|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Ketika kita tetap mengikut Tuhan dan mempercayai-Nya dengan sepenuh hati, maka apapun atau siapapun tidak akan bias menggoyahkan apa yang sudah Tuhan tetapkan bagi kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Ribkah E. Christanti |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tongkat Di Tangan Musa |
|
Tongkat Di Tangan Musa |
|
Jumat, 07 Maret 2014 | Tema: Breakthrough the Barriers |
|
|
|
|
|
Tongkat Di Tangan Musa |
|
Keluaran 4:17 |
|
|
|
|
|
|
“Kalau kamu bisa memainkan lagu ini, potong telingaku!” Kalimat “panas” itu masih terngiang di telinga saya sampai sekarang. Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan kakak tingkat ketika saya sedang berlatih keras untuk menghadapi ujian matrikulasi mayor piano. Ketika mendengar itu, rasanya pertahanan mental saya runtuh karena yang mengatakan itu adalah kakak tingkat yang notabene terbaik di jurusan musik gereja. Waktu itu yang bisa saya lakukan hanya mengadu pada Tuhan. Tidak ada yang tahu ketika saya hancur hati, selain dari Tuhan. Dan ketika kaki saya serasa tak kuasa melangkah, Dia ingatkan kembali visi yang sudah Tuhan taruh dalam hati saya, seorang Prophetic Musician. Saya rindu karya musik yang saya kerjakan mampu menjamah hati orang untuk mengenal Tuhan. Sejak saat itu, kalimat itu justru jadi cambuk buat saya untuk maju. Dalam sehari, saya targetkan bisa latihan piano selama 8 jam. Bangun paling pagi, tidur paling malam. Semua tugas teori maupun praktek saya selesaikan walau mengorbankan waktu istirahat saya. Dan Puji Tuhan, oleh anugerah Tuhan saya bisa melewati ujian itu, saya lolos. Dan ± 1 tahun yang lalu saya telah menuntaskan kuliah saya dalam bidang mayor vocal, mayor piano dan mayor conducting. Tidak hanya itu saja, Tuhan mempromosikan saya untuk jadi tutor mata kuliah Diksi Bahasa Asing, menjadi asisten dosen, menggubah lagu mars untuk Persekutuan Anak Hamba Tuhan dan juga sebuah sekolah swasta, menjadi salah...selengkapnya » |
“Kalau kamu bisa memainkan lagu ini, potong telingaku!” Kalimat “panas” itu masih terngiang di telinga saya sampai sekarang. Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan kakak tingkat ketika saya sedang berlatih keras untuk menghadapi ujian matrikulasi mayor piano. Ketika mendengar itu, rasanya pertahanan mental saya runtuh karena yang mengatakan itu adalah kakak tingkat yang notabene terbaik di jurusan musik gereja. Waktu itu yang bisa saya lakukan hanya mengadu pada Tuhan. Tidak ada yang tahu ketika saya hancur hati, selain dari Tuhan. Dan ketika kaki saya serasa tak kuasa melangkah, Dia ingatkan kembali visi yang sudah Tuhan taruh dalam hati saya, seorang Prophetic Musician. Saya rindu karya musik yang saya kerjakan mampu menjamah hati orang untuk mengenal Tuhan. Sejak saat itu, kalimat itu justru jadi cambuk buat saya untuk maju. Dalam sehari, saya targetkan bisa latihan piano selama 8 jam. Bangun paling pagi, tidur paling malam. Semua tugas teori maupun praktek saya selesaikan walau mengorbankan waktu istirahat saya. Dan Puji Tuhan, oleh anugerah Tuhan saya bisa melewati ujian itu, saya lolos. Dan ± 1 tahun yang lalu saya telah menuntaskan kuliah saya dalam bidang mayor vocal, mayor piano dan mayor conducting. Tidak hanya itu saja, Tuhan mempromosikan saya untuk jadi tutor mata kuliah Diksi Bahasa Asing, menjadi asisten dosen, menggubah lagu mars untuk Persekutuan Anak Hamba Tuhan dan juga sebuah sekolah swasta, menjadi salah satu conductor (pemimpin) dalam konser yang digelar sekolah serta beberapa kali dipercaya menjadi pembicara dalam sebuah workshop ketika masih kuliah. Ini adalah bonus yang tidak pernah terpikirkan.
Nats yang kita baca hari ini begitu hidup saat saya menghadapi masalah waktu itu. Selain tentang Daud yang mengalahkan raksasa Israel dengan batu yang diumbannya, Tuhan juga ingatkan saya bagaimana Tuhan memanggil Musa. Musa adalah bungsu dari 3 bersaudara. Jangankan kedua saudaranya, yaitu Harun dan Miryam, yang mencela kepemimpinannya (Bilangan 12:1-10), ia sendiripun tidak PD (percaya diri) akan kemampuannya (Keluaran 2:23-3:22). Namun ketika Musa percaya akan janji penyertaan Tuhan, maka Tuhan mampu memakai apapun yang ada padanya, termasuk tongkatnya, untuk membuat tanda mujizat. Kehebatan kisah Daud bukan tentang batunya, demikian halnya dengan tongkat yang di tangan Musa, namun lebih kepada penyertaan dan kuasa Tuhan melaluinya.
Seperti yang telah Tuhan nyatakan kuasa-Nya melalui hidup Daud, Musa dan hidup saya, itu juga yang akan Dia kerjakan bagi Saudara. Kalau saat ini Anda sedang goyah terhadap visi Saudara, minder, lemah, sepertinya hidup Anda dalam jalan buntu dan gelap, serasa air mata sudah habis untuk menangis atas orang-orang yang mencela Saudara, mungkin juga atas teman yang menghancurkan bisnis atau keluarga Saudara, dll, tetaplah percaya pada kuasa Tuhan. Percayai bahwa Dia sanggup pakai siapapun dan apapun untuk menolong kita, maka kita akan melihat sesuatu yang tak terpikirkan dan begitu sempurna rancangan-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|