|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Karena Allah, kami nyanyikan puji-pujian sepanjang hari, dan bagi nama-Mu kami mengucapkan syukur selama-lamanya. [Mazmur 44:9]
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Mulut Yang Penuh Pujian |
|
Mulut Yang Penuh Pujian |
|
Senin, 23 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Mulut Yang Penuh Pujian |
|
Mazmur 71:8, 14; Efesus 5:19 |
|
|
|
|
|
|
Bagi Daud memetik kecapi dan menaikkan pujian kepada Tuhan merupakan hal yang utama dalam hidupnya. Dalam keadaan apapun dia tetap menaikkan pujian kepada Tuhan. Pada waktu menjadi gembala, panglima perang maupun raja, hal yang tak pernah ditinggalkan adalah memuji Tuhan. Demikian pula waktu memerintah sebagai raja ataupun sebagai buronan yang dikejar-kejar. Banyak sekali mazmur yang diciptakannya dalam berbagai keadaaan. Pujian dalam mulutnya tidak hanya disampaikan kepada Tuhan, tetapi juga dinyatakan dalam sikap dan perkataan kepada sesama manusia. Dia tidak membalas kejahatan Saul dan Absalom yang akan membunuhnya, sebaliknya mengampuni dan berbuat kebaikan kepada mereka.
Pemazmur berkata, “Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada Tuhan, memuliakan-Nya sepanjang hari.” Ada kerinduan untuk melakukannya terus menerus dan selalu menambah, seakan tidak mau berhenti. Memuji Tuhan tidak tergantung pada situasi dan kondisi. Pujian kepada Tuhan dinyatakan juga dalam hubungan sesama manusia. Efesus 5:19 mengatakan kalau kita bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati, maka akan tampak pada perkataan kita kepada orang lain. Berkata-kata dalam mazmur dan kidung ...selengkapnya » |
Bagi Daud memetik kecapi dan menaikkan pujian kepada Tuhan merupakan hal yang utama dalam hidupnya. Dalam keadaan apapun dia tetap menaikkan pujian kepada Tuhan. Pada waktu menjadi gembala, panglima perang maupun raja, hal yang tak pernah ditinggalkan adalah memuji Tuhan. Demikian pula waktu memerintah sebagai raja ataupun sebagai buronan yang dikejar-kejar. Banyak sekali mazmur yang diciptakannya dalam berbagai keadaaan. Pujian dalam mulutnya tidak hanya disampaikan kepada Tuhan, tetapi juga dinyatakan dalam sikap dan perkataan kepada sesama manusia. Dia tidak membalas kejahatan Saul dan Absalom yang akan membunuhnya, sebaliknya mengampuni dan berbuat kebaikan kepada mereka.
Pemazmur berkata, “Mulutku penuh dengan puji-pujian kepada Tuhan, memuliakan-Nya sepanjang hari.” Ada kerinduan untuk melakukannya terus menerus dan selalu menambah, seakan tidak mau berhenti. Memuji Tuhan tidak tergantung pada situasi dan kondisi. Pujian kepada Tuhan dinyatakan juga dalam hubungan sesama manusia. Efesus 5:19 mengatakan kalau kita bernyanyi dan bersorak bagi Tuhan dengan segenap hati, maka akan tampak pada perkataan kita kepada orang lain. Berkata-kata dalam mazmur dan kidung jemaat. Artinya perkataan yang disampaikan identik dengan yang dipujikan kepada Tuhan.
Puji-pujian kepada Tuhan tidak hanya pada waktu kita ada dalam ibadah atau persekutuan, tetapi seharusnya ada dalam hidup kita setiap hari. Memuji Tuhan tidak hanya waktu dalam keadaan sukacita tetapi dalam segala keadaan. Hasrat untuk memuji Tuhan hendaknya ada dalam hati setiap murid Kristus, sehingga mulut kita penuh pujian. Hal itu akan berdampak hubungan kita dengan siapa saja akan diwarnai dengan damai sejahtera. Tidak ada kata yang menyakiti hati, makian, umpatan, cemoohan yang kita sampaikan kepada isteri, suami, anak, orang tua, tetangga, rekan kerja, rekan pelayanan, dll. Marilah ciptakan damai sejahtera di sekitar kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|