|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Gengsi merupakan kegagalan merendahkan diri dan wujud dari sikap rendah diri.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Merendahkan Diri? Gengsi Ah...! |
|
Merendahkan Diri? Gengsi Ah...! |
|
Kamis, 17 April 2014 | Tema: The Glory of Sacrifice |
|
|
|
|
|
Merendahkan Diri? Gengsi Ah...! |
|
Matius 23:1-11 |
|
|
|
|
|
|
“Merendahkan diri? Gengsi ah! Memangnya siapa istrimu itu?” kata Benay dongkol seraya berlalu dari hadapan Pdt. Itong. Sore itu Pdt. Itong menasehati Benay untuk mau merendahkan diri dan minta maaf pada Ibu Itong yang merasa sakit hati atas perkataan Benay minggu lalu. Sayang, sikap Benay tak ubahnya sikap istrinya. Keras kepala! Pdt. Itong hanya bisa mengelus dada sambil menghela nafas panjang.
Pada suatu kesempatan Benay menceritakan masalahnya itu kepada Sambey. Sambey memahami kejengkelan Benay terhadap Ibu Itong. Tetapi ia menasihati Benay sebagai yang lebih muda usianya untuk mau merendahkan diri dan meminta maaf. “Jadi hanya karena usiaku lebih muda, aku yang harus merendahkan diri!” kata Benay. Sambey menjelaskan, “Sebenarnya merendahkan diri dasarnya bukan usia, melainkan meneladani Yesus.” Benay tercengang sadar mendengarkan perkataan sahabatnya itu. “Merendahkan diri hanya mampu dilakukan oleh orang yang tahu bahwa martabatnya tinggi. Beda dengan rendah diri yang umumnya dialami oleh orang yang merasa martabat rendah”, imbuh Sambey meyakinkan.
Jemaat yang terkasih. Dalam suatu permasalahan relasi, tentu kita pernah mendengar nasihat yang meminta orang ya...selengkapnya » |
“Merendahkan diri? Gengsi ah! Memangnya siapa istrimu itu?” kata Benay dongkol seraya berlalu dari hadapan Pdt. Itong. Sore itu Pdt. Itong menasehati Benay untuk mau merendahkan diri dan minta maaf pada Ibu Itong yang merasa sakit hati atas perkataan Benay minggu lalu. Sayang, sikap Benay tak ubahnya sikap istrinya. Keras kepala! Pdt. Itong hanya bisa mengelus dada sambil menghela nafas panjang.
Pada suatu kesempatan Benay menceritakan masalahnya itu kepada Sambey. Sambey memahami kejengkelan Benay terhadap Ibu Itong. Tetapi ia menasihati Benay sebagai yang lebih muda usianya untuk mau merendahkan diri dan meminta maaf. “Jadi hanya karena usiaku lebih muda, aku yang harus merendahkan diri!” kata Benay. Sambey menjelaskan, “Sebenarnya merendahkan diri dasarnya bukan usia, melainkan meneladani Yesus.” Benay tercengang sadar mendengarkan perkataan sahabatnya itu. “Merendahkan diri hanya mampu dilakukan oleh orang yang tahu bahwa martabatnya tinggi. Beda dengan rendah diri yang umumnya dialami oleh orang yang merasa martabat rendah”, imbuh Sambey meyakinkan.
Jemaat yang terkasih. Dalam suatu permasalahan relasi, tentu kita pernah mendengar nasihat yang meminta orang yang lebih muda usia untuk mengalah. Ini nasihat yang baik. Nasihat ini sekaligus memberitahu kita bahwa tidak mudah untuk orang yang “berposisi lebih tinggi” untuk merendahkan diri. “Posisi lebih tinggi” itu bisa berupa usia yang lebih tua, lebih kaya secara materi, kedudukan lebih tinggi, dll. Mengapa demikian? Jawabnya adalah karena gengsi. Tuhan Yesus mengecap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang suka cari gengsi (ay.4-7). Sikap mereka itu justru menunjukkan bahwa mereka sebenarnya rendah diri. Posisi terhormat yang mereka miliki, tidak mampu menutupi kerendahan diri mereka itu. Mereka terus mengejar gengsi tanpa pernah terpuaskan. Mereka tidak akan mampu merendahkan diri, karena merendahkan diri hanya bisa dilakukan oleh orang yang tahu bahwa ia berharga, ia bermartabat. Benarlah kata Tuhan: “... barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Jemaat yang terkasih. Ketika kita berbuat salah, bersediakah kita merendahkan diri dan meminta maaf kepada anak kita? Pembantu kita? Karyawan kita? Adik kita? Atau kepada siapapun juga. Jika kita bersedia, maka kita harus berani melawan sikap gengsi? Gengsi bisa menjangkiti setiap orang, termasuk kita. Dan ini berbahaya. Sebab gengsi akan membuat kita gagal merendahkan diri seperti yang dikehendaki Tuhan Yesus. Gengsi justru menjadi salah satu bukti bahwa tanpa sadar kita sebenarnya rendah diri. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|