|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Mari selaraskan ucapan dan tindakan kita dengan iman kita.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Sepak Terjang Sang Guru |
|
Sepak Terjang Sang Guru |
|
Sabtu, 11 April 2015 | Tema: Berkenan Di Hati Tuhan |
|
|
|
|
|
Sepak Terjang Sang Guru |
|
Matius 23:1-12 |
|
|
|
|
|
|
Perawakannya tinggi besar. Ia suka bercerita dan melontarkan lawakan. Meskipun demikian tak banyak siswa yang menyukai guru ini. Pasalnya, gurauan yang dilontarkannya sering kali membuat merah telinga. Entah itu berupa olok-olok terhadap agama lain yang tak dianutnya, ejekan terhadap siswa-siswi di kelasnya, juga lawakan yang menjurus pada hal yang tak pantas. Lebih miris lagi, sang guru mengampu matapelajaran Pendidikan Moral Pancasila [sekarang menjadi Pendidikan Kewarganegaraan] di SMP kami saat itu.
Ganjil rasanya. Di satu sisi sang guru mengajarkan kami nilai-nilai yang luhur, menjunjung tinggi moral dan etika, saling menghormati dan bertoleransi. Di sisi lain ia nyata-nyata melanggar semua yang telah diajarkannya sendiri. Mungkin sang guru menganggap kami hanyalah sekelompok siswa berseragam putih biru yang belum mampu berpikir kritis dan menilai. Ia tak sadar bahwa murid-muridnya meringis dan geleng-geleng kepala melihat sepak terjangnya.
Kecaman Tuhan Yesus terhadap orang Farisi dan para ahli Taurat sungguh men...selengkapnya » |
Perawakannya tinggi besar. Ia suka bercerita dan melontarkan lawakan. Meskipun demikian tak banyak siswa yang menyukai guru ini. Pasalnya, gurauan yang dilontarkannya sering kali membuat merah telinga. Entah itu berupa olok-olok terhadap agama lain yang tak dianutnya, ejekan terhadap siswa-siswi di kelasnya, juga lawakan yang menjurus pada hal yang tak pantas. Lebih miris lagi, sang guru mengampu matapelajaran Pendidikan Moral Pancasila [sekarang menjadi Pendidikan Kewarganegaraan] di SMP kami saat itu.
Ganjil rasanya. Di satu sisi sang guru mengajarkan kami nilai-nilai yang luhur, menjunjung tinggi moral dan etika, saling menghormati dan bertoleransi. Di sisi lain ia nyata-nyata melanggar semua yang telah diajarkannya sendiri. Mungkin sang guru menganggap kami hanyalah sekelompok siswa berseragam putih biru yang belum mampu berpikir kritis dan menilai. Ia tak sadar bahwa murid-muridnya meringis dan geleng-geleng kepala melihat sepak terjangnya.
Kecaman Tuhan Yesus terhadap orang Farisi dan para ahli Taurat sungguh mencerminkan situasi ini. ’Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.’ [Matius 23:3-4]
Tentu kita sebagai orang beriman tak ingin perkataan Tuhan Yesus itu ditujukan kepada diri kita juga. Oleh karena itu marilah kita menghidupi apa yang kita imani. Menghidupi apa yang kita ajarkan. Menyelaraskan tindakan dan ucapan. Agar bukan celaan yang kita dapatkan, melainan perkenanan di hati Tuhan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|