|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
“Kasih setia Allah tidak pernah ada batasannya meskipun kita sebagai umat yang dikasihi-Nya kadangkala hidup semau gue dan mempermainkan kasih setia-Nya. Teguran bahkan ‘hajaran-Nya’ merupakan wujud kasih setia-Nya yang tidak pernah berubah agar kita kembali kepada-Nya.’ |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Ucapan Syukur Karena Kasih Setia Allah |
|
Ucapan Syukur Karena Kasih Setia Allah |
|
Jumat, 11 Agustus 2017 |
|
|
|
|
|
Ucapan Syukur Karena Kasih Setia Allah |
|
Mazmur 107:1-43 |
|
|
|
|
|
|
Relasi antara Allah dengan manusia itu unik seumpama relasi sepasang suami istri sebagaimana diungkapkan Rasul Paulus dalam Efesus 5:32. Relasi suami istri itu menuntut dua hal, yaitu kasih dan kesetiaan. Demikianlah yang terjadi dalam relasi antara Tuhan Yesus dengan kita sebagai jemaat-Nya. Selain didasari oleh kasih setia, relasi kita dengan Tuhan Yesus juga semata-mata karena anugrah penebusan Yesus Kristus sebagaimana tertulis di dalam 2 Timotius 2:11-13 di mana Allah tidak bisa mengingkari janji setia-Nya meskipun kita kadangkala tidak setia kepada Allah dan kurang mengasihi Dia. Sepanjang sejarah Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa Allah yang mahakasih dan mahasetia itu senang membangun relasi dan memilih seorang pribadi atau sebuah bangsa yang tidak sempurna dan penuh kekurangan. Contohnya, dalam PL kita temukan bangsa Israel yang tidak setia dalam membangun relasi dengan Allah, namun Allah tetap setia dan mengasihi mereka. Dalam PB kita temukan pribadi Rasul Petrus yang tetap dikasihi Allah meskipun ia pernah berkhianat kepada Yesus Kristus.
Renungan kita dalam Mazmur 107:1-43 berbicara tentang relasi Allah yang penuh kasih setia kepada umat pilihan Allah yang tidak setia. Dalam relasi tersebut digambarkan empat contoh hubungan ...selengkapnya » |
Relasi antara Allah dengan manusia itu unik seumpama relasi sepasang suami istri sebagaimana diungkapkan Rasul Paulus dalam Efesus 5:32. Relasi suami istri itu menuntut dua hal, yaitu kasih dan kesetiaan. Demikianlah yang terjadi dalam relasi antara Tuhan Yesus dengan kita sebagai jemaat-Nya. Selain didasari oleh kasih setia, relasi kita dengan Tuhan Yesus juga semata-mata karena anugrah penebusan Yesus Kristus sebagaimana tertulis di dalam 2 Timotius 2:11-13 di mana Allah tidak bisa mengingkari janji setia-Nya meskipun kita kadangkala tidak setia kepada Allah dan kurang mengasihi Dia. Sepanjang sejarah Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa Allah yang mahakasih dan mahasetia itu senang membangun relasi dan memilih seorang pribadi atau sebuah bangsa yang tidak sempurna dan penuh kekurangan. Contohnya, dalam PL kita temukan bangsa Israel yang tidak setia dalam membangun relasi dengan Allah, namun Allah tetap setia dan mengasihi mereka. Dalam PB kita temukan pribadi Rasul Petrus yang tetap dikasihi Allah meskipun ia pernah berkhianat kepada Yesus Kristus.
Renungan kita dalam Mazmur 107:1-43 berbicara tentang relasi Allah yang penuh kasih setia kepada umat pilihan Allah yang tidak setia. Dalam relasi tersebut digambarkan empat contoh hubungan yang menunjukkan tentang kasih setia Allah. Pertama, seorang pengembara yang menderita dalam perjalanan, akhirnya diselamatkan Allah agar ia selalu ingat akan kasih setia Allah [ayat 4-9]. Kedua, seorang yang hidup dalam kegelapan dan menderita karena kesalahannya sendiri, akhirnya ditolong Allah [ayat 10-16]. Ketiga, seorang yang menderita sakit karena kelakuannya sendiri, tetapi ketika minta tolong kepada Allah, maka ia disembuhkan [ayat 17-22]. Keempat, seorang pedagang yang mengarungi samudra raya, ketika tertimpa badai topan, Allah juga menolongnya [ayat 23-32]. Hampir di setiap kisah selalu diakhiri dengan kalimat, ‘biarlah mereka bersyukur karena kasih setia Allah’ [ayat 8, 15, 21, dan 31].
Dari kisah ini kita belajar tentang sifat Allah yang mahakasih dan mahasetia kepada kita, meskipun kadangkala kita membalas kasih setia Allah dengan berkhianat dan tidak setia kepada-Nya. Bagaimana dengan hidup kita saat ini, masihkah kita merasakan kasih setia Allah dan hidup dengan setia dan mengasihi-Nya? Atau kita lagi marah dan bosan kepada Allah karena Dia tidak kunjung menolong kita. Biarlah melalui renungan hari ini kita kembali diingatkan tentang kasih setia Allah.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|