|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Pendoa syafaat merupakan pelayanan yang tidak kelihatan, namun sangat penting untuk dilakukan karena doa merupakan media komunikasi perjumpaan dengan Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pelayan Dibelakang Layar |
|
Pelayan Dibelakang Layar |
|
Selasa, 15 April 2014 | Tema: The Glory of Sacrifice |
|
|
|
|
|
Pelayan Dibelakang Layar |
|
Kolose 1:3,9; 4:3 |
|
|
|
|
|
|
Saat saya berkunjung ke sebuah persekutuan doa di SICC Sentul tahun 2012, saya cukup kaget dan keheranan melihat banyaknya pendoa syafaat yang mendukung pekerjaan Tuhan dalam pelayanan Pdt. Ir. Niko Nyotoraharjo. Mereka dengan tekun, sehati, berdoa syafaat mendoakan pekerjaan Tuhan dalam pelayanan Healing Movement. Di sini kita dapat melihat bahwa pelayanan Pdt. Ir. Niko Nyotoraharjo yang begitu dahsyat ternyata tidak dilakukan seorang diri, tetapi ada 12.000 pendoa syafaat yang mendukungnya di belakang layar.
Kadang setiap orang menganggap bahwa melayani sebagai pendoa syafaat gereja merupakan pelayanan yang sangat kecil bahkan lebih rendah dibandingkan dengan pelayanan yang lain karena tidak kelihatan (waktu ibadah di ruang doa). Mereka menganggap bahwa pelayanan yang sesungguhnya ya menjadi worship seader, Singer, pemain musik, dancer, tamborine, dan yang paling tinggi adalah pengkotbah karena mereka adalah pelayan-pelayan yang berperan penting dan terlihat di atas altar. Oleh karena itu sangat jarang anggota jemaat yang masih produktif muda mau menjadi pendoa syafaat. Alhasih, pendoa syafaat gereja hanya dipenuhi oleh jemaat-jemaat yang sudah tua, dan kebanyakan w...selengkapnya » |
Saat saya berkunjung ke sebuah persekutuan doa di SICC Sentul tahun 2012, saya cukup kaget dan keheranan melihat banyaknya pendoa syafaat yang mendukung pekerjaan Tuhan dalam pelayanan Pdt. Ir. Niko Nyotoraharjo. Mereka dengan tekun, sehati, berdoa syafaat mendoakan pekerjaan Tuhan dalam pelayanan Healing Movement. Di sini kita dapat melihat bahwa pelayanan Pdt. Ir. Niko Nyotoraharjo yang begitu dahsyat ternyata tidak dilakukan seorang diri, tetapi ada 12.000 pendoa syafaat yang mendukungnya di belakang layar.
Kadang setiap orang menganggap bahwa melayani sebagai pendoa syafaat gereja merupakan pelayanan yang sangat kecil bahkan lebih rendah dibandingkan dengan pelayanan yang lain karena tidak kelihatan (waktu ibadah di ruang doa). Mereka menganggap bahwa pelayanan yang sesungguhnya ya menjadi worship seader, Singer, pemain musik, dancer, tamborine, dan yang paling tinggi adalah pengkotbah karena mereka adalah pelayan-pelayan yang berperan penting dan terlihat di atas altar. Oleh karena itu sangat jarang anggota jemaat yang masih produktif muda mau menjadi pendoa syafaat. Alhasih, pendoa syafaat gereja hanya dipenuhi oleh jemaat-jemaat yang sudah tua, dan kebanyakan wanita.
Jika kita melihat pelayanan Rasul Paulus secara keseluruhan, ternyata pandangan yang saya kemukakan di atas itu keliru. Hamba Tuhan ‘sehebat’ Paulus ternyata tetap memohon bantuan agar jemaat yang dilayaninya terus mendoakan pelayanan Paulus (Kolose 4:3). Paulus menyadari tanpa pertolongan Tuhan melalui doa-doa yang dinaikan jemaat, pelayanannya tidak akan berjalan dengan baik. Pdt. Ir. Niko sadar betul bahwa pendoa syafaat merupakan pondasi dari sebuah pelayanan. Tanpa pondasi yang kuat, sebuah bangunan akan menjadi rapuh. Oleh karena itu Pdt. Ir. Niko membentuk Persekutuan Pendoa Syafaat yang cukup banyak dalam jajaran pelayanannya.
Pendoa syafaat merupakan pelayanan yang sangat mulia. Mereka tidak diprioritaskan dalam seksi-seksi, tidak pernah dipuji, tidak pernah terlihat, bahkan mungkin di balik tembok belakang mimbar saat ibadah. Namun siapakah yang menjadi penyambung lidah jemaat saat Pendeta berkotbah, mendoakan kelangsung ibadah, mendoakan jemaat yang sakit, bergumul bagi bangsa dan negara, dan lain-lain? Mereka adalah para pendoa syafaat, orang-orang yang melayani di belakang layar. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|