|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. [Roma 8:38-39] |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tak Tergoyahkan |
|
Tak Tergoyahkan |
|
Kamis, 21 Mei 2015 | Tema: Generasi Yang Melakukan Kehendak Allah |
|
|
|
|
|
Tak Tergoyahkan |
|
2 Timotius 3 |
|
|
|
|
|
|
Hananya, Misael dan Azarya termasuk orang Israel yang menjadi tawanan Nebukadnezar dan menjadi orang buangan di Babel. Mereka adalah orang-orang yang taat dan setia kepada Allah. Mereka bersama Daniel terpilih untuk bekerja di istana raja dan mereka harus mengikuti pendidikan selama 3 tahun. Nama mereka diubah menjadi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Selama pendidikan dan seterusnya mereka tidak mau untuk menyantap makanan dan minuman kerajaan yang disediakan bagi mereka. Walaupun di tempat pembuangan di mana masyarakatnya tidak mengenal Allah, mereka tetap beribadah kepada Allah dengan setia. Ketika raja Nebukadnezar memerintahkan setiap orang menyembah patung yang dibuatnya, mereka bertiga tidak mau menyembah walaupun ancamannya dibuang ke dapur api. Mereka berkata, “Jika Allah kami sanggup melepaskan kami maka Ia akan melepaskan kami. Seandainya tidak, kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan.” Sungguh, sebuah kesetiaan kepada Allah yang tak tergoyahkan.
Paulus memberi nasihat kepada Timotius, di hari-hari terakhir akan datang masa-masa yang sukar. Manusia mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Membual, menyombongkan diri, memfitnah, memberontak terhadap orangtua, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan kekudusan, tidak mengasihi, t...selengkapnya » |
Hananya, Misael dan Azarya termasuk orang Israel yang menjadi tawanan Nebukadnezar dan menjadi orang buangan di Babel. Mereka adalah orang-orang yang taat dan setia kepada Allah. Mereka bersama Daniel terpilih untuk bekerja di istana raja dan mereka harus mengikuti pendidikan selama 3 tahun. Nama mereka diubah menjadi Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Selama pendidikan dan seterusnya mereka tidak mau untuk menyantap makanan dan minuman kerajaan yang disediakan bagi mereka. Walaupun di tempat pembuangan di mana masyarakatnya tidak mengenal Allah, mereka tetap beribadah kepada Allah dengan setia. Ketika raja Nebukadnezar memerintahkan setiap orang menyembah patung yang dibuatnya, mereka bertiga tidak mau menyembah walaupun ancamannya dibuang ke dapur api. Mereka berkata, “Jika Allah kami sanggup melepaskan kami maka Ia akan melepaskan kami. Seandainya tidak, kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan.” Sungguh, sebuah kesetiaan kepada Allah yang tak tergoyahkan.
Paulus memberi nasihat kepada Timotius, di hari-hari terakhir akan datang masa-masa yang sukar. Manusia mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Membual, menyombongkan diri, memfitnah, memberontak terhadap orangtua, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan kekudusan, tidak mengasihi, tidak mau berdamai, garang, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, lebih menuruti hawa nafsu daripada menuruti Allah. Di tengah situasi tersebut hendaknya tetap berpegang kepada Firman Tuhan, iman yang teguh, penuh dengan kasih. Berani menderita karena kebenaran, menegur dengan kasih untuk memperbaiki kelakuan dan membawa orang kepada kebenaran.
Saat ini sama situasinya dengan zamannya Timotius, beranikah kita sebagai generasi masa kini untuk tetap taat pada Firman Tuhan dan beriman kepada-Nya walaupun harus melewati masalah dan penderitaan. Marilah kita tak tergoyahkan untuk tetap setia kepada Tuhan dalam segala situasi dan kondisi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|