|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tinggi hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan. [Amsal 18:12] |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Lydia N. Haryanto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tetaplah Rendah Hati |
|
Tetaplah Rendah Hati |
|
Kamis, 23 November 2017 |
|
|
|
|
|
Tetaplah Rendah Hati |
|
1 Samuel 24, 26 |
|
|
|
|
|
|
Ada ungkapan yang mengingatkan setiap insan untuk tidak berlaku tinggi hati dengan kemampuan yang dimilikinya, yaitu “ilmu padi” dan “di atas langit masih ada langit”. Kita tahu bahwa padi semakin berisi akan semakin merunduk, demikian juga kita diharapkan semakin tinggi kemampuan kita dalam bidang apapun, kita semakin rendah hati dan jangan lupa bahwa masih ada orang lain yang lebih hebat.
Kita bisa belajar dari Raja Daud, betapa dia tetap rendah hati, tetap menghormati Raja Saul yang sangat ingin membunuhnya. Saul menjadi benci dan dengki kepada Daud sejak Daud selalu berhasil dalam peperangan mengalahkan orang Filistin dan mendengar kata-kata yang menyakitkan hatinya pada acara sambutan yang begitu meriah para perempuan dari seluruh kota Israel menyongsong Raja Saul dengan tarian dan nyanyian, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
Dua kali Daud tidak mau membunuh Saul walau kesempatan sudah di depan mata. Pertama, ketika Daud bersembunyi di En-Gedi. Ia hanya memotong punca jubah Saul saat Saul membuang hajat di sebuah goa [1 Samuel 24:4]. Kedua, ketika Daud di padang Z...selengkapnya » |
Ada ungkapan yang mengingatkan setiap insan untuk tidak berlaku tinggi hati dengan kemampuan yang dimilikinya, yaitu “ilmu padi” dan “di atas langit masih ada langit”. Kita tahu bahwa padi semakin berisi akan semakin merunduk, demikian juga kita diharapkan semakin tinggi kemampuan kita dalam bidang apapun, kita semakin rendah hati dan jangan lupa bahwa masih ada orang lain yang lebih hebat.
Kita bisa belajar dari Raja Daud, betapa dia tetap rendah hati, tetap menghormati Raja Saul yang sangat ingin membunuhnya. Saul menjadi benci dan dengki kepada Daud sejak Daud selalu berhasil dalam peperangan mengalahkan orang Filistin dan mendengar kata-kata yang menyakitkan hatinya pada acara sambutan yang begitu meriah para perempuan dari seluruh kota Israel menyongsong Raja Saul dengan tarian dan nyanyian, “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.”
Dua kali Daud tidak mau membunuh Saul walau kesempatan sudah di depan mata. Pertama, ketika Daud bersembunyi di En-Gedi. Ia hanya memotong punca jubah Saul saat Saul membuang hajat di sebuah goa [1 Samuel 24:4]. Kedua, ketika Daud di padang Zif, hanya mengambil tombak dan kendi yang ada di sebelah kepala Saul [1 Samuel 26:12.] Mengapa Daud masih sangat menghormati Raja Saul? Bukankah semakin cepat Raja Saul mati, semakin cepat pula ia naik tahta? Bagi Daud, Saul adalah raja yang diurapi Tuhan dan Daud tahu menghormati Allah yang telah mengurapi Saul.
Apa yang dilakukan Daud terhadap Raja Saul adalah suatu hal yang sulit dilakukan. Jangankan nyawa yang diancam, baru kesinggung sedikit saja umumnya orang sudah tidak bisa memberi hormat dengan tulus. Daud yang sudah tahu dengan pasti bahwa dia sudah diurapi menjadi raja pengganti Saul, tetap rendah hati dan tetap menghormati Raja Saul yang begitu membencinya. Bagaimana dengan kita?
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|