|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Iman tanpa ketaatan adalah nol besar. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Percaya Dan Taat |
|
Percaya Dan Taat |
|
Selasa, 17 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Percaya Dan Taat |
|
Ibrani 5:8-9 |
|
|
|
|
|
|
Suatu ketika ada seorang pemudi bertanya, “Pak, ketika seseorang percaya Yesus, maka ia akan menerima keselamatan. Nah, keselamatan itu bisa hilang apa tidak?” Belum sempat saya menjawab, dia menyambung pertanyaannya, “Kalau tidak bisa hilang, bagaimana dengan orang yang ‘percaya’ Kristus tetapi hidup dalam dosa, apakah tetap selamat?” Dari pertanyaannya, saya melihat ia sedang bergumul tentang ajaran sekali selamat tetap selamat tidak peduli bagaimana kehidupan seseorang. Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa keselamatan itu bisa hilang atau tidak sudah menjadi perdebatan para teolog berabad-abad yang lalu, namun yang lebih penting dipahami adalah bagaimana sebenarnya pengertian iman yang menyelamatkan itu.
Alkitab menyatakan bahwa seseorang itu diselamatkan oleh iman di dalam Kristus Yesus [Roma 10:9; Efesus 2:8]. Kata iman, baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani, bukan hanya berarti percaya atau mempercayakan diri, tetapi juga dibarengi dengan ketaatan. Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Beriman kepada Yesus Kristus selain mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, juga sekaligus taat dan setia kepada-Nya. Jadi iman yang menyelamatkan itu bukan sekedar hanya percaya bahwa Yesus Kri...selengkapnya » |
Suatu ketika ada seorang pemudi bertanya, “Pak, ketika seseorang percaya Yesus, maka ia akan menerima keselamatan. Nah, keselamatan itu bisa hilang apa tidak?” Belum sempat saya menjawab, dia menyambung pertanyaannya, “Kalau tidak bisa hilang, bagaimana dengan orang yang ‘percaya’ Kristus tetapi hidup dalam dosa, apakah tetap selamat?” Dari pertanyaannya, saya melihat ia sedang bergumul tentang ajaran sekali selamat tetap selamat tidak peduli bagaimana kehidupan seseorang. Kemudian saya menjelaskan kepadanya bahwa keselamatan itu bisa hilang atau tidak sudah menjadi perdebatan para teolog berabad-abad yang lalu, namun yang lebih penting dipahami adalah bagaimana sebenarnya pengertian iman yang menyelamatkan itu.
Alkitab menyatakan bahwa seseorang itu diselamatkan oleh iman di dalam Kristus Yesus [Roma 10:9; Efesus 2:8]. Kata iman, baik dalam bahasa Ibrani maupun Yunani, bukan hanya berarti percaya atau mempercayakan diri, tetapi juga dibarengi dengan ketaatan. Bagaikan dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Beriman kepada Yesus Kristus selain mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat diandalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, juga sekaligus taat dan setia kepada-Nya. Jadi iman yang menyelamatkan itu bukan sekedar hanya percaya bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang telah menjadi manusia, mati di kayu salib menebus dosa kita dan bangkit mengalahkan maut, tetapi juga kesediaan untuk taat kepada setiap perintah-Nya. Dengan kata lain, percaya tanpa ketaatan itu bukan iman. Seperti pernyataan dalam Yakobus 2:17 bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati.
Oleh sebab itu rasul Paulus selalu menasihatkan orang-orang percaya yang telah diselamatkan di dalam Kristus agar terus menerus menanggalkan manusia lama; mematikan perbuatan-perbuatan daging dan keduniawian; meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan sebaliknya mengenakan manusia baru dan hidup sebagai anak-anak terang [Efesus 4:22-24; Kolose 3:5, 10]. Hal itu selaras dengan ajaran Tuhan Yesus bahwa seorang murid [pengikut] Kristus harus bersedia menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Dia [Lukas 9:23]. Itu adalah prinsip ketaatan.
Setelah panjang lebar menyimak penjelasan saya, kemudian pemudi tersebut menyimpulkan, “Berarti keselamatan oleh iman itu melibatkan percaya dan ketaatan. Dengan kata lain, tidak ada keselamatan tanpa ketaatan.” Saya pun mengangguk mantap tanda setuju mendengar kesimpulannya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|