|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Di dalam kesedihan dan dukacita sekalipun, kasih Natal harus tetap terwujudkan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Tragedi : Suatu Sisi Lain Dari Natal |
|
Tragedi : Suatu Sisi Lain Dari Natal |
|
Jumat, 19 Desember 2014 | Tema: The Moment to Share Love |
|
|
|
|
|
Tragedi : Suatu Sisi Lain Dari Natal |
|
Matius 2:16-18 |
|
|
|
|
|
|
“Ben, beberapa tahun ini dalam merayakan Natal, aku merasa bosan”, ujar Sambey. “Aku juga merasakan yang sama, Sam”, kata Benay. “Bagaimana tidak bosan, wong konsumsi yang disediakan panitia ya itu-itu saja”, imbuh Benay. Sambey njenggung kepala sahabatnya itu karena kesal. Bagi Sambey bukan masalah makanan yang membuatnya bosan. Tetapi Natal yang didominasi nuansa entertain yang disuguhkan oleh televisi, mal-mal, dan bahkan di podium-podium gereja, itulah yang membuat jiwanya lelah. Padahal Natal sarat dengan pesan berbagi kasih, kepedulian, dan pengorbanan bagi sesama. Hanya dengan itu, makna Natal yang sejati dapat dihayati.
Sambey ingat sebuah peristiwa yang menghentikan hingar-bingar Natal. Peristiwa tsunami Aceh tanggal 26 Desember 2004. Beberapa gereja yang sudah merayakan Natal dengan gegap gempita, sibuk mengumpulkan sumbangan ekstra. Beberapa gereja yang akan merayakan Natal dengan hingar-bingar, sontak merayakannya dengan sederhana guna berempati dengan tragedi nasional itu. Bagi Sambey, justru perhatian pada tragedi semacam itulah yang membuat wangi Natal menyeruak, semerbak membumi. Apakah bagi Benay juga demikian? Benay sedang memikirkannya dan merenungk...selengkapnya » |
“Ben, beberapa tahun ini dalam merayakan Natal, aku merasa bosan”, ujar Sambey. “Aku juga merasakan yang sama, Sam”, kata Benay. “Bagaimana tidak bosan, wong konsumsi yang disediakan panitia ya itu-itu saja”, imbuh Benay. Sambey njenggung kepala sahabatnya itu karena kesal. Bagi Sambey bukan masalah makanan yang membuatnya bosan. Tetapi Natal yang didominasi nuansa entertain yang disuguhkan oleh televisi, mal-mal, dan bahkan di podium-podium gereja, itulah yang membuat jiwanya lelah. Padahal Natal sarat dengan pesan berbagi kasih, kepedulian, dan pengorbanan bagi sesama. Hanya dengan itu, makna Natal yang sejati dapat dihayati.
Sambey ingat sebuah peristiwa yang menghentikan hingar-bingar Natal. Peristiwa tsunami Aceh tanggal 26 Desember 2004. Beberapa gereja yang sudah merayakan Natal dengan gegap gempita, sibuk mengumpulkan sumbangan ekstra. Beberapa gereja yang akan merayakan Natal dengan hingar-bingar, sontak merayakannya dengan sederhana guna berempati dengan tragedi nasional itu. Bagi Sambey, justru perhatian pada tragedi semacam itulah yang membuat wangi Natal menyeruak, semerbak membumi. Apakah bagi Benay juga demikian? Benay sedang memikirkannya dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh.
Jemaat yang terkasih. Bukan hanya perayaan Natal saat ini yang pernah dipaksa untuk mengarahkan perhatiannya pada tragedi semacam tsunami Aceh. Bukankah Natal pertama, ketika bayi Yesus dilahirkan oleh Maria, telah terjadi tragedi besar yang memilukan. Tragedi pembunuhan anak-anak di Betlehem oleh perintah Herodes yang merasa diperdaya oleh orang-orang Majus. Ibu-ibu menangis dan meratap sangat sedih karena buah hatinya, yang belum lama dilahirkannya, direnggut paksa dan dibunuh di hadapannya oleh bala tentara Herodes. Sungguh ini sebuah tragedi Natal yang terjadi di samping kesederhanaan bayi Yesus, Yusuf dan Maria. Tragedi Natal di samping persembahan mahal para Majus. Tragedi Natal di tengah kebahagiaan mereka. Dan ini dicatat justru agar saat Natal dirayakan, adalah saat mengingat tragedi ini. Sehingga Natal tidak salah arah.
Jemaat yang terkasih. Di tengah-tengah kebahagiaan kita merayakan Natal, kita perlu mengingat kesengsaraan sesama dan peduli kepada mereka. Kenaikan bahan bakar minyak memicu kenaikan harga kebutuhan pokok, transportasi umum, dan sebagainya. Bagi saudara-saudara kita yang berpenghasilan rendah dan miskin tentulah menjadi beban yang kian sarat. Apa yang kita lakukan bagi mereka? Mereka ada disekitar kita. Orang-orang yang selama ini bekerja di rumah kita? Di toko kita? Di bengkel kita? Di perusahaan kita? Di Gereja tempat kita beribadah? Atau tetangga kita? Marilah kita memikirkan dan merenungkannya dengan sungguh-sungguh, lalu bertindaklah. SELAMAT NATAL, SELAMAT BERBAGI KASIH. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|