|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Hiduplah sebagai anak-anak terang... dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Yesus Sebagai Standart |
|
Yesus Sebagai Standart |
|
Selasa, 07 April 2015 | Tema: Berkenan Di Hati Tuhan |
|
|
|
|
|
Yesus Sebagai Standart |
|
Efesus 5:8-17 |
|
|
|
|
|
|
Di dalam perkembangan kehidupan dewasa ini, banyak orang memandang bahwa standar kehidupan moral manusia sifatnya relatif dan tidak mutlak. Maksudnya adalah penilaian tentang standar moral manusia yang dianggap baik dan benar adalah tergantung penilaian masing-masing. Oleh karena itu banyak sekali orang mengaku dirinya benar karena menilainya dari sudut pandangnya sendiri. Sebagai contoh, orang yang nyata-nyata melakukan korupsi yang mengakibatkan kerugian berbagai pihak, masih saja membela diri dengan berbagai alasannya. Atau, para elite partai politik yang saling berebut kekuasaan menyebut pihaknya sebagai yang benar dan pihak lawan sebagai pihak yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan standar atau patokan yang jelas untuk dijadikan acuan standar moral.
Ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus, dia menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai standar acuan untuk menilai perilaku manusia. Seseorang akan layak dinilai sebagai orang yang benar jika bersedia hidup sesuai dengan panggilan Allah dan berusaha keras mencari hal yang ’berkenan kepada Tuhan’ [ayat 10]. Serta tidak akan ’turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak be...selengkapnya » |
Di dalam perkembangan kehidupan dewasa ini, banyak orang memandang bahwa standar kehidupan moral manusia sifatnya relatif dan tidak mutlak. Maksudnya adalah penilaian tentang standar moral manusia yang dianggap baik dan benar adalah tergantung penilaian masing-masing. Oleh karena itu banyak sekali orang mengaku dirinya benar karena menilainya dari sudut pandangnya sendiri. Sebagai contoh, orang yang nyata-nyata melakukan korupsi yang mengakibatkan kerugian berbagai pihak, masih saja membela diri dengan berbagai alasannya. Atau, para elite partai politik yang saling berebut kekuasaan menyebut pihaknya sebagai yang benar dan pihak lawan sebagai pihak yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan standar atau patokan yang jelas untuk dijadikan acuan standar moral.
Ketika Paulus menulis surat kepada jemaat di Efesus, dia menunjuk kepada Tuhan Yesus sebagai standar acuan untuk menilai perilaku manusia. Seseorang akan layak dinilai sebagai orang yang benar jika bersedia hidup sesuai dengan panggilan Allah dan berusaha keras mencari hal yang ’berkenan kepada Tuhan’ [ayat 10]. Serta tidak akan ’turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa. Tetapi sebaliknya, menelanjangi perbuatan-perbuatan itu’ [ayat 11]. Patokan dari semuanya adalah Yesus, bukan yang lainnya.
Hidup yang berkenan di hadapan Tuhan adalah hidup sebagai orang benar yang menjadikan Yesus sebagai standarnya. Hidup yang mau menjauhi perbuatan-perbuatan kegelapan. Hidup yang mau berjalan dalam terang Kristus. Itulah hidup yang menyenangkan hati Tuhan. Mari jadilah orang benar, bukan dalam standar ukuran manusia, tetapi dengan standar yang Tuhan tetapkan, yaitu menjadi serupa dengan Yesus Kristus. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|