|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
‘Jangan kamu menjadi serupa dengan dunia ini tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu...’
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Revolusi Mental |
|
Revolusi Mental |
|
Sabtu, 02 September 2017 |
|
|
|
|
|
Revolusi Mental |
|
2 Korintus 5:17 |
|
|
|
|
|
|
Salah satu program yang digaungkan oleh Bapak Jokowi Widodo setelah dilantik menjadi Presiden RI adalah revolsi mental. Revolusi mental berarti sebuah usaha untuk mengembalikan karakter warga negara kepada apa yang menjadi orisinalitas atau identitas asli bangsa, yaitu karakter santun, berbudi pekerti, ramah dan bergotong royong. Presiden Jokowi menekankan pentingnya revolusi mental di tengah-tengah negeri ini karena beliau menilai sekarang ini sedikit demi sedikit karakter asli itu berubah dan itu tidak disadari. Yang lebih parah lagi tidak ada yang ‘ngerem’. Dan yang seperti itulah yang merusak mental bangsa. Perubahan karakter bangsa tersebut merupakan akar munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang buruk, bobroknya birokasi, hingga ketidaksiplinan. Karena itu Presiden Jokowi memandang pentingnya revolusi mental di bangsa ini.
Sebenarnya revolusi mental bukanlah hal yang asing bagi kekristenan karena pada hakikatnya hal tersebut merupakan salah satu aspek dari program Ilahi melalui kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Sejak manusia jatuh dalam dosa, dosa dan kejahatan semakin marak dan berkembang. Kuasa dan kekuatannya mencengkeram dan membelenggu manusia. Bahkan di zaman Nuh dikatakan bahwa perbuatan manusia itu melahirkan kejahatan semata. Artinya...selengkapnya » |
Salah satu program yang digaungkan oleh Bapak Jokowi Widodo setelah dilantik menjadi Presiden RI adalah revolsi mental. Revolusi mental berarti sebuah usaha untuk mengembalikan karakter warga negara kepada apa yang menjadi orisinalitas atau identitas asli bangsa, yaitu karakter santun, berbudi pekerti, ramah dan bergotong royong. Presiden Jokowi menekankan pentingnya revolusi mental di tengah-tengah negeri ini karena beliau menilai sekarang ini sedikit demi sedikit karakter asli itu berubah dan itu tidak disadari. Yang lebih parah lagi tidak ada yang ‘ngerem’. Dan yang seperti itulah yang merusak mental bangsa. Perubahan karakter bangsa tersebut merupakan akar munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang buruk, bobroknya birokasi, hingga ketidaksiplinan. Karena itu Presiden Jokowi memandang pentingnya revolusi mental di bangsa ini.
Sebenarnya revolusi mental bukanlah hal yang asing bagi kekristenan karena pada hakikatnya hal tersebut merupakan salah satu aspek dari program Ilahi melalui kehadiran Yesus Kristus ke dunia. Sejak manusia jatuh dalam dosa, dosa dan kejahatan semakin marak dan berkembang. Kuasa dan kekuatannya mencengkeram dan membelenggu manusia. Bahkan di zaman Nuh dikatakan bahwa perbuatan manusia itu melahirkan kejahatan semata. Artinya bahwa kejahatan itu semakin berkembang luar biasa dan menguasai seluruh sendi kehidupan manusia. Sekarang ini pun kita bisa melihat bahwa kejahatan semakin memuncak. Dunia ini benar-benar telah dikuasai oleh dosa dan kejahatan. Manusia dibuat tidak berdaya. Oleh karena itu diperlukan intervensi Ilahi untuk terjadinya revolusi mental dalam hidup manusia.
Intervensi Ilahi tersebut nyata melalui karya Yesus Kristus di kayu salib yang memerdekakan kita, yang percaya, dari dosa. Kita yang dulu mati karena dosa telah dihidupkan kembali oleh kematian dan kebangkitan-Nya. Dosa dan kejahatan tidak lagi berkuasa atas kita. Oleh-Nya, kita menjadi ciptaan baru. ‘Jadi siapa yang dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru’. Itulah poin penting yang mendasari efektifnya revolusi mental. Selanjutnya, ‘yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang’. Artinya, sebagai ciptaan baru, kita diingatkan untuk terus menerus mematikan dan menanggalkan manusia lama yang dipenuhi hawa nafsu duniawi [Kolose 3:5-9] dan terus hidup dalam hidup yang baru [Kolose 3:10-17]. Caranya adalah dengan terus berubah oleh pembaharuan budi kita [Roma 12:2a] di dalam terang firman Allah dan Roh Kudus. Oleh sebab itu hiduplah selalu dalam pimpinan firman dan Roh Kudus, niscaya hidup kita akan mengalami revolusi mental seperti halnya yang dicita-citakan Presiden Jokowi. Sehingga korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja yang buruk, penyalahgunaan wewenang, hingga ketidaksiplinan, dan sebagainya, akan menjadi musuh kita. Sedangkan karakter santun, berbudi pekerti, ramah, bergotong royong, dan sebagainya, akan menjadi sahabat.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|