|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Apapun alasannya, tetaplah menolong! |
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tolong Saja! |
|
Tolong Saja! |
|
Jumat, 23 Mei 2014 | Tema: The Compassion of Jesus |
|
|
|
|
|
Tolong Saja! |
|
Kejadian 40:1-23 |
|
|
|
|
|
|
Beberapa tahun lalu pada musim salju, ada sebuah pesawat naas yang terjatuh di sebuah danau yang tertutup es. Banyak korban yang jatuh terserak di sekitar pesawat. Namun ketika sebuah helikopter penyelamat datang untuk menolong seorang pria berusia sekitar 60an warga negara Amerika, ia tidak segera mengaitkan tali penyelamat itu di badannya. Namun ia memberikan kepada korban lain yang menurutnya lebih membutuhkan bantuan terlebih dahulu. Dan ia pun segera berenang menyelamatkan penumpang lainnya untuk menerima pertolongan berikutnya. Namun naas, ketika telah menyelamatkan delapan penumpang lain, ia justru meninggal karena kelelahan dan tidak kuasa memegang tali yang datang untuk menariknya.
Anda juga tentunya masih ingat tentang sebuah peristiwa tragis yang menimpa seorang anak balita di Cina yang meninggal tertabrak mobil boks. Yang membuat lebih tragis adalah ketika dia sekarat, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Bukan karena daerah itu sepi. Tercatat ada banyak orang berlalu lalang. Namun kebanyakan orang takut terhadap sebuah hukum yang justru akan menimpa penolong jika anak itu meninggal dan tidak ada saksi lainnya. Mereka berpikir, jangan-jangan justru merekalah yang menjadi tersangka. Bahkan ketika sang sopir “pencabut nyawa” itu diwawancarai, ia mengaku...selengkapnya » |
Beberapa tahun lalu pada musim salju, ada sebuah pesawat naas yang terjatuh di sebuah danau yang tertutup es. Banyak korban yang jatuh terserak di sekitar pesawat. Namun ketika sebuah helikopter penyelamat datang untuk menolong seorang pria berusia sekitar 60an warga negara Amerika, ia tidak segera mengaitkan tali penyelamat itu di badannya. Namun ia memberikan kepada korban lain yang menurutnya lebih membutuhkan bantuan terlebih dahulu. Dan ia pun segera berenang menyelamatkan penumpang lainnya untuk menerima pertolongan berikutnya. Namun naas, ketika telah menyelamatkan delapan penumpang lain, ia justru meninggal karena kelelahan dan tidak kuasa memegang tali yang datang untuk menariknya.
Anda juga tentunya masih ingat tentang sebuah peristiwa tragis yang menimpa seorang anak balita di Cina yang meninggal tertabrak mobil boks. Yang membuat lebih tragis adalah ketika dia sekarat, tidak ada seorang pun yang menolongnya. Bukan karena daerah itu sepi. Tercatat ada banyak orang berlalu lalang. Namun kebanyakan orang takut terhadap sebuah hukum yang justru akan menimpa penolong jika anak itu meninggal dan tidak ada saksi lainnya. Mereka berpikir, jangan-jangan justru merekalah yang menjadi tersangka. Bahkan ketika sang sopir “pencabut nyawa” itu diwawancarai, ia mengaku sengaja mundur lagi untuk melindas tubuh mungil itu supaya biaya ganti ruginya lebih murah (biaya merawat jenazah lebih murah daripada biaya pengobatan).
Dua peristiwa di atas seakan menggambarkan sebuah realita di masyarakat bahwa untuk menolong sesama ada beberapa hal yang harus dipikirkan ulang. Kebanyakan orang takut untuk mengambil keputusan untuk menolong karena takut akan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang kemungkinan justru akan ditanggungnya. Dalam arti lain, ia justru dirugikan dari tindakannya untuk menolong orang. Dan ternyata hal itu pun dialami oleh Yusuf (Kejadian 40:23). Yusuf menolong temannya seorang juru minuman yang akan mendapat hukuman. Namun setelah juru minuman itu bebas, ia melupakan kebaikan Yusuf. Hal yang tidak jauh berbeda juga dialami oleh Yesus. Ia selalu menolong setiap orang yang datang kepada-Nya, namun ia justru ditolak di Nazaret (Lukas 4:16-30). Bahkan Ia tetap menolong setiap orang yang datang kepada-Nya, meski Ia tahu bahwa beberapa orang yang menerima mujizat-Nya justru akan menyalibkan-Nya. Namun apakah Yusuf maupun Yesus berhenti dan menyerah untuk menolong sesama? Tidak! Mereka terus melakukan hal itu apapun resikonya. Bagaimanan dengan kita? Masihkah kita bersedia menolong sesama meski mungkin kita dirugikan. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|