|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Sudah seharusnya kalau orang percaya datang ke gereja, bersekutu, dan memiliki doa pribadi yang intim dengan Tuhan.”
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Seharusnya di dalam Gereja |
|
Seharusnya di dalam Gereja |
|
Senin, 09 November 2015 | Tema: Hasrat Untuk Menyembah |
|
|
|
|
|
Seharusnya di dalam Gereja |
|
Mazmur 84:3 |
|
|
|
|
|
|
“Anak monyet di atas pohon, anak burung di dalam sangkar, anak cacing di dalam tanah, anak Tuhan di dalam Gereja”. Demikian bunyi satu paragraf dari sebuah lagu Sekolah Minggu. Syair lagu tersebut mengajarkan bahwa masing-masing mahluk yang diciptakan Tuhan memiliki tempat kediaman yang seharusnya dirindukan. Anak monyet tentu selalu bergelantungan di atas pohon; anak burung sudah pasti ada di dalam sarang; anak cacing pasti ada di dalam tanah; sedangkan anak Tuhan harus selalu rindu berada di rumah Tuhan. Secara sederhana, lagu ini mengajarkan kita untuk menjadikan rumah Tuhan [gereja] sebagai tempat kediaman yang selalu kita rindukan.
Mazmur Bani Korah berkata bahwa ‘jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup [ayat 3]’. Pada zaman Raja-raja, Bait Suci adalah tempat kediaman Allah. Bait Suci merupakan satu-satunya tempat di mana Allah Israel berdiam di antara manusia. Di sanalah tempat orang Israel mencari Tuhan, di sanalah tempat orang Israel mempersembahkan korban, di sanalah tempat orang Israel memanjatkan doa-doa dan menjalankan perayaan-perayaan keagamaan, dan juga adat- istiadat yang diajarkan Musa kepada mereka lewat hukum Taurat. Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah ba...selengkapnya » |
“Anak monyet di atas pohon, anak burung di dalam sangkar, anak cacing di dalam tanah, anak Tuhan di dalam Gereja”. Demikian bunyi satu paragraf dari sebuah lagu Sekolah Minggu. Syair lagu tersebut mengajarkan bahwa masing-masing mahluk yang diciptakan Tuhan memiliki tempat kediaman yang seharusnya dirindukan. Anak monyet tentu selalu bergelantungan di atas pohon; anak burung sudah pasti ada di dalam sarang; anak cacing pasti ada di dalam tanah; sedangkan anak Tuhan harus selalu rindu berada di rumah Tuhan. Secara sederhana, lagu ini mengajarkan kita untuk menjadikan rumah Tuhan [gereja] sebagai tempat kediaman yang selalu kita rindukan.
Mazmur Bani Korah berkata bahwa ‘jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN; hatiku dan dagingku bersorak-sorai kepada Allah yang hidup [ayat 3]’. Pada zaman Raja-raja, Bait Suci adalah tempat kediaman Allah. Bait Suci merupakan satu-satunya tempat di mana Allah Israel berdiam di antara manusia. Di sanalah tempat orang Israel mencari Tuhan, di sanalah tempat orang Israel mempersembahkan korban, di sanalah tempat orang Israel memanjatkan doa-doa dan menjalankan perayaan-perayaan keagamaan, dan juga adat- istiadat yang diajarkan Musa kepada mereka lewat hukum Taurat. Satu hal penting yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa di dalam Bait Suci-lah dosa-dosa umat Israel dihapuskan lewat pendamaian korban persembahan. Oleh karena itu, orang Israel sangat merindukan diam dalam Bait Suci-Nya. Tubuh, jiwa dan roh mereka akan bersorak-sorai kepada Allah saat mereka berada di Bait Allah.
Pesan sederhana dari lagu Sekolah Minggu ini mengajak kita semua orang-orang yang telah menjadi anak-anak-Nya untuk selalu merindukan Tuhan dalam Bait-Nya. Mencari Tuhan di rumah-Nya yang kudus guna menerima pengajaran-pengajaran Firman-Nya; mencari Tuhan dalam persekutuan-persekutua orang percaya supaya kita dapat saling membangun dan mendoakan, dan juga mencari Tuhan secara pribadi dalam doa kita supaya kita memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Itulah kerinduan akan Tuhan dalam hidup kita. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|