|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Menunjukkan sikap marah yang berlebihan, justru tidak akan membawa kebaikan. Tetapi kata-kata yang lembut dan bijaksana akan memberi pengertian.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Perkataan Yang Bijaksana |
|
Perkataan Yang Bijaksana |
|
Selasa, 28 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Perkataan Yang Bijaksana |
|
Amsal 16:21 |
|
|
|
|
|
|
Pada sebuah acara pertemuan keluarga, Andi, bocah berusia empat tahun tiba-tiba berteriak, “Bego, kamu.” Kontan saja Dewi, sang mama, yang mendengar ucapan itu jelas kaget dan malu. Walaupun sudah diberi pengertian bahwa kata-kata itu tidak baik, Andi tetap mengulanginya berkali-kali hingga membuat Dewi semakin malu dan berusaha menahan amarah kepada anaknya. Melihat reaksi orang di sekelilingnya yang mendiamkannya, akhirnya Andi berhenti berkata-kata. “Waduh, Andi tahu istilah itu dari mana, ya?” telisik sang mama. Tentunya masalah tersebut tidak hanya dialami oleh ibu Dewi, tetapi juga kita semua, para orangtua.
Proses alami meniru ucapan terjadi pada anak usia 1 - 3 tahun. Di masa itulah mereka belajar berbicara, belajar bahasa, dan juga menambah kosa kata. Di usia itu seringkali anak-anak ‘membeo’ tanpa tahu maksud dan artinya, menirukan kata-kata yang didengarnya baik dari orangtua dan keluarga, dari teman-teman bermainnya, dan bahkan dari televisi. Kata-kata yang buruk dan tidak sopan, seperti kasus Andi di atas, harus disikapi dengan bijak karena jika kebiasaan jelek tersebut terbawa hingga besar, maka si anak akan mudah melontarkan kata-kata tidak sopan dan ka...selengkapnya » |
Pada sebuah acara pertemuan keluarga, Andi, bocah berusia empat tahun tiba-tiba berteriak, “Bego, kamu.” Kontan saja Dewi, sang mama, yang mendengar ucapan itu jelas kaget dan malu. Walaupun sudah diberi pengertian bahwa kata-kata itu tidak baik, Andi tetap mengulanginya berkali-kali hingga membuat Dewi semakin malu dan berusaha menahan amarah kepada anaknya. Melihat reaksi orang di sekelilingnya yang mendiamkannya, akhirnya Andi berhenti berkata-kata. “Waduh, Andi tahu istilah itu dari mana, ya?” telisik sang mama. Tentunya masalah tersebut tidak hanya dialami oleh ibu Dewi, tetapi juga kita semua, para orangtua.
Proses alami meniru ucapan terjadi pada anak usia 1 - 3 tahun. Di masa itulah mereka belajar berbicara, belajar bahasa, dan juga menambah kosa kata. Di usia itu seringkali anak-anak ‘membeo’ tanpa tahu maksud dan artinya, menirukan kata-kata yang didengarnya baik dari orangtua dan keluarga, dari teman-teman bermainnya, dan bahkan dari televisi. Kata-kata yang buruk dan tidak sopan, seperti kasus Andi di atas, harus disikapi dengan bijak karena jika kebiasaan jelek tersebut terbawa hingga besar, maka si anak akan mudah melontarkan kata-kata tidak sopan dan kasar saat sedang emosi.
Biasanya reaksi marah [terutama yang berlebihan] ketika anak kita mengucapkan kata-kata kasar dan tidak sopan seringkali merupakan upaya menutupi rasa malu kita sebagai orangtua. Kita takut dipandang sebagai orangtua yang tidak bisa mendidik anak dengan baik. Alangkah baiknya jika kita lebih fokus memberi arahan kepada anak daripada sekedar menutupi rasa malu kita. Seperti nats hari ini menyatakan bahwa orang yang bijak hati disebut berpengertian, dan berbicara manis lebih dapat menyakinkan. Artinya kata-kata yang bijaksana mempunyai kekuatan untuk meyakinkan dan bahkan mengubahkan perilaku seseorang.
Apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua jika menghadapi kasus serupa? Kita sebagai orangtua [termasuk kakek dan nenek] bisa memberi contoh kata-kata yang sederhana dan sopan kepada anak setiap hari. Ayah ibu, selaku orangtua, harus benar-benar memperhatikan kosakata yang dipakai dalam percakapan keseharian. Kata-kata kasar dan tidak sopan harus benar-benar dihilangkan termasuk ketika tensi emosi kita meninggi. Kita hendaknya mengapresiasi [memberi pujian] ketika anak berkata-kata dengan sopan dan mengarahkan ketika anak mengucapkan kata-kata yang kasar dan tidak sopan tanpa harus marah secara berlebihan. Juga tidak kalah pentingnya adalah mendampingi anak-anak ketika mereka menonton televisi dan memberikan pengertian tentang apa yang ditontonnya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|