|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kuasa dan pengorbanan Tuhan lebih besar dari pengorbanan kita sebagai Penantang Zaman. Jadi berjuanglah!
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Sang Penantang Zaman |
|
Sang Penantang Zaman |
|
Rabu, 20 Mei 2015 | Tema: Generasi Yang Melakukan Kehendak Allah |
|
|
|
|
|
Sang Penantang Zaman |
|
Daniel 3:1-30 |
|
|
|
|
|
|
Orang biasa memanggilnya Zakif. Beberapa waktu lalu seakan mata masyarakat Indonesia tertuju padanya. Bukan karena dia seorang artis kontroversi, pejabat terkenal atau orang penting lainnya. Dia adalah seorang pelajar kelas 3 SMU di Yogyakarta yang melaporkan kebocoran soal UN yang diselenggarakan kira-kira 3 minggu lalu kepada pihak yang berwenang. Bagi yang merasa terancam dengan laporan Zakif tersebut, tidak sedikit yang mengancamnya melalui media sosial. Dia ditekan sedemikian rupa supaya mengurungkan niatnya. Namun ia tetap melaporkan kecurangan tersebut. Atas laporannya, hasil UN kini tidak lagi menjadi standar penerimaan mahasiswa baru di Universitas Gajah Mada. Selain itu, kejujurannya tidak hanya mendapatkan pujian, kebanggaan dari orangtua dan orang-orang yang masih menghargai kejujuran, tapi dia juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah.
Kisah di atas mungkin sudah menjadi barang langka di dunia. Lihat saja prinsip masyarakat zaman sekarang. Zaman iki zaman edan, yen sik waras dianggep edan [zaman ini zaman gila, kalau masih sehat dianggap gila]. Banyak terjadi di sekitar kita peristiwa yang “melegalkan dosa atau kebiasaan yang tidak baik”. Misalnya, seorang karyawan dengan gampang dan tanpa rasa takut memberi dan menerima nota kosong; seorang pelajar/m...selengkapnya » |
Orang biasa memanggilnya Zakif. Beberapa waktu lalu seakan mata masyarakat Indonesia tertuju padanya. Bukan karena dia seorang artis kontroversi, pejabat terkenal atau orang penting lainnya. Dia adalah seorang pelajar kelas 3 SMU di Yogyakarta yang melaporkan kebocoran soal UN yang diselenggarakan kira-kira 3 minggu lalu kepada pihak yang berwenang. Bagi yang merasa terancam dengan laporan Zakif tersebut, tidak sedikit yang mengancamnya melalui media sosial. Dia ditekan sedemikian rupa supaya mengurungkan niatnya. Namun ia tetap melaporkan kecurangan tersebut. Atas laporannya, hasil UN kini tidak lagi menjadi standar penerimaan mahasiswa baru di Universitas Gajah Mada. Selain itu, kejujurannya tidak hanya mendapatkan pujian, kebanggaan dari orangtua dan orang-orang yang masih menghargai kejujuran, tapi dia juga mendapatkan penghargaan dari pemerintah.
Kisah di atas mungkin sudah menjadi barang langka di dunia. Lihat saja prinsip masyarakat zaman sekarang. Zaman iki zaman edan, yen sik waras dianggep edan [zaman ini zaman gila, kalau masih sehat dianggap gila]. Banyak terjadi di sekitar kita peristiwa yang “melegalkan dosa atau kebiasaan yang tidak baik”. Misalnya, seorang karyawan dengan gampang dan tanpa rasa takut memberi dan menerima nota kosong; seorang pelajar/mahasiswa dengan lancar mencontek kanan kiri; para pejabat dengan tangan yang ringan memberi dan menerima “pelicin” demi kepentingan pribadi dan golongan; oknum PNS dengan santai “mengebiri” waktu kerja namun minta kenaikan gaji, dll. Namun nats yang kita baca hari ini mengingatkan kembali akan kehendak Tuhan bagi kita sebagai orang yang percaya. Sadrakh, Mesakh dan Abednego membuktikan diri mereka sebagai Penantang Zaman. Mereka berani menentang titah raja untuk menyembah berhala karena cinta dan ketaatan mereka pada Allah lebih besar. Maka segala ancaman, ejekan, hujatan dan hukuman pun tidak dihiraukannya demi terlaksananya kehendak Allah melalui mereka. Dan terbukti bahwa Tuhan tidak tinggal diam atas pengorbanan orang-orang yang beriman. Dia menunjukkan keMahakuasaan-Nya atas umat-Nya.
Hari ini kita mendapat contoh nyata dari orang-orang yang terbukti mampu menjadi Penantang Zaman bagi generasi mereka. Bagaikan orang yang melawan arus, pasti kita akan menghadapi halangan yang tidak sedikit. Namun yang menentukan keberhasilan kita adalah bagaimana kuatnya pijakan atau pegangan kita. Demikian halnya sebagai Penantang Zaman. Cinta akan Tuhan dan mengutamakan kebenaran dan kehendak-Nyalah yang menjadikan kita kuat untuk melakukannya. Selamat berjuang! |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|