|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani.”
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tekad Bulat Benay |
|
Tekad Bulat Benay |
|
Rabu, 05 Oktober 2016 | Tema: Bertumbuh Dalam Segala Hal Ke Arah Kristus |
|
|
|
|
|
Tekad Bulat Benay |
|
1 Samuel 17:12-51 |
|
|
|
|
|
|
“Apa sudah kamu pikirkan masak-masak niatmu itu?” tanya Sambey, “Kamu bisa celaka, Ben!” “Ya! Tekadku sudah bulat, sebulat perutku ini!” jawab Benay tegas. Sambey hanya bisa diam seribu bahasa. Hatinya diliputi kesedihan mendalam. Pupus sudah harapannya untuk dapat membuat Benay mengurungkan niatnya berangkat ke Irak.
Dua minggu belakangan ini, perjumpaan Sambey dan Benay diwarnai dengan ketegangan. Benay secara mengejutkan memutuskan bergabung dengan sukarelawan kemanusiaan untuk menolong para korban perang di perbatasan Irak. Padahal baru saja ia dinyatakan lulus ujian skripsi walau dengan nilai pas-pasan. Awal tahun depan ia akan diwisuda sebagai sarjana peternakan. Rajutan masa depannya baru saja dimulai hingga keputusan yang di luar dugaan mengejutkan banyak orang.
“Sam, nama lengkapku Daud Benay Santoso. Sejak kecil aku dididik agar mempunyai karakter seperti Daud oleh orangtuaku. Daud pernah pura-pura gila. Aku pun pernah dianggap gila ketika aku menginjili kera-kera di Goa Kreo. Kamu masih ingat pengalaman itu kan?” Sambey masih tertunduk lesu. Bibirnya terkatup rapat tak mampu menjawab....selengkapnya » |
“Apa sudah kamu pikirkan masak-masak niatmu itu?” tanya Sambey, “Kamu bisa celaka, Ben!” “Ya! Tekadku sudah bulat, sebulat perutku ini!” jawab Benay tegas. Sambey hanya bisa diam seribu bahasa. Hatinya diliputi kesedihan mendalam. Pupus sudah harapannya untuk dapat membuat Benay mengurungkan niatnya berangkat ke Irak.
Dua minggu belakangan ini, perjumpaan Sambey dan Benay diwarnai dengan ketegangan. Benay secara mengejutkan memutuskan bergabung dengan sukarelawan kemanusiaan untuk menolong para korban perang di perbatasan Irak. Padahal baru saja ia dinyatakan lulus ujian skripsi walau dengan nilai pas-pasan. Awal tahun depan ia akan diwisuda sebagai sarjana peternakan. Rajutan masa depannya baru saja dimulai hingga keputusan yang di luar dugaan mengejutkan banyak orang.
“Sam, nama lengkapku Daud Benay Santoso. Sejak kecil aku dididik agar mempunyai karakter seperti Daud oleh orangtuaku. Daud pernah pura-pura gila. Aku pun pernah dianggap gila ketika aku menginjili kera-kera di Goa Kreo. Kamu masih ingat pengalaman itu kan?” Sambey masih tertunduk lesu. Bibirnya terkatup rapat tak mampu menjawab. “Jika Daud mengalami pertolongan Tuhan dalam pengalaman menggembalakan kambing-domba sehari-hari. Aku pun mengalami hal serupa. Banyak hal telah Tuhan lakukan untuk membentuk iman dan karakterku melalui suka dan duka hidup. Sekarang tiba saatnya aku menjawab tantangan Goliat. Pergi ke Irak, mendengarkan jeritan para korban perang, melayani dan menolong mereka.” Perlahan Sambey mengangkat kepalanya. “Tetapi risikonya besar, Ben! Kamu bisa ditangkap ISIS, atau kehilangan nyawamu!” kata Sambey sedikit keras. Benay tak segera menjawab. Ia memandangi sahabatnya dan coba memahami kesedihannya. “Sam, jika boleh memilih aku pun sebenarnya tak mau pergi ke Irak. Aku tahu risikonya besar. Tetapi aku telah diyakinkan bahwa pelayanan kemanusiaan ini adalah panggilan Tuhan untukku” kata Benay perlahan, “Aku percaya Tuhan menyertai dan melindungi aku. Tetapi andaikata aku harus mengorbankan nyawa pun, aku tidak takut!” Suasana hening beberapa saat. Sambey menyadari bahwa tekad Benay telah sungguh-sungguh bulat. “Kapan kamu akan berangkat?” tanya Sambey. “Kira-kira dua minggu lagi” jawab Benay.
Jemaat yang terkasih, jika Benay jadi berangkat ke Irak, ia tidak akan lagi menemani perenungan kita dengan kisah-kisah ringan nan sederhana. Namun setidaknya kisahnya di atas memberikan pesan bahwa mengikuti kehendak Tuhan diperlukan kemauan dan tekad untuk menjalani hidup sehari-hari yang biasa-biasa dengan penyerahan diri kepada-Nya. Jika kita diperhadapkan dengan tantangan, seringkali di situlah Tuhan berkehendak untuk membentuk karakter kita dan menumbuhkan iman kita. Tanpa pernah kita duga, Tuhan sedang menyiapkan diri kita untuk dipakai-Nya lebih dasyat lagi bagi kemuliaan-Nya. Terpujilah Tuhan!
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|