|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Tuhan telah mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya yang telah menaruh percaya kepada-Nya
|
|
|
|
|
|
|
|
DITULIS OLEH |
|
Dkn. Rachmat Sugianto |
|
Kontributor |
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Berserah Penuh Kepada Tuhan |
|
Berserah Penuh Kepada Tuhan |
|
Selasa, 30 Juli 2019 |
|
|
|
|
|
Berserah Penuh Kepada Tuhan |
|
Daniel 3:1-30 |
|
|
|
|
|
|
Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Maka dia mendatangi ayahnya untuk minta ayahnya itu yang membetulkannya. Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.” Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya. Maka dia memberi komentar lagi, ”Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul. “Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah, ”Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.” Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya.” Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah, ”Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang h...selengkapnya » |
Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Maka dia mendatangi ayahnya untuk minta ayahnya itu yang membetulkannya. Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.” Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya. Maka dia memberi komentar lagi, ”Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul. “Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah, ”Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.” Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya.” Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah, ”Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus dilakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.” Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi, ”Jangan yang itu Yah, kayaknya bagian lain yang rusak.” Tapi kali ini ayahnya berkata, ”Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.” Akhirnya karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apapun.
Kalau kita membaca dari bacaan renungan kita hari ini, yaitu tentang kisah Sadrakh, Mesakh, Abednego yang harus mengalami hukuman karena tidak mengindahkan perintah raja untuk menyembah patung yang didirikannya. Mereka lebih memilih menyembah Allah yang hidup yang menyelamatkannya. Karena keteguhan hatinya mereka harus dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Keyakinan mereka yang membawa mereka kepada keselamatan. Mereka berserah penuh kepada Tuhan tanpa bernego dengan Tuhan, nanti kalau terjadi seperti ini dan seperti itu. Yang mereka yakin adalah pertolongan dan kuasa Tuhan yang nyata.
Jemaat terkasih, seringkali kita juga berkata bahwa kita mau menyerahkan hidup kita sepenuhnya kepada Tuhan. Kita sungguh ingin hidup yang bergantung seutuhnya kepada Tuhan. Tetapi seringkali ego dan kemauan kita juga mesih besar. Oleh karena itu, sebagai seorang hamba, mari belajar untuk berserah penuh kepada Tuhan Yesus, yaitu Tuan kita.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|