|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! (Wahyu 3:19)
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Respon Terhadap Teguran |
|
Respon Terhadap Teguran |
|
Selasa, 04 November 2014 | Tema: Forgiven to Forgive |
|
|
|
|
|
Respon Terhadap Teguran |
|
Wahyu 3:19 |
|
|
|
|
|
|
Sudahkah Anda menonton film berjudul “Jokowi”? Ada satu penggal kisah yang menurut saya sangat dramatis. Dalam adegan itu, dikisahkan Jokowi kecil mengetahui ada teman-teman ngajinya yang bolos. Karena takut dilaporkan ke guru ngaji, teman-temannya itu bermaksud menyuap Jokowi kecil dengan uang. Setelah dua kali ditolak, maka teman-temannya itu pun geram dan memukulnya. Sesampai di rumah, melihat anaknya babak belur, ayah Jokowi sangat marah. Ia berpikir anaknya berkelahi. “Bapakmu ki gak bangga kalau anaknya jadi brandalan, Le (bahasa Jawa, sebutan untuk anak laki-laki)! Itu adalah salah satu ungkapan kemarahan sang ayah. Namun yang menjadi puncak dramatisnya ketika sang ayah segera mengambil rotan. Ibu dan kedua adik perempuan Jokowi, segera terhenyak, kuatir jika ayahnya akan memukul orang yang mereka cintai. Dan dugaan mereka salah. Sang ayah justru memukuli dirinya sendiri, sambil berkata, “Bapakmu iki Le sing gak becus ndidik anak!” Dan peristiwa itu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh keluarga itu. Jokowi kecil serta adik-adiknya menjadi jera, dan tidak mau menyakiti hati ayahnya lagi melalui perbuatan mereka. Demikian dengan sang ayah, ia lebih berhati-hati lagi dalam mendidik anak-anaknya.
Cerita tersebut berkesan bagi saya. Betapa seorang ayah mendidik ...selengkapnya » |
Sudahkah Anda menonton film berjudul “Jokowi”? Ada satu penggal kisah yang menurut saya sangat dramatis. Dalam adegan itu, dikisahkan Jokowi kecil mengetahui ada teman-teman ngajinya yang bolos. Karena takut dilaporkan ke guru ngaji, teman-temannya itu bermaksud menyuap Jokowi kecil dengan uang. Setelah dua kali ditolak, maka teman-temannya itu pun geram dan memukulnya. Sesampai di rumah, melihat anaknya babak belur, ayah Jokowi sangat marah. Ia berpikir anaknya berkelahi. “Bapakmu ki gak bangga kalau anaknya jadi brandalan, Le (bahasa Jawa, sebutan untuk anak laki-laki)! Itu adalah salah satu ungkapan kemarahan sang ayah. Namun yang menjadi puncak dramatisnya ketika sang ayah segera mengambil rotan. Ibu dan kedua adik perempuan Jokowi, segera terhenyak, kuatir jika ayahnya akan memukul orang yang mereka cintai. Dan dugaan mereka salah. Sang ayah justru memukuli dirinya sendiri, sambil berkata, “Bapakmu iki Le sing gak becus ndidik anak!” Dan peristiwa itu menjadi pelajaran berharga bagi seluruh keluarga itu. Jokowi kecil serta adik-adiknya menjadi jera, dan tidak mau menyakiti hati ayahnya lagi melalui perbuatan mereka. Demikian dengan sang ayah, ia lebih berhati-hati lagi dalam mendidik anak-anaknya.
Cerita tersebut berkesan bagi saya. Betapa seorang ayah mendidik anaknya dengan cara yang berbeda. Demikian pula dengan kreatifitas yang dimiliki Bapa di sorga dalam mendidik anak-anak-Nya. Tidak dengan cara yang menimbulkan sakit hati anak, namun justru menumbuhkan rasa tanggung jawab yang lebih lagi terhadap kepercayaan dari bapaknya. Namun kasih yang dimiliki Bapa kita lebih besar dari kasih semua bapa di dunia. Rancangan awalnya adalah untuk kebaikan bagi setiap orang yang mengasihi-Nya. Namun cara Allah mengasihi anak-Nya tidak selalu dengan mengabulkan setiap permintaan anak-Nya atau memberikan berkat yang melimpah. Kadang justru melalui hal-hal yang menyakitkan, Allah mengingatkan anak-anak-Nya bahwa mereka tidak bisa melakukan semua sendiri dan membuat semuanya sempurna seperti yang mereka inginkan. Ia menegur anak-anak-Nya yang melakukan hal-hal yang tidak diinginkan-Nya. Mereka disadarkan bahwa hanya Allah-lah yang berdaulat penuh atas hidup mereka.
Dalam nats yang kita baca hari ini, ada sikap yang Tuhan inginkan ketika menghadapi kasih Allah melalui teguran. Rela dan bertobatlah! Jika Anda sudah melakukan yang benar, namun masih saja menghadapi hal-hal yang sulit, tetaplah bersukacita dan rela karena Tuhan sedang mengembangkan kepercayaan Anda kepada-Nya dalam level yang lebih tinggi. Namun jika Allah menegur Anda karena Anda berbuat yang mendukakan hati-Nya, maka segeralah bertobat. Anugerah dan kasih karunia Allah menunggu Anda. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|