|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sudahkah kita memuridkan orang lain agar berita Injil terus berkumandang dari satu generasi ke generasi lainnya? |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menjadi Murid Yang Memuridkan |
|
Menjadi Murid Yang Memuridkan |
|
Senin, 22 Mei 2017 |
|
|
|
|
|
Menjadi Murid Yang Memuridkan |
|
Matius 28:19 |
|
|
|
|
|
|
Yesus Kristus tidak berkata, ”Pergilah dan selamatkan jiwa-jiwa.” Karena keselamatan jiwa adalah pekerjaan supranatural Allah. Tetapi Dia berkata, ”Pergilah jadikan semua bangsa muridKu....” Kita tidak dapat memuridkan orang lain jika kita sendiri bukan seorang murid.
Ketika para murid kembali dari perjalanan misi pertama, mereka dipenuhi sukacita karena setan-setan pun tunduk kepada mereka. Namun Yesus menyatakan agar mereka jangan bersukacita karena sekedar pelayanan yang berhasil, tetapi bersukacita karena memiliki relasi yang benar dengan Yesus [lihat Lukas 10:17-20]. Hal terpenting bagi seorang utusan [murid] adalah tetap setia pada panggilan Tuhan, menyadari satu-satunya tujuannya hanyalah memuridkan semua orang bagi Kristus. Di dalam memuridkan kita harus memiliki belas kasih dari Allah terhadap jiwa-jiwa. Ingatlah dan berhati-hatilah, bahwa ada belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang bukan berasal dari Allah, melainkan dari hasrat kita sendiri untuk mempertobatkan orang lain berdasarkan perspektif kita.
Tantangan bagi seorang utusan bukan muncul dari kenyataan bahwa orang-orang sulit dibawa kepada keselamatan, atau orang-orang yang mundur imannya sulit ditarik kembali, atau adanya rintangan berupa ketidakpedulian. Tidak! Tantangan itu muncul dari ...selengkapnya » |
Yesus Kristus tidak berkata, ”Pergilah dan selamatkan jiwa-jiwa.” Karena keselamatan jiwa adalah pekerjaan supranatural Allah. Tetapi Dia berkata, ”Pergilah jadikan semua bangsa muridKu....” Kita tidak dapat memuridkan orang lain jika kita sendiri bukan seorang murid.
Ketika para murid kembali dari perjalanan misi pertama, mereka dipenuhi sukacita karena setan-setan pun tunduk kepada mereka. Namun Yesus menyatakan agar mereka jangan bersukacita karena sekedar pelayanan yang berhasil, tetapi bersukacita karena memiliki relasi yang benar dengan Yesus [lihat Lukas 10:17-20]. Hal terpenting bagi seorang utusan [murid] adalah tetap setia pada panggilan Tuhan, menyadari satu-satunya tujuannya hanyalah memuridkan semua orang bagi Kristus. Di dalam memuridkan kita harus memiliki belas kasih dari Allah terhadap jiwa-jiwa. Ingatlah dan berhati-hatilah, bahwa ada belas kasihan terhadap jiwa-jiwa yang bukan berasal dari Allah, melainkan dari hasrat kita sendiri untuk mempertobatkan orang lain berdasarkan perspektif kita.
Tantangan bagi seorang utusan bukan muncul dari kenyataan bahwa orang-orang sulit dibawa kepada keselamatan, atau orang-orang yang mundur imannya sulit ditarik kembali, atau adanya rintangan berupa ketidakpedulian. Tidak! Tantangan itu muncul dari perspektif tentang persekutuan pribadi seorang utusan [murid] dengan Yesus Kristus. “Percayakah kamu bahwa Aku dapat melakukannya?” [Matius 9:28].
Tuhan kita terus mengajukan pertanyaan itu tanpa ragu dan hal itu menjadi tantangan bagi kita dalam setiap situasi yang kita jumpai. Tantangan terbesar kita adalah apakah saya mengenal Tuhan yang telah bangkit? Apakah saya mengenal kuasa Roh-Nya yang tinggal di dalam diri saya? Apakah saya cukup berhikmat dalam pandangan Allah untuk percaya kepada apa yang Yesus katakan? Ataukah saya sedang meninggalkan keyakinan yang supranatural dan tidak terbatas dari Yesus yang sesungguhnya merupakan satu-satunya panggilan Allah untuk kita sebagai utusan? Jika mengikuti cara apapun yang lain berarti saya sedang meninggalkan cara yang telah ditentukan Tuhan kita. “KepadaKu telah diberikan segala kuasa....karena itu pergilah...” [Matius 28:18-19]. [HAW]
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|