|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Menjadi hamba Tuhan adalah sebuah kehormatan. Milikilah pengabdian yang tulus kepada Sang Tuan dan sikap saling menghormati dengan sesama hamba.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Menjadi Seorang Hamba Kristus |
|
Menjadi Seorang Hamba Kristus |
|
Selasa, 08 April 2014 | Tema: The Glory of Sacrifice |
|
|
|
|
|
Menjadi Seorang Hamba Kristus |
|
Filipi 1:1 |
|
|
|
|
|
|
Menurut kebanyakan orang, bukan hanya dahalu maupun sekarang, menjadi seorang hamba adalah sesuatu yang rendah dan hina. Sebuah status yang tidak menguntungkan ataupun membanggakan karena ada dilevel bawah. Jika berhubungan dengan pekerjaan pastilah konotasinya bersinggungan dengan pekerjaan yang kasar dan keras, bahkan sering mendapat perlakuan yang kurang manusiawi. Tetapi bagi sebagian masyarakat Yogyakarta, menjadi abdi dalem (mengabdikan diri dalam pekerjaan tertentu) di Kesultanan Ngayogyokarto adalah sebuah kebanggaan dan kehormatan. Ketika mereka bisa melayani Sri Sultan, sang raja, mereka merasa bangga. Meskipun gajinya tidak seberapa, mereka dengan tulus mengabdikan diri.
Hal yang sama ditunjukkan oleh Rasul Paulus. Ketika dia menulis surat kepada jemaat Filipi, Paulus memperkenalkan dirinya dan Timotius sebagai hamba Kristus. Istilah hamba menyiratkan unsur ketaklukan dan ketaatan mutlak yang merupakan kewajiban seorang hamba kepada tuannya. Selain itu sebutan hamba juga mengandung unsur kehormatan, dalam arti panggilan untuk tugas atau jabatan khusus. Apalagi yang dilayani adalah Tuhan yang begitu mulia, maka sebutan hamba Tuhan menjadi gelar kehormatan.
...selengkapnya » |
Menurut kebanyakan orang, bukan hanya dahalu maupun sekarang, menjadi seorang hamba adalah sesuatu yang rendah dan hina. Sebuah status yang tidak menguntungkan ataupun membanggakan karena ada dilevel bawah. Jika berhubungan dengan pekerjaan pastilah konotasinya bersinggungan dengan pekerjaan yang kasar dan keras, bahkan sering mendapat perlakuan yang kurang manusiawi. Tetapi bagi sebagian masyarakat Yogyakarta, menjadi abdi dalem (mengabdikan diri dalam pekerjaan tertentu) di Kesultanan Ngayogyokarto adalah sebuah kebanggaan dan kehormatan. Ketika mereka bisa melayani Sri Sultan, sang raja, mereka merasa bangga. Meskipun gajinya tidak seberapa, mereka dengan tulus mengabdikan diri.
Hal yang sama ditunjukkan oleh Rasul Paulus. Ketika dia menulis surat kepada jemaat Filipi, Paulus memperkenalkan dirinya dan Timotius sebagai hamba Kristus. Istilah hamba menyiratkan unsur ketaklukan dan ketaatan mutlak yang merupakan kewajiban seorang hamba kepada tuannya. Selain itu sebutan hamba juga mengandung unsur kehormatan, dalam arti panggilan untuk tugas atau jabatan khusus. Apalagi yang dilayani adalah Tuhan yang begitu mulia, maka sebutan hamba Tuhan menjadi gelar kehormatan.
Kita semua adalah hamba Tuhan (Kristus) karena kita telah ditebus oleh Kristus dengan harga darah-Nya sendiri (1 Petrus 1:18-19) Hal tersebut membawa dua akibat: pertama, kita telah menjadi milik Kristus untuk melayani-Nya dan mengabdi kepada-Nya. Itu adalah sebuah kehormatan. Oleh sebab itu tunjukkanlah pengabdian diri yang tulus dan ketaatan yang mutlak kepada Sang Tuan, yaitu Yesus Kristus. Kedua, kitapun harus menyadari setinggi apapun jabatan, status sosial, dan kekayaan kita, status kita tidak lebih dari seorang hamba. Tidak sepantasnya kita memposisikan diri sebagai tuan atas sesama hamba. Menuntut penghormatan dan perlakuan khusus dari sesama hamba yang lain. Kita tidak lebih berkuasa, tidak lebih tinggi ataupun tidak lebih mulia dari sesama orang percaya karena kita semua adalah hamba dan satu-satunya tuan kita adalah Tuhan Yesus Kristus. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|