|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jangan jemu-jemu berbuat baik dan bermurah hati.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Perempuan Sebagai Penolong |
|
Perempuan Sebagai Penolong |
|
Sabtu, 25 Oktober 2014 | Tema: Goodness and Generousity |
|
|
|
|
|
Perempuan Sebagai Penolong |
|
Kejadian 2:18, 22 |
|
|
|
|
|
|
Taman Eden adalah saksi di mana Allah berfirman “tidak baik” atas ciptaan-Nya. Padahal sejak hari pertama sampai hari ke lima Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu baik, bahkan di hari ke enam Allah melihat segala yang diciptakan-Nya sungguh amat baik. Setelah itu Allah berhenti, memberkati dan mengkuduskan hari ke tujuh. Apa yang tidak baik? Mengapa tidak baik? Belum adanya penolong yang sepadan bagi manusia. Nampaknya sejak semula Allah menghendaki adanya keadaan saling menolong, suka berbagi memberi pertolongan di tengah-tengah manusia. Allah menghadirkan “perempuan” yang ditetapkan-Nya sebagai penolong, yang dari rahimnya akan lahir para penolong yang lain.
Ketika perempuan Hawa menyalahgunakan jati dirinya sebagai penolong, membawa Adam jatuh dalam dosa, seakan Allah gagal dalam rencana-Nya. Namun Allah kita adalah Allah yang tidak pernah gagal dalam semua rencana dan kehendak-Nya. Sekali Dia tetapkan perempuan dengan jati diri sebagai penolong, Dia tetap pada ketetapan-Nya. Dia berjanji bahwa dari benih perempuan akan lahir “ Sang Penolong Agung” yang akan mengajarkan dan meneladankan sikap saling menolong, saling memberi sebagai wujud nyata pribadi Allah ...selengkapnya » |
Taman Eden adalah saksi di mana Allah berfirman “tidak baik” atas ciptaan-Nya. Padahal sejak hari pertama sampai hari ke lima Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu baik, bahkan di hari ke enam Allah melihat segala yang diciptakan-Nya sungguh amat baik. Setelah itu Allah berhenti, memberkati dan mengkuduskan hari ke tujuh. Apa yang tidak baik? Mengapa tidak baik? Belum adanya penolong yang sepadan bagi manusia. Nampaknya sejak semula Allah menghendaki adanya keadaan saling menolong, suka berbagi memberi pertolongan di tengah-tengah manusia. Allah menghadirkan “perempuan” yang ditetapkan-Nya sebagai penolong, yang dari rahimnya akan lahir para penolong yang lain.
Ketika perempuan Hawa menyalahgunakan jati dirinya sebagai penolong, membawa Adam jatuh dalam dosa, seakan Allah gagal dalam rencana-Nya. Namun Allah kita adalah Allah yang tidak pernah gagal dalam semua rencana dan kehendak-Nya. Sekali Dia tetapkan perempuan dengan jati diri sebagai penolong, Dia tetap pada ketetapan-Nya. Dia berjanji bahwa dari benih perempuan akan lahir “ Sang Penolong Agung” yang akan mengajarkan dan meneladankan sikap saling menolong, saling memberi sebagai wujud nyata pribadi Allah yang adalah kasih. Itu semua sudah tergenapi dalam diri Yesus Kristus, Tuhan kita.
Alkitab menghadirkan cukup banyak tokoh perempuan yang sadar akan jati dirinya. Kita kenal gadis Maria, Ibu Yesus. Dia berani memberikan hidupnya dengan semua harga yang harus dia bayar demi lahirnya Sang Mesias di bumi ini (Lukas 1:26-38). Satu saat Yesus memperhatikan seorang perempuan janda miskin yang berani memberikan dua keping uang yang dia punya (Markus 12:4-44) dan Yesus ajarkan nilai memberi kepada murid-muridNya. Ada kisah seorang perempuan penjahit sederhana, Dorkas namanya. Dia dicatat sebagai perempuan yang banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah (KPR 9:36). Dan masih banyak lagi yang lain.
Bagaimana dengan kita, para perempuan? Ketahuilah dan camkanlah jati diri kita “PENOLONG” yang suka memberi dan berbagi pertolongan. Mari kita pelajari nilai memberi yang benar dan kita pelopori gerakan memberi di tengah-tengah keluarga kita, di tengah-tengah komunitas gereja kita, bahkan ditengah-tengah masyarakat di mana kita ada. Apa saja yang kita punya bisa kita berikan dan bagikan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|