|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Jadilah murid Kristus yang meneladani sikap welas asih-Nya yang memuliakan manusia.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Welas Asih |
|
Welas Asih |
|
Senin, 15 April 2019 |
|
|
|
Siang hari bolong di perumahan padat di sudut kota Semarang. Udara terasa gerah karena mendung tebal menyelimuti langit namun tak kunjung turun hujan. Tiba-tiba teriakan keras membahana memecah suasana: “Kurang ajar! Kecil-kecil sudah belajar jadi maling! Awas kalau ketemu aku lagi tak mutilasi kamu semua!” Seorang pemuda berkulit pekat mengacungkan tangan dengan wajah kesetanan. Matanya melotot ke arah anak-anak yang berlari berhamburan. “Kak Benay, kami hanya mau mengambil layangan, bukannya mau mencuri buah ceresen!” teriak anak-anak itu dari kejauhan.
Belum reda amarah Benay. Tiba-tiba sepasang tangan renta menyentuh lembut pundaknya dari belakang. “Sabar Ben, sabar. Sebut nama Tuhan”, kata Mbah Wanidy si pemilik tangan renta itu, “Aku tidak mau kamu jadi psikopat.” Benay membalikkan badan. “Psikopat? Apa itu Mbah?”, tanya Benay. “Hmm...masak Nak Benay tidak tahu? Psikopat itu orang yang anti-sosial. Ia sangat kejam. Tidak mengenal rasa bersalah dan tidak mempunyai belas kasihan. Jika ia membunuh orang, serasa seperti membunuh nyamuk saja.” “Berarti psikopat itu gangguan jiwa? Tapi saya tidak gila seperti itu lho, Mbah?” “Ya, tapi ancaman mutilasi tadi membuat saya merinding lho. Bisa jadi itu bibit psikopat.” Wajah Benay memerah ...selengkapnya » |
Siang hari bolong di perumahan padat di sudut kota Semarang. Udara terasa gerah karena mendung tebal menyelimuti langit namun tak kunjung turun hujan. Tiba-tiba teriakan keras membahana memecah suasana: “Kurang ajar! Kecil-kecil sudah belajar jadi maling! Awas kalau ketemu aku lagi tak mutilasi kamu semua!” Seorang pemuda berkulit pekat mengacungkan tangan dengan wajah kesetanan. Matanya melotot ke arah anak-anak yang berlari berhamburan. “Kak Benay, kami hanya mau mengambil layangan, bukannya mau mencuri buah ceresen!” teriak anak-anak itu dari kejauhan.
Belum reda amarah Benay. Tiba-tiba sepasang tangan renta menyentuh lembut pundaknya dari belakang. “Sabar Ben, sabar. Sebut nama Tuhan”, kata Mbah Wanidy si pemilik tangan renta itu, “Aku tidak mau kamu jadi psikopat.” Benay membalikkan badan. “Psikopat? Apa itu Mbah?”, tanya Benay. “Hmm...masak Nak Benay tidak tahu? Psikopat itu orang yang anti-sosial. Ia sangat kejam. Tidak mengenal rasa bersalah dan tidak mempunyai belas kasihan. Jika ia membunuh orang, serasa seperti membunuh nyamuk saja.” “Berarti psikopat itu gangguan jiwa? Tapi saya tidak gila seperti itu lho, Mbah?” “Ya, tapi ancaman mutilasi tadi membuat saya merinding lho. Bisa jadi itu bibit psikopat.” Wajah Benay memerah karena malu. “Tidak Mbah Wan, saya hanya terbawa emosi kok.” “Ya namanya anak muda, Mbah bisa memaklumi. Mbah berharap Nak Ben punya welas asih. Jangan sembarang mengeluarkan ancaman. Apalagi pada anak-anak yang belum tentu bersalah.”
Jemaat yang terkasih. Kisah di atas memberi gambaran tentang sikap mengancam dan membenci yang bertentangan dengan sikap welas asih. Sikap mengancam dan membenci dibentuk ketika seseorang tidak menjadikan manusia sebagai orientasi hidupnya. Misalnya, orang Farisi yang lebih mementingkan aturan Sabat daripada murid-murid Yesus yang kelaparan. Sikap orang Farisi ini bertolak-belakang dengan pendirian Tuhan Yesus. Bagi Tuhan, manusia adalah tujuan dan orientasi pelayanan-Nya. Tuhan tetap menghargai peraturan agamawi. Namun Dia tidak akan pernah menempatkannya di atas kemanusiaan. Demikian juga sikap-Nyaterhadap pengkotak-kotakan manusia berdasarkan pangkat-derajat dan harta milik. Tuhan Yesus tidak silau dengan semuanya itu. Dia tetap fokus untuk memuliakan manusia. Oleh sebab itu hati-Nya begitu dipenuhi denganbelas kasih pada setiap orang. Terutama pada orang yang tidak dimuliakan oleh masyarakat karena miskin, cacat dan berdosa. Meskipun dengan bersikap demikian, Dia harus menerima cibiran sebagai sahabat orang berdosa.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Tuhan menghendaki kita mempunyai sikap berbelas kasihan terhadap sesama manusia.Dalam pada itu hargailah sesama kita manusia sebagaimana yang diteladankan dan diajarkan oleh Tuhan Yesus. Mohonlah hikmat pada Tuhan agar kita diberi kamampuan untuk mengerti bagaimana mentaati peraturan agamawi di satu sisi. Dan di sisi lain memuliakan manusia di atas semua peraturan itu. Terpujilah Tuhan!
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|