|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Di dalam kesehatian, kesepahaman dan kesatuan tersimpan kekuatan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pasangan Emas |
|
Pasangan Emas |
|
Selasa, 27 September 2016 | Tema: Jemaat Yang Tersusun Rapi |
|
|
|
|
|
Pasangan Emas |
|
1 Samuel 20:12-17, 41-42 |
|
|
|
|
|
|
Para penggemar manga [komik Jepang] dan film kartun animasi, “Captain Tsubasa” bukan hal yang asing di telinga. Captain Tsubasa adalah salah judul manga yang muncul di tahun 1990-an yang kemudian dibuat seri kartun animasinya sekitar tahun 2000-an. Di dalam cerita Captain Tsubasa dimunculkan tokoh yang bernama Tsubasa Ozora yang kemudian menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Tsubasa Ozora adalah seorang anak yang berbakat dalam bermain sepakbola dan sering disebut sebagai “anak jenius sepakbola”. Dia digambarkan sebagai anak yang rendah hati, penuh semangat, selalu optimis, dan yang terutama adalah mahir bermain sepakbola. Dalam hal bermain sepakbola semua lawan dapat dia taklukkan. Meskipun demikian, Tsubasa Ozora menyadari bahwa sepakbola adalah permainan tim. Dia membutuhkan partner untuk bisa menang, sekaligus meningkatkan kemampuannya dalam bermain sepakbola. Di dalam cerita tersebut partner sejati Tsubasa adalah Taro Misaki. Tsubasa dan Misaki menjadi pasangan emas yang dapat mengubah keadaan sulit menjadi sebuah kemenangan. Di sebut “pasangan emas” karena mereka berdua memiliki kesehatian dan kesepahaman, saling bekerja sama dan saling melengkapi, dan persahabatan mereka tidak pernah luntur ibarat sebuah emas....selengkapnya » |
Para penggemar manga [komik Jepang] dan film kartun animasi, “Captain Tsubasa” bukan hal yang asing di telinga. Captain Tsubasa adalah salah judul manga yang muncul di tahun 1990-an yang kemudian dibuat seri kartun animasinya sekitar tahun 2000-an. Di dalam cerita Captain Tsubasa dimunculkan tokoh yang bernama Tsubasa Ozora yang kemudian menjadi tokoh utama dalam cerita ini. Tsubasa Ozora adalah seorang anak yang berbakat dalam bermain sepakbola dan sering disebut sebagai “anak jenius sepakbola”. Dia digambarkan sebagai anak yang rendah hati, penuh semangat, selalu optimis, dan yang terutama adalah mahir bermain sepakbola. Dalam hal bermain sepakbola semua lawan dapat dia taklukkan. Meskipun demikian, Tsubasa Ozora menyadari bahwa sepakbola adalah permainan tim. Dia membutuhkan partner untuk bisa menang, sekaligus meningkatkan kemampuannya dalam bermain sepakbola. Di dalam cerita tersebut partner sejati Tsubasa adalah Taro Misaki. Tsubasa dan Misaki menjadi pasangan emas yang dapat mengubah keadaan sulit menjadi sebuah kemenangan. Di sebut “pasangan emas” karena mereka berdua memiliki kesehatian dan kesepahaman, saling bekerja sama dan saling melengkapi, dan persahabatan mereka tidak pernah luntur ibarat sebuah emas. Pasangan emas tersebut menjadi kunci bagi timnya untuk meraih kemenangan.
Jauh sebelum kisah Tsubasa Ozora dan Taro Misaki muncul, ada sebuah kisah serupa yang pernah terjadi dalam zaman Perjanjian Lama. Ketika Daud dikejar-kejar oleh Raja Saul yang cemburu dan kehilangan akal sehat, Daud memiliki seorang teman yang bersedia mengambil risiko besar untuk mendampinginya. Yonatan, putra tunggal Saul, menyatakan kesetiaannya kepada Daud dan memberitahukan niat sang ayah yang ingin membunuhnya [1 Samuel 20:31-42]. Lalu saat Saul mengejar Daud ke padang gurun, ‘bersiaplah Yonatan ... lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah’ [1 Samuel 23:16]. Sungguh luar biasa kisah persahabatan Daud dan Yonatan! Ikatan yang dijalin keduanya bukan atas dasar untung dan rugi. Daud dan Yonatan mengikatnya dengan dasar kasih yang sejati. Ada kesehatian, ada kesepahaman, ada kesepakatan, ada kerjasama dan saling melengkapi satu sama lain.
Betapa indahnya “hadiah” yang kita berikan saat kita dengan setia mendampingi seorang teman yang membutuhkan dukungan. Ada semangat dan kekuatan yang luar biasa saat dua orang bersatu. Sebagai orang percaya, kita memerlukan kesadaran akan kesatuan rohani kita dengan orang kristiani lainnya. Kita perlu berpusat pada dasar yang kita setujui, seperti kasih kita kepada Juruselamat yang telah mati untuk kita daripada bertengkar seputar pokok persoalan yang kurang berguna. Dengan mengabaikan perbedaan pendapat, kita sebagai orang percaya yang telah dibayar dengan tebusan darah seharusnya mengakui bahwa kita mempunyai satu ikatan keluarga yang kuat di dalam Kristus.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|