|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tuhan selalu memberikan yang terbaik kepada kita, hanya saja terkadang kita gagal memahaminya. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Yang Terbaik |
|
Yang Terbaik |
|
Jumat, 23 Juni 2017 |
|
|
|
Tak semua yang kita anggap baik, itu baik juga di mata orang lain. Demikian juga halnya soal memberi. Kita mungkin menganggapnya sebagai pemberian terbaik, namun bisa saja orang yang menerima pemberian kita itu tidak berpikir demikian. Pengalaman seperti ini saya alami ketika hendak memberikan kado ulang tahun untuk anak saya. Saya berusaha mencari kado terbaik. Saya pikir anak saya akan membuka kado tersebut dan wajahnya akan berbinar-binar begitu mengetahui apa yang ada di dalamnya. Namun ternyata tidaklah demikian. Anak saya tetap mengucapkan terima kasih, tapi dari ekspresi wajahnya saya tahu bahwa ia sebenarnya tidak begitu menyukai hadiah yang saya berikan.
Memikirkan hal itu, saya teringat akan hubungan kita dengan Bapa sorgawi. Betapa sering kita mengecewakan hati Bapa, yaitu ketika kita merasa tidak cocok dengan apa yang telah diberikan-Nya. Padahal Bapa selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Kita saja yang gagal paham. Pergumulan kita anggap hadiah yang menyulitkan, padahal pergumulan adalah hadiah yang membuat kita kuat. Tekanan kita anggap hukuman, padahal di balik itu ada berkat yang tersembunyi. Gesekan dan konflik kita anggap sesuatu yang mengesalkan, padahal itu diberikan Tuhan untuk membentuk karakter kita. Masalahnya terletak pada c...selengkapnya » |
Tak semua yang kita anggap baik, itu baik juga di mata orang lain. Demikian juga halnya soal memberi. Kita mungkin menganggapnya sebagai pemberian terbaik, namun bisa saja orang yang menerima pemberian kita itu tidak berpikir demikian. Pengalaman seperti ini saya alami ketika hendak memberikan kado ulang tahun untuk anak saya. Saya berusaha mencari kado terbaik. Saya pikir anak saya akan membuka kado tersebut dan wajahnya akan berbinar-binar begitu mengetahui apa yang ada di dalamnya. Namun ternyata tidaklah demikian. Anak saya tetap mengucapkan terima kasih, tapi dari ekspresi wajahnya saya tahu bahwa ia sebenarnya tidak begitu menyukai hadiah yang saya berikan.
Memikirkan hal itu, saya teringat akan hubungan kita dengan Bapa sorgawi. Betapa sering kita mengecewakan hati Bapa, yaitu ketika kita merasa tidak cocok dengan apa yang telah diberikan-Nya. Padahal Bapa selalu memberikan yang terbaik kepada anak-anak-Nya. Kita saja yang gagal paham. Pergumulan kita anggap hadiah yang menyulitkan, padahal pergumulan adalah hadiah yang membuat kita kuat. Tekanan kita anggap hukuman, padahal di balik itu ada berkat yang tersembunyi. Gesekan dan konflik kita anggap sesuatu yang mengesalkan, padahal itu diberikan Tuhan untuk membentuk karakter kita. Masalahnya terletak pada cara pandang yang berbeda. Blessing in disguise, berkat yang tersembunyi. Kerap kali hal yang terbaik justru datang dari sesuatu yang kita anggap tidak baik.
Yusuf mengalaminya. Siapa sangka peristiwa sumur kering hingga fitnah yang mengantarkannya pada penjara, justru mendekatkan dia pada istana raja. Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego juga mengalami. Mereka dipromosikan, justru pada saat mereka menerima hadiah berupa gua singa dan dapur api yang menyala. Jika sesuatu tampak buruk, jangan buru-buru menolaknya. Kita tidak pernah tahu bahwa di balik itu ada berkat yang tersembunyi. Yang perlu kita percayai, Bapa mana yang tidak ingin memberikan yang terbaik untuk anak-Nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|