|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kesadaran siapa diri kita diperlukan dalam panggilan Tuhan kepada kita dan siapa Tuhan yang kita layani membuat kita benar-benar serius dengan kesungguhan dan ketekunan melakukan tugas panggilan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tanggapan Terhadap PanggilanNya |
|
Tanggapan Terhadap PanggilanNya |
|
Rabu, 15 Februari 2017 |
|
|
|
|
|
Tanggapan Terhadap PanggilanNya |
|
Yesaya 6:8 |
|
|
|
|
|
|
Kesadaran apa yang perlu dimiliki oleh seorang hamba Tuhan agar pelayanannya berkenan kepada Tuhan? Yaitu kesadaran akan siapa dirinya dan siapa Tuhan yang dilayaninya. Allah tidak mengarahkan panggilan-Nya kepada Yesaya. Dia mendengar Allah berkata, “... Siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Panggilan Allah bukan hanya untuk beberapa orang terpilih tetapi untuk setiap orang. Apakah kita mendengar panggilan atau tidak tergantung sikap rohani kita. Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih [Matius 22:14]. Dengan kata lain hanya sedikit yang membuktikan bahwa mereka adalah yang terpilih.
Mereka yang terpilih adalah mereka yang masuk ke dalam relasi dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dan mereka mengalami perubahan rohani melalui telinga dan hati yang terbuka. Sehingga mereka mendengar “suara Allah” yang terus bertanya, “... siapa yang mau pergi untuk Aku?” Namun harap tidak salah paham di sini Allah menunjukkan bahwa Dia tidak memaksakan kehendak-Nya kepada Yesaya, demikian juga kepada kita. Dalam kesadaran dirinya, Yesaya yang berada dalam hadirat Allah jelas mendengar panggilan Allah. Tanggapan...selengkapnya » |
Kesadaran apa yang perlu dimiliki oleh seorang hamba Tuhan agar pelayanannya berkenan kepada Tuhan? Yaitu kesadaran akan siapa dirinya dan siapa Tuhan yang dilayaninya. Allah tidak mengarahkan panggilan-Nya kepada Yesaya. Dia mendengar Allah berkata, “... Siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Panggilan Allah bukan hanya untuk beberapa orang terpilih tetapi untuk setiap orang. Apakah kita mendengar panggilan atau tidak tergantung sikap rohani kita. Banyak yang dipanggil tetapi sedikit yang dipilih [Matius 22:14]. Dengan kata lain hanya sedikit yang membuktikan bahwa mereka adalah yang terpilih.
Mereka yang terpilih adalah mereka yang masuk ke dalam relasi dengan Allah melalui Yesus Kristus. Dan mereka mengalami perubahan rohani melalui telinga dan hati yang terbuka. Sehingga mereka mendengar “suara Allah” yang terus bertanya, “... siapa yang mau pergi untuk Aku?” Namun harap tidak salah paham di sini Allah menunjukkan bahwa Dia tidak memaksakan kehendak-Nya kepada Yesaya, demikian juga kepada kita. Dalam kesadaran dirinya, Yesaya yang berada dalam hadirat Allah jelas mendengar panggilan Allah. Tanggapan Yesaya yang dilakukan dalam kebebasan sepenuhnya hanya dapat berkata, ”Ini aku, utuslah aku!”
Dalam kesadaran siapa dirinya dan siap yang dilayani-Nya bahwa panggilan itu mulia, maka dengan serius dan kesungguhan Yesaya bersedia menjalankan tugasnya dengan benar. Yesaya menyadari kenajisannya dan sekaligus memahami kekudusan Allah-lah yang menguduskan dirinya sehingga dilayakkan untuk melayani Dia. Yesaya sadar sepenuhnya bahwa semua itu hanya karena anugerah-Nya. Yesaya tidak menjadi sombong melainkan sepenuhnya hanya bersandar pada kekuatan Allah untuk menyampaikan kabar baik, berita keselamatan kepada umat-Nya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mendengar panggilan-Nya? Bagaimana tanggapan kita? Mari kita belajar dari Yesaya, sehingga kita dapat berkata, ”Ini aku Tuhan, utuslah aku!”
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|