|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hendaklah semua melayani di bawah otoritas pemimpin rohani.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Otoritas Dalam Komunitas Perjanjian Baru |
|
Otoritas Dalam Komunitas Perjanjian Baru |
|
Rabu, 16 Juli 2014 | Tema: The Testament Community |
|
|
|
|
|
Otoritas Dalam Komunitas Perjanjian Baru |
|
Kisah Para Rasul 6:6 |
|
|
|
|
|
|
Para rasul adalah para murid Yesus yang dipilih untuk menjalankan kelangsungan kesaksian Pekabaran Injil kepada bangsa-bangsa dengan cara menyampaikan kesaksian Injil Yesus Kristus melalui penyampaian Firman Tuhan. Jabatan rasul ini bukan ditentukan oleh mereka sendiri, tetapi Tuhan Yesus sendirilah yang mengangkat mereka sebagai rasul. Buktinya ketika Yudas Iskariot tidak lagi ada dalam bilangan para rasul, Petrus berdiri di antara orang-orang percaya untuk pengembalian bilangan para rasul tetap pada angka dua belas dengan cara pengundian yang dipandang bersama sebagai tindakan obyektif, bukan semata perbuatan rancangan manusia, tetapi pada pemilihan Tuhan sendiri (Kisah Para Rasul 1:26). Sehingga para rasul memiliki otoritas untuk menjaga dan melaksanakan gerakan penginjilan.
Tindakan pelayanan apapun bentuknya ada di bawah otoritas para rasul, misalnya pelantikan tujuh orang pelayan meja (Kisah Para Rasul 6:6), sehingga semua kegiatan pelayanan yang dilakukan adalah tugas kudus yang ada dalam tubuh Kristus. Pelayanan bukan tindakan-tindakan yang mengatasnamakan diri sendiri atau kelompok tertentu yang sarat dengan bahaya-bahaya dan konsekuensinya, sebagai contoh ka...selengkapnya » |
Para rasul adalah para murid Yesus yang dipilih untuk menjalankan kelangsungan kesaksian Pekabaran Injil kepada bangsa-bangsa dengan cara menyampaikan kesaksian Injil Yesus Kristus melalui penyampaian Firman Tuhan. Jabatan rasul ini bukan ditentukan oleh mereka sendiri, tetapi Tuhan Yesus sendirilah yang mengangkat mereka sebagai rasul. Buktinya ketika Yudas Iskariot tidak lagi ada dalam bilangan para rasul, Petrus berdiri di antara orang-orang percaya untuk pengembalian bilangan para rasul tetap pada angka dua belas dengan cara pengundian yang dipandang bersama sebagai tindakan obyektif, bukan semata perbuatan rancangan manusia, tetapi pada pemilihan Tuhan sendiri (Kisah Para Rasul 1:26). Sehingga para rasul memiliki otoritas untuk menjaga dan melaksanakan gerakan penginjilan.
Tindakan pelayanan apapun bentuknya ada di bawah otoritas para rasul, misalnya pelantikan tujuh orang pelayan meja (Kisah Para Rasul 6:6), sehingga semua kegiatan pelayanan yang dilakukan adalah tugas kudus yang ada dalam tubuh Kristus. Pelayanan bukan tindakan-tindakan yang mengatasnamakan diri sendiri atau kelompok tertentu yang sarat dengan bahaya-bahaya dan konsekuensinya, sebagai contoh kasus Ananias dan Safira (Kisah Para Rasul 5:1-11).
Komunitas jemaat mula-mula berorientasi pada pelayanan yang saling memperhatikan satu dengan lainnya yang ada di bawah otoritas penggembalaan para Rasul. Bahaya terbesar adalah adanya orang-orang (pribadi-pribadi) yang mengabaikan pentingnya makna otoritas pemimpin. Menganggap semua itu tidak perlu dan yang penting pelayanan atas nama Tuhan. Bagi kehidupan berjemaat pada zaman sekarang, ajaran para hamba Tuhan mengenai jemaat yang mendapat otoritas dari Tuhan untuk mengalahkan kuasa duniawi dan sakit penyakit, bukan berarti lepas dan mengabaikan otoritas pemimpin Gereja. Bagi siapapun yang melayani Tuhan, tetapi yang mengabaikan otoritas Gereja sebagai pemimpin, jelas tidak sesuai dengan kehidupan komunitas jemaat mula-mula yang ada di bawah otoritas para Rasul. Hendaklah semua melayani dengan perlengkapan otoritas dari Tuhan, perhatikan Kisah Para Rasul 6:6. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|