|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Ibadah tanpa disertai kasih setia hanyalah sebuah tindakan kasih yang palsu.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Setangkai Bunga Tanpa Cinta |
|
Setangkai Bunga Tanpa Cinta |
|
Kamis, 30 April 2015 | Tema: Berkenan Di Hati Tuhan |
|
|
|
|
|
Setangkai Bunga Tanpa Cinta |
|
Hosea 6:6 |
|
|
|
|
|
|
Sore itu Sambey membesuk Benay di rumahnya. Ia mendengar kabar bahwa sudah dua hari sahabatnya itu tidak mau makan dan tidak mau mandi. Sorot matanya sayu-mayu dan redup-redam rona wajahnya. “Ben, kenapa kamu? Lagi jatuh cinta ya?” goda Sambey. Dengan tatapan tanpa daya, Benay menjawab, “Kok masih sempat-sempatnya kamu godain aku.... Mosok kayak gini jatuh cinta to, Sam.... Yang betul, aku terpuruk karena cinta Sam!” Seketika itu juga meledak tangis Benay membahana. Perih hati ia ungkapkan pada Sambey.
Lovy, gadis pujaan hatinya, ternyata hanya memanfaatkan dirinya selama ini. Tiga hari yang lalu ia kedapatan menggandeng laki-laki lain. Saat itu Lovy mengaku bahwa sebenarnya ia tidak pernah cinta pada Benay. Kata-kata sayangnya hanyalah untuk memperalat Benay agar dengan sukacita mau jadi tukang ojek gratis baginya. Mengantar dan menjemput kemanapun ia mau. “Coba... bayangin, Sam.... Sakitnya tu di sini!” kata Benay terisak-isak sambil menunjuk ke dadanya. Sembari manggut-manggut Sambey menepuk-nepuk lembut pundak Benay untuk menentramkannya tanpa berujar sepatah kata pun. “Aku telah menerima setangkai bunga tanpa cinta!”, kata Benay pilu.
Jemaat yang terkasih, setangkai bunga tanpa cinta sama halnya dengan cinta palsu. Kisah...selengkapnya » |
Sore itu Sambey membesuk Benay di rumahnya. Ia mendengar kabar bahwa sudah dua hari sahabatnya itu tidak mau makan dan tidak mau mandi. Sorot matanya sayu-mayu dan redup-redam rona wajahnya. “Ben, kenapa kamu? Lagi jatuh cinta ya?” goda Sambey. Dengan tatapan tanpa daya, Benay menjawab, “Kok masih sempat-sempatnya kamu godain aku.... Mosok kayak gini jatuh cinta to, Sam.... Yang betul, aku terpuruk karena cinta Sam!” Seketika itu juga meledak tangis Benay membahana. Perih hati ia ungkapkan pada Sambey.
Lovy, gadis pujaan hatinya, ternyata hanya memanfaatkan dirinya selama ini. Tiga hari yang lalu ia kedapatan menggandeng laki-laki lain. Saat itu Lovy mengaku bahwa sebenarnya ia tidak pernah cinta pada Benay. Kata-kata sayangnya hanyalah untuk memperalat Benay agar dengan sukacita mau jadi tukang ojek gratis baginya. Mengantar dan menjemput kemanapun ia mau. “Coba... bayangin, Sam.... Sakitnya tu di sini!” kata Benay terisak-isak sambil menunjuk ke dadanya. Sembari manggut-manggut Sambey menepuk-nepuk lembut pundak Benay untuk menentramkannya tanpa berujar sepatah kata pun. “Aku telah menerima setangkai bunga tanpa cinta!”, kata Benay pilu.
Jemaat yang terkasih, setangkai bunga tanpa cinta sama halnya dengan cinta palsu. Kisah seperti ini mudah kita temui di sinetron-sinetron televisi atau pun dalam kenyataan hidup. Tetapi sadarilah! Bahwa ini pun dapat terjadi pada ibadah-ibadah kepada Allah. Pada zaman Nabi Hosea, orang Israel tetap beribadah kepada Allah. Korban-korban sembelihan/bakaran dilaksanakan dalam ibadah dengan maksud menyukakan Allah. Tetapi Allah mengetahui bahwa korban-korban itu tidak disertai dengan kasih setia. Orang Israel mendua hati. Sembari beribadah kepada Allah, mereka beribadah juga kepada berhala-berhala. Korban-korban itu pun dilaksanakan tanpa kerinduan mendalam untuk mengenal Allah. Pengajaran Firman Allah mereka lupakan dan menganggap pengenalan Allah sebagai angin lalu [4:6]. Sungguh, ibadah-ibadah seperti ini laksana memberi setangkai bunga kepada Allah, tetapi tanpa cinta kepada-Nya. Allah tidak berkenan kepada orang-orang dengan praktek ibadah yang sarat kepalsuan seperti ini.
Jemaat yang terkasih, apakah Tuhan adalah satu-satunya yang kita kagumi dan sembah? Apakah Dia segala-galanya bagi kita lebih dari kekayaan atau karier? Lebih dari hobi dan kesukaan kita sehingga hanya kepada-Nya tertuju kasih setia kita? Apakah kita mempunyai kerinduan mendalam untuk mengenal Allah melalui Firman-Nya? Inginkah kita menjadi pelaku-pelaku Firman? Kiranya jawaban kita adalah YA. Dengan demikian, kita dan ibadah yang kita lakukan berkenan kepada-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|