|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Kasih yang seiring sejalan dengan terang itu mengusir kebencian yang bercokol di dalam kegelapan. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Seiring Sejalan |
|
Seiring Sejalan |
|
Selasa, 12 April 2016 | Tema: Imamat Yang Rajani |
|
|
|
|
|
Seiring Sejalan |
|
I Yohanes 2:7-11 |
|
|
|
|
|
|
Hidup berdampingan dengan para tetangga yang ramah ternyata bukan jaminan bahwa penghuni rumah akan betah tinggal di sana. Selama empat belas tahun menghuni rumah yang lama, meski senang memiliki tetangga-tetangga yang baik, ada satu hal yang sangat mengganggu, yaitu seringnya mati lampu. Kerap kali sewaktu saya tengah menikmati saat yang menyenangkan di rumah ... padamlah si lampu. Tak jarang lebih dari sekali dalam sehari. Sangat disayangkan.
Sebagaimana lingkungan yang menyenangkan tidak menjamin kebetahan penghuni rumah, demikian pula sebutan sebagai umat pilihan Allah tidak menjamin seseorang sudah hidup di dalam terang. Acap kali orang menganggap bahwa satu-satunya tanda bahwa kegelapan telah sirna adalah keeratan hubungannya dengan Allah. Namun Rasul Yohanes mengungkapkan bahwa hubungan manusia dengan sesamanya pun menjadi pertanda apakah hidup seseorang dipenuhi oleh terang kasih Kristus atau tidak.
“Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.” Firman Tuhan yang tercatat dalam 1 Yohanes 2:9 ini dengan lugas menguak fakta ...selengkapnya » |
Hidup berdampingan dengan para tetangga yang ramah ternyata bukan jaminan bahwa penghuni rumah akan betah tinggal di sana. Selama empat belas tahun menghuni rumah yang lama, meski senang memiliki tetangga-tetangga yang baik, ada satu hal yang sangat mengganggu, yaitu seringnya mati lampu. Kerap kali sewaktu saya tengah menikmati saat yang menyenangkan di rumah ... padamlah si lampu. Tak jarang lebih dari sekali dalam sehari. Sangat disayangkan.
Sebagaimana lingkungan yang menyenangkan tidak menjamin kebetahan penghuni rumah, demikian pula sebutan sebagai umat pilihan Allah tidak menjamin seseorang sudah hidup di dalam terang. Acap kali orang menganggap bahwa satu-satunya tanda bahwa kegelapan telah sirna adalah keeratan hubungannya dengan Allah. Namun Rasul Yohanes mengungkapkan bahwa hubungan manusia dengan sesamanya pun menjadi pertanda apakah hidup seseorang dipenuhi oleh terang kasih Kristus atau tidak.
“Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang.” Firman Tuhan yang tercatat dalam 1 Yohanes 2:9 ini dengan lugas menguak fakta bahwa rasa benci itu berjalan berbarengan dengan kegelapan. Sebaliknya apabila seseorang hidup di dalam terang, maka rasa kasihlah yang menandainya [ayat 10]. Terang dan benci tidak mungkin seiring sejalan. Kebencian menandakan bahwa seseorang masih hidup dalam kegelapan. Demikian pekatnya sehingga ia kehilangan arah sebab matanya dibutakan oleh kegelapan itu [ayat 11].
Jadi, terang atau kegelapankah yang menguasai kita? Ke manakah arah langkah kita? Jika kebencian dibiarkan merajalela, maka kegelapan sudah pasti menggiring kita menuju kehancuran. Jika terang bercahaya atas kita, maka kasihlah yang pasti menghuni hati. Dan kasih itu yang akan mengatasi rasa benci. Membuat langkah kita tak tersandung-sandung dalam menjalani kehidupan ini. Kasih itu seiring sejalan dengan terang. Kasihlah yang menandakan bahwa kita ini adalah umat pilihan Allah. Umat tebusan yang teramat dikasihi-Nya.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|