|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. [Efesus 4:2]
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Ibu Rini Handoyo |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Yang Diinginkan dari PrajuritNya |
|
Yang Diinginkan dari PrajuritNya |
|
Selasa, 18 Agustus 2015 | Tema: Bermental Prajurit Berhati Hamba |
|
|
|
|
|
Yang Diinginkan dari PrajuritNya |
|
Mikha 6:8 |
|
|
|
|
|
|
Penembakan di jalan tol kembali terjadi. Kali ini pengemudi Toyota Avanza menembak sebuah Honda Jazz di Tol Jagorawi kilometer 19 pada Minggu [2/8/2015]. Setelah dilaporkan dan diadakan pemeriksaan, ternyata diketahui bahwa si penembak adalah seorang oknum prajurit. Ketika diwawancari mengapa dia melakukan penembakan, jawabnya hanya karena emosi mobilnya disalip oleh mobil lain. Tantangan sebagai seorang prajurit tidak hanya di medan peperangan ketika menghadapi musuh atau saat melakukan tugas memberantas kejahatan saja, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat pun seorang prajurit tetap dihadapkan pada tantangan. Berlaku sebagai pengayom, pelindung masyarakat, bahkan sekali waktu diperlukan sebagai penolong adalah tantangan yang perlu untuk diperhatikan juga. Kegagahan di balik seragam prajurit bisa menjadi tidak menarik lagi ketika kehidupannya di tengah masyarakat tidak bisa dijadikan teladan.
Sebagai prajurit Kristus, kita tidak dituntut memiliki penampilan yang sempurna seperti prajurit pada umumnya. Entah fisik kita sempurna atau tidak, kita tetaplah prajurit-Nya. Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati, itu yang Tuhan inginkan dari para prajurit-Nya. Dan menjadi tantangan bagi kita sebagai prajurit Kristus untuk melaksanakan apa yang ...selengkapnya » |
Penembakan di jalan tol kembali terjadi. Kali ini pengemudi Toyota Avanza menembak sebuah Honda Jazz di Tol Jagorawi kilometer 19 pada Minggu [2/8/2015]. Setelah dilaporkan dan diadakan pemeriksaan, ternyata diketahui bahwa si penembak adalah seorang oknum prajurit. Ketika diwawancari mengapa dia melakukan penembakan, jawabnya hanya karena emosi mobilnya disalip oleh mobil lain. Tantangan sebagai seorang prajurit tidak hanya di medan peperangan ketika menghadapi musuh atau saat melakukan tugas memberantas kejahatan saja, tetapi juga dalam kehidupan bermasyarakat pun seorang prajurit tetap dihadapkan pada tantangan. Berlaku sebagai pengayom, pelindung masyarakat, bahkan sekali waktu diperlukan sebagai penolong adalah tantangan yang perlu untuk diperhatikan juga. Kegagahan di balik seragam prajurit bisa menjadi tidak menarik lagi ketika kehidupannya di tengah masyarakat tidak bisa dijadikan teladan.
Sebagai prajurit Kristus, kita tidak dituntut memiliki penampilan yang sempurna seperti prajurit pada umumnya. Entah fisik kita sempurna atau tidak, kita tetaplah prajurit-Nya. Berlaku adil, mencintai kesetiaan dan hidup dengan rendah hati, itu yang Tuhan inginkan dari para prajurit-Nya. Dan menjadi tantangan bagi kita sebagai prajurit Kristus untuk melaksanakan apa yang menjadi kerinduan Tuhan kita. Dalam kehidupan sehari-hari pasti kita diperhadapkan pada berbagai situasi baik yang menyenangkan, mengecewakan, membuat marah, menyakitkan, menjengkelkan dan bermacam-macam hal yang bisa membuat kita kehilangan kontrol dalam bersikap. Memiliki kerendahan hati seperti seorang hamba adalah ibarat rem yang akan mencegah kita berbuat di luar kehendak Bapa, ketika hal-hal yang tidak kita inginkan itu kita alami. Tidak mudah untuk bersikap rendah hati, tapi Dia siap mengajar kita berlaku rendah hati, seperti dikatakan-Nya dalam Matius 11:29, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”
Apa yang dilakukan oleh sang oknum prajurit di atas, bukan hanya tidak menarik simpati dari masyarakat, tapi dia pun pasti menuai hukuman dari atasannya. Demikian juga dengan kita. Ketika kita tidak bisa berlaku adil, tidak mencintai kesetiaan, dan tidak memiliki kerendahan hati, bukan saja tidak menjadi berkat bagi orang di sekitar kita, tetapi pastinya tidak akan mendapat perkenan Bapa. Karena itu mari, sebelum kita kehilangan kontrol dalam bertindak, pastikan kita selalu belajar rendah hati seperti seorang hamba, supaya kita tetap menjadi prajurit yang berkenan di hati-Nya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|