NIKMATI & BAGIKAN
  Artikel & Kesaksian
  Tulis Artikel / Kesaksian Anda
  Subscribe Renungan
  Electronic Formulir
  Form Permohonan Doa
  Form Katekisasi Baptisan Air
  Form Bimbingan Pra Nikah
  Form Penyerahan Anak
  Form Pendaftaran SPK Pemenang
  Form Pendaftaran Pelayanan
NEWS & EVENT
ELECTRONIC FORM
Manfaatkan fasilitas formulir online, untuk efisiensi waktu dan tenaga Anda (tanpa harus ke kantor sekretariat gereja).
GO PAPERLESS - REDUCE USING PAPER - THINK BEFORE YOU PRINT - SAVE EARTH
  Form Bimbingan Pra Nikah
  Form Permohonan Doa
  Form Pendaftaran Pelayanan
  Form Penyerahan Anak
  Form Pendaftaran SPK Pemenang
Home  »  Media  »  Artikel & Kesaksian  »  Keluar dari Rutinitas
Keluar dari Rutinitas
Keluar dari Rutinitas
Beberapa Sumber
`Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.` Markus 1:35

Dahulu ketika saya masih tinggal di kota kelahiran saya, terkadang saya bersama teman-teman pergi ke sebuah kota wisata di sana yang berjarak kurang lebih satu setengah jam perjalanan di hari Minggu. Ada sebuah bukit kecil penuh rumput di sana yang selalu ramai pengunjung. Ada banyak kelompok di sana yang selalu menarik perhatian saya. Mereka menggelar tikar, membawa bekal, dan terlihat gembira berkumpul bersama baik dengan keluarga maupun dengan teman-teman. Ditemani gitar, mereka ramai-ramai memuji Tuhan. Ada pula yang bergantian membaca Alkitab dan membahasnya.

Pada waktu itu saya heran mengapa mereka harus jauh-jauh pergi ke sana hanya untuk bernyanyi dan membahas Alkitab? Tidakkah itu bisa mereka lakukan di rumah atau di gereja saja? Hari ini saya mengerti mengapa mereka melakukannya. Lepas dari rutinitas, mencari tempat dengan suasana santai dan udara sejuk, disana mereka bersama-sama memuji Tuhan. Alangkah indahnya.

Setiap tahunnya orang butuh cuti agar bisa kembali segar setelah jenuh bekerja sepanjang tahun. Rutinitas dalam pekerjaan bisa menurunkan produktifitas, dan untuk itulah ...selengkapnya »
"Orang Kristen identik dengan memberi", katanya... Banyak orang yang mengatakannya, terutama orang kristen sendiri yang mengungkapkan hal tersebut, khususnya para pendeta atau hamba Tuhan. Sehingga saat ada orang yang memberi, sang penerima akan bertanya, "Kristen ya?" Tidak bisa kita telan mentah-mentah statement tersebut. Itu barulah sebuah statement, belum jadi sebuah final statement atau conclusion kalau statement tersebut belum kita uji. Ya! Kalau saat-saat musim Natal, Paskah, ada orang yang bagi-bagi sembako atau bingkisan di pinggir-pinggir jalan atau di panti-panti asuhan dan lain-lain, tentu sebenarnya tidak usah ditanya juga sudah pasti jelas jawabannya, tapi mungkin untuk lebih meyakinkan, sang penerima akan bertanya "Kristen ya?", mungkin... Namun bagaimana kalau ada orang yang bagi-bagi sembako atau bingkisan di pinggir-pinggir jalan atau di panti-panti asuhan dan lain-lain di saat-saat bukan momen Natal atau Paskah, saat hari-hari biasa, atau bahkan saat bulan puasa atau saat hari raya agama tertentu? Apakah mungkin sang penerima akan tetap bertanya, "Kristen ya?". Mereka otomatis akan mengira, kalau musim Natal / Paskah, ya pasti orang Kristen yang lagi bagi-bagi. Kalau bulan puasa ada yang bagi-bagi takjil atau makanan pembuka atau saat hari raya Idul Fitri / Idul Adha, ya pasti orang Islam yang lagi bagi-bagi. Kalau pas hari raya Waisak, tentunya orang Budha yang sedang berbagi. Kalau begitu ceritanya, sama aja dong kita dengan mereka? Sama-sama memberi secara musiman. Lalu apa bedanya dong kita dengan mereka? Padahal dengan jelas Alkitab mengatakan, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini", Roma 12:2a, dan "Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.", Matius 5:20. Kristen ya? Kok tidak ada bedanya dengan agama lain? Think about it!
Siapapun orangtuanya, pasti menginginkan buah hatinya berlaku baik, sopan dan tidak nakal. Karena, sifat-sifat baik itu juga akan membuat sang orangtua menjadi bangga. Sementara jika nakal, orangtuanya pun akan merasa malu. Masih berlakukah statement tersebut?. Fenomena yang sekarang terjadi orang tua justru seolah-olah tidak peduli dengan kenakalan anak mereka. Ketika anak mereka bersikap temper trantum (di rumah ataupun tempat umum) dengan: 1). Menjerit-jerit 2). Berguling-guling di lantai 3). Naik-naik ataupun loncat-loncat di atas kursi atau meja, dsbnya. 4). Menjambak atau memukul teman bermain atau saudara mereka. Semuanya seolah-olah menjadi hal biasa dan normal buat para orang tua. Hal yang paling sering kita lihat, para orang tua hanya: 1). Menegur dengan cara memanggil nama anaknya, dari kejauhan sambil membiarkan anak mereka tetap melakukan hal tersebut. 2). Orang tua menaruh jari telunjuknya di depan mulut mereka, sebagai penanda agar anak mereka diam dan tidak nakal. 3). Memberikan gadget pada anak mereka agar duduk diam. Pada kenyataanya semua itu tidak efektif membuat anak mereka untuk tidak temper trantum kembali. Entah semua itu karena degradasi dari sebuah pola asuh, dikarenakan mereka lebih gemar dengan gadget mereka, atau gemar menonton sinetron, atau sibuk dengan aktivitas mereka, atau malas mendidik anak mereka, atau faktor lain. Namun pada intinya, orang tua tidak boleh menganggap anaknya yang sering melakukan ciri-ciri perilaku di atas sebagai sesuatu yang wajar, dan terus-menerus menolerir tindakan yang merugikan bagi dirinya sendiri dan juga orang lain di sekitarnya. Lalu apa penyebabnya ? 1. Memenuhi Semua Keinginan Anak Banyak di antara orangtua yang selalu memenuhi permintaan anaknya. Padahal, pola asuh semacam ini bisa berdampak buruk bagi si anak. Sikap orangtua yang selalu memenuhi keinginan anak, misal membelikan mainan yang diminta, malah bisa membentuk anak menjadi manja, bersifat materialistik dan cenderung nakal. Memang, para orangtua sering memanjakan anak dengan alasan daripada anak marah, mengamuk dan jadi monster kecil di rumah, lebih baik dipenuhi saja keinginannya. Padahal, sebaiknya kita bisa memberikan pengertian kepada anak bahwa tidak semua keinginannya bisa dikabulkan. 2. Kurang Menerapkan Disiplin Terapkan disiplin pada anak. Salah menerapkan disiplin kepada anak ternyata bisa menyebabkan anak bersikap manja dan nakal. Banyak dari para orangtua yang tidak tahu cara yang benar untuk mendisiplinkan anak. Misalnya, tidak memiliki aturan yang tegas di rumah sehingga membuat anak bersikap semaunya saja. Nah, mulai sekarang orangtua perlu mengajarkan anak tentang konsekuensi dari setiap perilakunya. Misalnya, jika si anak tidak mau mandi, maka orangtua bisa memberikan pengertian bahwa nanti kulitnya gatal karena tubuhnya kotor. Perlu diingat, saat melatih disiplin pada anak, orangtua wajib bersikap konsisten dan memberi contoh nyata juga pada mereka. Untuk melatih disiplin, orangtua juga bisa menerapkan sistem punish and reward saat anak berperilaku negatif. Misalnya, anak tidak boleh menonton televisi jika belum selesai mengerjakan tugas sekolah. Atau, anak tidak boleh makan coklat kalau dia tidak meletakkan sepatu di rak sepatu. 3. Selalu Siap Membantu Anak Ketika orangtua mendapatkan laporan dari guru di sekolah tentang kenakalan anak, seringkali mereka tidak percaya akan hal tersebut. Banyak dari orangtua bersikap seolah-olah anaknya selalu berperilaku baik dan tak pernah berbuat salah. Bahkan tak jarang, orangtua malah selalu membela anak dan berbuat seolah-olah selalu berada di sampingnya untuk melindungi anak. Sikap terlalu sering membela anak ini akan membuat anak manja, egois dan membentuk perilaku nakal karena selalu merasa dibela oleh orangtuanya. Nah, agar anak bisa bersikap positif dan mau menerima teguran ketika melakukan kesalahan, maka yang harus dilakukan adalah memberi penjelasan bahwa bila anak berbuat salah dan orangtua memarahinya, itu bukan berarti tidak sayang lagi. Tunjukkan kepada anak bahwa tidak selamanya orangtua akan membela anak. Sang anak memang perlu ditegur saat berperilaku negatif di rumah ataupun di sekolah. 4. Bertengkar di Depan Anak Bertengkar dan berselisih paham adalah sebuah pertanda kehidupan di keluarga, dan itu wajar, selama di lakukan tanpa kekerasan, dalam fisik maupun perkataan, dan dalam tata aturan yang benar, serta menghormati suami/istri. Sayangnya, banyak diantara para orangtua yang sering bertengkar di depan anaknya dengan emosional yang tinggi. Sikap ini harus dihindari, karena suara dan teriakan keras dengan saling memaki bisa memberikan dampak buruk bagi anak. Misalnya, anak bisa berperilaku kasar ke teman, nakal dan tidak betah di rumah karena merasa tidak nyaman. 5. Memberikan Contoh Buruk Anak akan meniru segala sesuatu yang dilihat dari orang terdekatnya, yaitu kedua orangtuanya. Jika orang tua memiliki kebiasaan berteriak dan mengeluarkan kata kasar, maka otomatis anak akan meniru. Karena itu, orangtua harus bisa menjadi role model yang baik bagi anak-anaknya. Tapi jangan khawatir, jika orangtua pernah berperilaku tidak baik, berikan penjelasan kepada anak bahwa apa yang telah dilihat adalah hal yang buruk dan anak tidak boleh meniru. Orangtua juga harus berjanji untuk tidak berperilaku buruk di depan anak, agar anak mengetahui bahwa hal yang buruk tidak boleh ditiru olehnya. Satu lagi mengenai acara televisi, yang saat ini didominasi oleh roh perceraian, roh pertengkaran, roh perselingkuhan, dll yang dipakai si iblis untuk membentuk karakter si penontonnya (baik si orang tua apalagi si anak). Jadi cobalah untuk memfilter apa yang masuk di otak kita dan otak anak-anak kita. Secara tidak langsung acara televisi, merupakan salah satu produk percontohan buat anak, jika tidak difilter oleh orang tua mereka. Saran Buat Orang Tua Buat para orang tua ataupun calon orang tua, anak adalah anugrah Tuhan Yesus yang dititipkan oleh Tuhan untuk kita didik dalam jalur pengenalan yang benar akan Kristus. So, luangkan waktu anda untuk memberikan pola asuh yang benar, bukan asal memiliki anak, tanpa punya waktu memberikan pola asuh yang benar, akhirnya pola asuh diserahkan pada pembantu, baby sitter, ataupun kakek neneknya, karena mereka adalah anak anda bukan anak orang lain `Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.`
Mentransfer uang atau mengirim uang melalui ATM merupakan salah satu kegiatan bertransaksi, yang kita harus tahu bagaimana cara melakukan transfer yang benar. Bagi yang sudah berpengalaman tentunya mudah, namun bagi yang baru mengenal atau mempunyai kartu ATM atau tabungan tentu akan bingung dalam melakukan transaksi ini dan ini bisa menjadi incaran atau sasaran orang yang tidak bertanggung jawab. Untuk menghindari hal itu kami akan menginformasikan cara mentransfer uang melalui mesin ATM. BCA merupakan salah satu bank yang cukup besar diseluruh Indonesia, kami akan memberikan penjelasan dengan contoh cara mentransfer dari ATM BCA (Prima) ke Bank Panin. Berikut langkah-langkahnya. 01). Cari gerai ATM BCA (berlogo BCA / Prima) 02). Masukkan kartu ATM BCA Anda 03). Masukan 6 digit PIN Kartu ATM Anda 04). Pilih Menu PILIHAN LAINNYA 05). Pilih menu TRANSFER 06). Akan muncul beberapa pilihan menu transfer, pilih menu KE REKENING BANK LAIN 07). Masukkan Kode Bank, jika tidak ingat, pilih menu DAFTAR KODE BANK, untuk kode Bank Panin adalah 019, pilih BENAR 08). Masukan nominal uang yang akan ditransfer, pastikan jumlah nominal uang sudah benar. Lalu pilih BENAR 09). Setelah itu masukan nomor rekening bank Panin yang akan dituju 10). Akan muncul konfirmasi info tujuan transfer anda, apakah sudah benar atau belum, jika sudah sesuai pilih BENAR 11). Tunggu proses transfer hingga selesai 12). Akan keluar struk sebagai bukti transfer, ambil dan simpan struk tersebut sebagai bukti yang sah 13). Selesai. Hal ini hampir sama dengan mentransfer ke bank lain seperti BCA (014), Mandiri (008), Danamon (011), Permata (013), BII (016), CIMB Niaga (022), UCBC NISP (028), HSBC (041), DBS (046), Citibank (031), Standard Chartered (050), BRI (002), BNI (009), Bukopin (441), dan bank lainnya dengan catatan anda mengingat Kode Bank yang akan ditransfer. Selain itu mentransfer ke bank lain anda akan dikenakan biaya sebanyak Rp 6.500,-. Itulah sedikit informasi yang dapat disampaikan, semoga bermanfaat bagi Anda semua dan ingat selalu berhati-hati dalam bertransaksi di Gerai ATM terdekat.
`Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.` Lukas 12:34. Harta tidak melulu bicara mengenai uang, tapi bisa juga bicara mengenai nama besar kita, gengsi, ego, harga diri, hobi, dan apapun yang kita marah saat itu diusik atau diambil dari hidup kita. Pernahkah kita mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut seseorang dalam hidup kita? Mungkin itu keluarga, sahabat, atau pimpinan bahkan pejabat selevel walikota, gubernur, menteri, bahkan presiden sekalipun. Kita memepersiapkan segala sesuatunya, mulai dari hari atau jam disaat beliau akan datang, sebisa mungkin semua janji atau aktivitas kita batalkan. Halaman, rumah, dan seisinya kita bersihkan, cat ulang, bahkan kita permak total. Makanan terbaik kita sediakan. Juga baju paling baru dan bagus pun kita pakai. Semua kita persiapkan demi orang spesial tersebut. Namun apa yang ada di hati atau pikiran kita, apabila tiba-tiba orang tersebut menunda kedatangannya bahkan membatalkannya? Tentu hati kita sangat sedih dan hancur. Ya, semua orang pasti akan melakukan hal yang sama demi orang spesial tersebut. Tapi bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Pernahkah kita mempersiapkan yang terbaik bagi Tuhan, baik itu secara pribadi maupun gerejawi? Padahal notabene, Dia selalu hadir dalam hidup kita, dan tidak pernah ingkar ataupun menunda apa yang telah dijanjikan-Nya. Pernahkah kita membatalkan janji dengan teman kita saat Tuhan berbisik ingin meminta waktu kita untuk Dia ingin bercengkrama dengan kita, mengutarakan isi hati-Nya bagi kita? Atau bahkan kita tidak peduli, jam-jam saat teduh pun kita rampas demi janji dengan orang lain, demi menyenangkan orang lain atau untuk kepuasan dan ego pribadi kita. Atau sebagai pelayan Tuhan, kita tidak peduli dengan adanya doa bersama sebelum ibadah, bahkan justru dengan santai kita datang terlambat dan tetap melayani tanpa terlebih dahulu mempersiapkan hati dan mencari wajah-Nya. Sebagai worship leader, singer, pemain musik, ataupun hamba Tuhan, mungkin kita tidak lagi pernah mencari tahu apa yang jadi kerinduan dan isi hati Tuhan untuk disampaikan melalui ibadah yang kita pimpin, namun justru kita terjebak dalam rutinitas rohani dan kita hanya mengandalkan pikiran dan kemampuan yang kita miliki. Di hadapan Tuhan kita semua adalah sama, tidak ada perbedaan senioritas, yang ada hanya perbedaan level iman. Mari kita dengan berbesar hati mengambil saat teduh sejenak dan merenungkan artikel ini. Biarkan Roh Kudus menjamah hati dan pikiran kita, mengoreksi segenap aspek hidup kita. Kalau untuk manusia saja kita bisa memberikan yang terbaik, bagaimana dengan Dia, Sang Raja Segala Raja?
FOLLOW OUR INSTAGRAM
ARTIKEL & KESAKSIAN
Jadwal Ibadah Minggu
28 April 2024
Tidak Ada Kegiatan Ibadah
Copyright © 2012 All rights reserved. Designed and Developed by GIA Dr. Cipto Semarang