|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Panggilan hidup adalah panggilan untuk menentukan pilihan-pilihan hidup yang bernilai tinggi. Semakin pilihan-pilihan kita itu sesuai dengan kehendak Yesus, maka pilihan itu semakin bernilai tinggi.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Pilihan Nilai Hidup |
|
Pilihan Nilai Hidup |
|
Rabu, 07 Mei 2014 | Tema: The Compassion of Jesus |
|
|
|
|
|
Pilihan Nilai Hidup |
|
Matius 25:38-40 |
|
|
|
|
|
|
Ketika seorang anak lahir, terbentang lembaran-lembaran sejarah untuk siap disuratinya. Terhampar alam mengundangnya untuk bercanda dan bercengkerama. Ketika seorang anak mulai bertumbuh dan bertumbuh hingga semakin “jauh” melampaui masa-masa perkembangannya, terhidang ajakan baginya untuk menyemarakkan alam raya semesta. Pilihan demi pilihan telah dijatuhkan untuk melengkapi kebutuhan diri maupun sekedar memenuhi keinginan yang kurang berarti.
Saudara, hidup ini diperhadapkan dengan Pilihan Arti. Artinya: kita harus memilih pilihan-pilihan yang lebih berdaya guna, lebih bermanfaat dan lebih bermutu. Misalnya: memilih untuk mancing di hari Minggu atau beribadah dan kemudian bercengkerama dengan keluarga? Memilih kerja lembur di hari libur atau rekreasi dengan anak dan istri? Lebih suka membangun hubungan bersama anak-anak atau sekedar memberi mereka uang dan fasilitas, selesai! Mengutamakan kepentingan umum atau diri sendiri? Mengekspor kayu demi keuntungan besar yang memungkinkan berdampak banjir dan merugikan banyak orang atau menjaga perbukitan dan lereng gunung tetap hijau dan rimbun? Memilih berobat dengan biaya mahal atau sayang harta (uang) dan mengabaikan penyakitnya? Mencari keuntungan diri sendiri di ladang pelayanan atau memilih berkorban demi keutuhan j...selengkapnya » |
Ketika seorang anak lahir, terbentang lembaran-lembaran sejarah untuk siap disuratinya. Terhampar alam mengundangnya untuk bercanda dan bercengkerama. Ketika seorang anak mulai bertumbuh dan bertumbuh hingga semakin “jauh” melampaui masa-masa perkembangannya, terhidang ajakan baginya untuk menyemarakkan alam raya semesta. Pilihan demi pilihan telah dijatuhkan untuk melengkapi kebutuhan diri maupun sekedar memenuhi keinginan yang kurang berarti.
Saudara, hidup ini diperhadapkan dengan Pilihan Arti. Artinya: kita harus memilih pilihan-pilihan yang lebih berdaya guna, lebih bermanfaat dan lebih bermutu. Misalnya: memilih untuk mancing di hari Minggu atau beribadah dan kemudian bercengkerama dengan keluarga? Memilih kerja lembur di hari libur atau rekreasi dengan anak dan istri? Lebih suka membangun hubungan bersama anak-anak atau sekedar memberi mereka uang dan fasilitas, selesai! Mengutamakan kepentingan umum atau diri sendiri? Mengekspor kayu demi keuntungan besar yang memungkinkan berdampak banjir dan merugikan banyak orang atau menjaga perbukitan dan lereng gunung tetap hijau dan rimbun? Memilih berobat dengan biaya mahal atau sayang harta (uang) dan mengabaikan penyakitnya? Mencari keuntungan diri sendiri di ladang pelayanan atau memilih berkorban demi keutuhan jemaat? Jalan Salib atau jalan dunia? Tetap merokok yang “katanya” memberi banyak inspirasi atau memilih paru-paru sehat? Dan lain sebagainya.
Itu semua adalah upaya hidup memilih “nilai-nilai”. Pilihan-pilihan yang semakin mengarah pada diri sendiri, mutu “nilai”nya semakin rendah. Tetapi sebaliknya, semakin jauh dari kepentingan diri sendiri dalam menjatuhkan pilihan; dan semakin mendekati untuk kepentingan kemanusiaan dan memuliakan Tuhan, maka “nilainya” semakin berkualitas, semakin mulia. Yang manakah kecenderungan Saudara?
Dalam Matius 25:31-46, Yesus menggambarkan bagaimana orang-orang yang sementara tinggal di dunia telah menjatuhkan pilihan. Pilihan yang bukan untuk kepentingan sesamanya (ayat 41-43), maka Yesus akan mengenyahkan mereka. Tetapi Yesus mengundang kepada orang-orang yang selama di dunia selalu menjatuhkan pilihan untuk kepentingan kemanusiaan (sesama), maka Yesus mengundang mereka ke dalam perjamuan Raja yang telah siap dimulai (ayat 34-40). Sekali lagi, “dimanakah kecenderungan Saudara?” renungkanlah. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|