|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Dengan sikap tidak mau mengampuni, dapatkah kita menikmati kepastian pengampunan Allah? |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pengampunan |
|
Pengampunan |
|
Sabtu, 22 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Pengampunan |
|
Matius 18:21-35, Lukas 7:36-50 |
|
|
|
|
|
|
Berapa kali kita harus melepas pengampunan? Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu, tujuh puluh kali tujuh kali. Allah adalah Allah yang mengampuni (Mikha 7:18), Allah yang pengasih dan penyayang yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia (Yunus 4:2). Jadi sudah sepatutnya kita yang menerima pengampunan, yang menyebut Dia Bapa, melakukan sikap penuh pengampunan terhadap orang lain. Bagaimana jika kita tidak melakukannya?
Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu dalam perumpamaan seorang hamba yang tidak mau mengampuni (Matius 18:21-35): “maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo sampai ia melunaskan seluruh hutangnya...” Kata Yesus, dengan cara seperti itulah Bapa di Sorga akan memperlakukan siapa saja apabila tidak mengampuni. Membatalkan pengampunan yang sudah diberikan? Tentunya Allah tidak akan melakukan hal semacam itu bukan? Bukankah Dia Allah maha pengampun? Namun Tuhan Yesus berkata bahwa Allah akan melakukannya, sebuah perkataan yang sungguh keras!
Tuhan Yesus mengisahkan sebuah perumpamaan lain mengenai dua orang yang berhutang untuk menjelaskan aspek lain dari pengampunan (Lukas 7:36-50). Ini terjadi di rumah Simon, seorang farisi yang...selengkapnya » |
Berapa kali kita harus melepas pengampunan? Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu, tujuh puluh kali tujuh kali. Allah adalah Allah yang mengampuni (Mikha 7:18), Allah yang pengasih dan penyayang yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia (Yunus 4:2). Jadi sudah sepatutnya kita yang menerima pengampunan, yang menyebut Dia Bapa, melakukan sikap penuh pengampunan terhadap orang lain. Bagaimana jika kita tidak melakukannya?
Tuhan Yesus menjawab pertanyaan itu dalam perumpamaan seorang hamba yang tidak mau mengampuni (Matius 18:21-35): “maka marahlah tuannya itu dan menyerahkan dia kepada algojo-algojo sampai ia melunaskan seluruh hutangnya...” Kata Yesus, dengan cara seperti itulah Bapa di Sorga akan memperlakukan siapa saja apabila tidak mengampuni. Membatalkan pengampunan yang sudah diberikan? Tentunya Allah tidak akan melakukan hal semacam itu bukan? Bukankah Dia Allah maha pengampun? Namun Tuhan Yesus berkata bahwa Allah akan melakukannya, sebuah perkataan yang sungguh keras!
Tuhan Yesus mengisahkan sebuah perumpamaan lain mengenai dua orang yang berhutang untuk menjelaskan aspek lain dari pengampunan (Lukas 7:36-50). Ini terjadi di rumah Simon, seorang farisi yang tidak menyambut tamunya secara hormat seperti tradisi yang ada waktu itu. Tiba-tiba datang seorang wanita berdosa menerobos masuk mencurahkan rasa syukur dan kasihnya dengan membasuh kaki Tuhan Yesus dengan air matanya, menyeka dengan rambutnya, mencium kaki Tuhan Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Dalam perumpamaan ini Tuhan Yesus mengajarkan bahwa orang yang diampuni sejumlah besar hutangnya akan memberikan tanggapan dengan kasih yang besar. Sebaliknya, tidak ada tanggapan yang besar yang bisa diberikan seseorang yang merasa hanya sedikit diampuni.
Di mana ada tanggapan dengan kasih yang tulus, di sana ada roh pengampunan. Di mana ada roh pengampunan, di sana ada penghargaan yang lebih besar atas kemurahan pengampunan Allah dan akibatnya adalah kasih yang lebih besar lagi. Kasih dan pengampunan mengakibatkan reaksi berantai: makin banyak pengampunan, makin banyak kasih, makin banyak kasih makin banyak pengampunan. Mari kita praktikkan pengampunan yang Tuhan Yesus ajarkan dan teladankan kepada kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|