|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
’Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?’ Jawab Yesus: ’Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.’ [Yohanes 9:2-3]
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Membuka Pintu Berkat |
|
Membuka Pintu Berkat |
|
Sabtu, 18 Juli 2015 | Tema: Diberkati Untuk Menjadi Berkat |
|
|
|
|
|
Membuka Pintu Berkat |
|
Yohanes 9:1-7 |
|
|
|
|
|
|
Sabtu siang itu sebagaimana biasa Wati dan saya berangkat dari Yogya ke Muntilan dengan berboncengan sepeda motor. Ada anak-anak Sekolah Minggu yang menanti kami di sebuah ruko kontrakan mungil di Pos PI Muntilan setiap Sabtu sore. Meskipun pagi harinya kami harus mengikuti perkuliahan dan kegiatan lainnya, kami selalu berusaha bersiap diri dengan baik sebab perjalanan ke Muntilan membutuhkan stamina dan konsentrasi penuh. Gencarnya bus, truk dan mobil yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi membuat para pengendara sepeda motor harus betul-betul waspada.
Sekolah Minggu berlangsung dengan menyenangkan seperti juga Sabtu-Sabtu sebelumnya. Kami pun kembali ke Yogya menjelang petang. Namun jika biasanya kami langsung kembali ke kos, kali ini kami lanjut ke gereja untuk menghadiri rapat panitia Paskah. Saat itulah peristiwa itu terjadi. Selepas sebuah tikungan yang mengarah ke gereja, motor yang kami naiki bersenggolan dengan sebuah becak dan mengakibatkan Wati yang memegang kemudi terluka parah di kaki. Saya yang duduk di boncengan terluka lecet. Penumpang dan pengemudi becak baik-baik saja.
Usai diantar oleh teman-teman gereja ke RS Panti Rapih, Wati mend...selengkapnya » |
Sabtu siang itu sebagaimana biasa Wati dan saya berangkat dari Yogya ke Muntilan dengan berboncengan sepeda motor. Ada anak-anak Sekolah Minggu yang menanti kami di sebuah ruko kontrakan mungil di Pos PI Muntilan setiap Sabtu sore. Meskipun pagi harinya kami harus mengikuti perkuliahan dan kegiatan lainnya, kami selalu berusaha bersiap diri dengan baik sebab perjalanan ke Muntilan membutuhkan stamina dan konsentrasi penuh. Gencarnya bus, truk dan mobil yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi membuat para pengendara sepeda motor harus betul-betul waspada.
Sekolah Minggu berlangsung dengan menyenangkan seperti juga Sabtu-Sabtu sebelumnya. Kami pun kembali ke Yogya menjelang petang. Namun jika biasanya kami langsung kembali ke kos, kali ini kami lanjut ke gereja untuk menghadiri rapat panitia Paskah. Saat itulah peristiwa itu terjadi. Selepas sebuah tikungan yang mengarah ke gereja, motor yang kami naiki bersenggolan dengan sebuah becak dan mengakibatkan Wati yang memegang kemudi terluka parah di kaki. Saya yang duduk di boncengan terluka lecet. Penumpang dan pengemudi becak baik-baik saja.
Usai diantar oleh teman-teman gereja ke RS Panti Rapih, Wati mendapat pengobatan untuk kakinya dan harus beristirahat selama dua minggu. Teman-teman menawarkan diri untuk menggantikan kami mengajar kelas Sekolah Minggu esok paginya. Namun karena luka saya tidak serius dan bahan ajar sudah saya siapkan jauh hari sebelumnya, saya masih bisa mengajar di kelas kami.
Setelah kecelakaan itu Wati dan saya mengintrospeksi diri. Apakah kami bersalah di dalam pandangan Tuhan, ataukah ada maksud Tuhan yang lain di balik itu. Saya sendiri melihat ada hal baik yang timbul dari peristiwa itu. Kami semua mendapat kesempatan untuk lebih saling memperhatikan dan menjadi berkat bagi rekan sepelayanan. Wati dirawat dengan penuh kasih di rumah salah satu jemaat selama beberapa hari; setelah ia kembali ke kos kami bergantian menjenguk dan mengantarnya berobat sampai ia sembuh betul; dan untuk pelayanan di Muntilan selanjutnya saya dan pengganti Wati selalu dikawal oleh dua orang rekan pria. Kami menjadi lebih peduli, lebih merasa sebagai satu keluarga di dalam pelayanan.
Tiada peristiwa yang diizinkan Tuhan terjadi tanpa makna. Baik itu teguran, baik itu untuk memunculkan kebaikan, atau untuk memuliakan Tuhan ... segala sesuatu pasti ada maknanya. Semua itu memberkati kita dan membuka pintu untuk menjadi berkat bagi sesama. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|