|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kepada siapa atau apa kita terpesona, ke situlah arah hati kita tertuju. Oleh sebab itu terpesonalah hanya kepada Tuhan Yesus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Terpesona Pada Tuhan |
|
Terpesona Pada Tuhan |
|
Selasa, 01 April 2014 | Tema: The Glory of Sacrifice |
|
|
|
|
|
Terpesona Pada Tuhan |
|
Lukas 5:1-11 |
|
|
|
|
|
|
Pada suatu siang yang terik, Sambey mengambil gitar. Ia duduk di teras rumahnya yang sejuk dan mulai memetik gitarnya, mengalunkan pujian “Kasih setia-Mu yang ku rasakan” ciptaan Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo. Menjelang refrain, tiba-tiba Sambey menghentikan pujiannya. Bukan karena senar gitarnya putus, tetapi karena ada satu kata dalam bait pujian itu yang menarik hatinya. Kata itu adalah “...berkat-Mu yang telah ku terima, sempat membuatku terpesona...” “Mengapa berkat Tuhan kok hanya sempat membuat terpesona? Mengapa kok tidak selalu atau tidak terus membuat terpesona?” renung Sambey. Beberapa menit dihabiskannya untuk mengulang syair pujian itu dan merenungkannya kembali. Sampai akhirnya Sambey mengerti bahwa hanya kepada Tuhanlah, Sang sumber berkat, ia harus selalu terpesona. Kepada berkat-Nya, cukup sempat terpesona saja. Agar berkat tidak mengikatnya, melainkan hanya kepada Tuhan saja ia melekat.
Jemaat yang terkasih. Simon mencari ikan semalam-malaman. Ia bekerja keras begitu rupa menebarkan jalanya di sisi kanan dan di sisi kiri perahunya. Tetapi malang nasibnya malam itu. Tak satu pun ikan berhasil ditangkapnya. Ia kembali ke pantai sebagai seorang yang gagal. Harapannya untuk menangkap sejumlah ikan pupus sudah. Pagi itu ia berjumpa dengan Tuhan Yesus yan...selengkapnya » |
Pada suatu siang yang terik, Sambey mengambil gitar. Ia duduk di teras rumahnya yang sejuk dan mulai memetik gitarnya, mengalunkan pujian “Kasih setia-Mu yang ku rasakan” ciptaan Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo. Menjelang refrain, tiba-tiba Sambey menghentikan pujiannya. Bukan karena senar gitarnya putus, tetapi karena ada satu kata dalam bait pujian itu yang menarik hatinya. Kata itu adalah “...berkat-Mu yang telah ku terima, sempat membuatku terpesona...” “Mengapa berkat Tuhan kok hanya sempat membuat terpesona? Mengapa kok tidak selalu atau tidak terus membuat terpesona?” renung Sambey. Beberapa menit dihabiskannya untuk mengulang syair pujian itu dan merenungkannya kembali. Sampai akhirnya Sambey mengerti bahwa hanya kepada Tuhanlah, Sang sumber berkat, ia harus selalu terpesona. Kepada berkat-Nya, cukup sempat terpesona saja. Agar berkat tidak mengikatnya, melainkan hanya kepada Tuhan saja ia melekat.
Jemaat yang terkasih. Simon mencari ikan semalam-malaman. Ia bekerja keras begitu rupa menebarkan jalanya di sisi kanan dan di sisi kiri perahunya. Tetapi malang nasibnya malam itu. Tak satu pun ikan berhasil ditangkapnya. Ia kembali ke pantai sebagai seorang yang gagal. Harapannya untuk menangkap sejumlah ikan pupus sudah. Pagi itu ia berjumpa dengan Tuhan Yesus yang memerintahkannya untuk menebarkan jalanya di siang bolong. Meskipun tak masuk akal, tetapi karena Tuhan yang memerintahkan, ia pun melakukannya. Hasilnya, berkat yang luar biasa! Sejumlah besar ikan ditangkapnya! Yang menarik adalah sikap Simon. Berkat itu tidak mempesonanya.
Justru berkat itu membuatnya merasa tidak layak. Ia merasa tidak layak diperhatikan Tuhan karena ia orang berdosa.
Matanya terus tertuju pada Tuhan Yesus. Maka ketika Tuhan memanggilnya, Simon dan teman-temannya meninggalkan berkat yang sempat mempesonanya itu dan mengikut Tuhan.
Jemaat yang terkasih. Jika kita mau menjadi pribadi yang mampu meretas rintangan, contohlah sikap Simon. Pertama, jangan dilemahkan oleh kegagalan. Kedua, taat pada perintah Tuhan. Meskipun kadangkala tampak tidak masuk akal. Ketiga, selalu terpesona pada Tuhan saja. Itu berarti tidak terus terpesona pada berkat-berkat yang kita terima. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|