu bengong saja? Tidak ambil makanan?” tanya Sambey kepada Benay dalam acara makan malam yang diadakan Gereja, “Sotonya sedep banget lho, Ben. Rugi kalau tidak makan.” “Biar yang lain dulu saja, Sam. Aku belakangan”, jawab Benay santun. Ada sesuatu yang berbeda dari sosok Benay malam itu. Sosoknya yang gendut di segala sisi tubuhnya, mulai dari pipi, bahu, pinggul, dan perut, menampakkan bahwa Benay pelahap segalanya. Sampai-sampai ia pernah dijuluki “daging berjalan” oleh Pdt. Itong. Tetapi malam itu Benay memang beda dari biasanya. Sejenak membuat Sambey bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sahabatnya itu.
Belum sempat Sambey bertanya, Benay sudah menjelaskan mengapa sikapnya berbeda dari biasanya. Seminggu yang lalu, dalam sebuah acara perayaan ulang tahun sesepuh Gereja yang genap berusia 92 tahun, Benay melahap segala makanan yang dihidangkan secara prasmanan. Berbagai menu olahan istimewa disantapnya tanpa ampun. Setidaknya ia sudah 7 kali berganti menu dalam waktu 8 menit 10 detik. Alhasil tanpa disadarinya ada sekitar 70 “tua-tua” [baca: orang lanjut usia] yang tidak kebagian makanan. Mereka hanya bisa ngeces dan menerima nasib karena tak mampu menandingi ketangkasan Benay dalam hal sabet-menyabet “berkat”. Peristiwa it...selengkapnya » |
“Ben, kok kamu bengong saja? Tidak ambil makanan?” tanya Sambey kepada Benay dalam acara makan malam yang diadakan Gereja, “Sotonya sedep banget lho, Ben. Rugi kalau tidak makan.” “Biar yang lain dulu saja, Sam. Aku belakangan”, jawab Benay santun. Ada sesuatu yang berbeda dari sosok Benay malam itu. Sosoknya yang gendut di segala sisi tubuhnya, mulai dari pipi, bahu, pinggul, dan perut, menampakkan bahwa Benay pelahap segalanya. Sampai-sampai ia pernah dijuluki “daging berjalan” oleh Pdt. Itong. Tetapi malam itu Benay memang beda dari biasanya. Sejenak membuat Sambey bertanya-tanya ada apa gerangan dengan sahabatnya itu.
Belum sempat Sambey bertanya, Benay sudah menjelaskan mengapa sikapnya berbeda dari biasanya. Seminggu yang lalu, dalam sebuah acara perayaan ulang tahun sesepuh Gereja yang genap berusia 92 tahun, Benay melahap segala makanan yang dihidangkan secara prasmanan. Berbagai menu olahan istimewa disantapnya tanpa ampun. Setidaknya ia sudah 7 kali berganti menu dalam waktu 8 menit 10 detik. Alhasil tanpa disadarinya ada sekitar 70 “tua-tua” [baca: orang lanjut usia] yang tidak kebagian makanan. Mereka hanya bisa ngeces dan menerima nasib karena tak mampu menandingi ketangkasan Benay dalam hal sabet-menyabet “berkat”. Peristiwa itu sungguh menempelak Benay. Sang sesepuh yang berulang tahun sempat menasihatinya saat itu. “Cucuku, belajarlah mengutamakan dan memperhatikan orang lain selain dirimu sendiri. Karena Tuhan Yesus memberikan teladan demikian kepada kita”, demikian nasihat sang sesepuh dengan terbata-bata sambil sesekali batuk kering. Saat itu Benay menjadi malu dan rasa bersalah menjangkiti perasaannya.
Sambey termangu-mangu mendengarkan Benay. Ia tak mampu lagi mengunyah soto nan lezat. Pandangannya menerawang dan terpaku pada sepasang kakek dan nenek yang hanya bisa duduk terbengong melihat antrian dan sesekali serobotan untuk mendapatkan semangkuk soto. “Ben, terima kasih ya. Pengalamanmu menyadarkan aku”, kata Sambey, “Bagaimana mungkin kita sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan jika kita saling mementingkan diri sendiri dan melupakan orang lain. Dan bisa jadi itu tercermin dalam acara jamuan makan seperti malam ini.” Tanpa menunggu jawaban Benay, sekelebat angin Sambey sudah ada di hadapan kakek dan nenek itu. Entah apa yang dibicarakannya dengan mereka tetapi tidak lama kemudian tampak Sambey berdiri mengantri. Rupanya ia mengantri untuk kakek dan nenek itu.
Jemaat yang terkasih, kita adalah satu keluarga di dalam Tuhan yang digambarkan sebagai tubuh yang terdiri dari banyak anggota. Marilah kita jaga kesatuan kita dalam segala hal dengan mengambil sikap tidak hanya memperhatikan kepentingan diri kita sendiri. Tetapi dengan rendah hati mau memperhatikan bahkan mengutamakan kepentingan orang lain.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|