|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Sebagai insan yang dikasihi Tuhan, bertumbuhlah menjadi pribadi-pribadi yang patut dikagumi. Bukan dengan cara meninggikan diri, melainkan dengan hidup melekat pada Kristus.
|
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Two Thumbs Up |
|
Two Thumbs Up |
|
Sabtu, 12 September 2015 | Tema: Pribadi Unggul |
|
|
|
|
|
Two Thumbs Up |
|
Ayub 1:1-22 |
|
|
|
|
|
|
“When I was young, I used to admire intelligent people; as I grow older, I admire kind people.”
&’8213; Abraham Joshua Heschel
Kekaguman timbul saat orang melihat keunggulan-keunggulan yang patut diacungi jempol. Kadang tak cukup dengan satu jempol, dua jempol sekaligus. Two thumbs up. Hebat! Ada yang dikagumi karena keelokan dan ketampanan parasnya. Ada yang karena kecerdikannya. Keenceran otaknya. Bakat-bakatnya. Kebaikan hatinya. Kepahlawanannya. Dan masih banyak keunggulan lain yang dikagumi orang.
Seiring dengan bertambah matangnya usia, kekaguman bisa bergeser. Seperti Abraham Joshua Heschel yang menyatakan bahwa dahulu ketika muda ia mengagumi orang-orang yangcerdas, setelah beranjak tua ia mengagumi orang-orang yang baik hatinya. Ia sampai kepada pengertian bahwa walaupun kecerdasan adalah keunggulan yang memang mengagumkan, namun itu tak dapat menandingi kebaikan hati. Memiliki hati yang baik adalah jauh lebih mengagumkan lagi.
Kita pun memiliki rasa kagum di dalam benak masing-masing. Sebagai seorang gadi...selengkapnya » |
“When I was young, I used to admire intelligent people; as I grow older, I admire kind people.”
&’8213; Abraham Joshua Heschel
Kekaguman timbul saat orang melihat keunggulan-keunggulan yang patut diacungi jempol. Kadang tak cukup dengan satu jempol, dua jempol sekaligus. Two thumbs up. Hebat! Ada yang dikagumi karena keelokan dan ketampanan parasnya. Ada yang karena kecerdikannya. Keenceran otaknya. Bakat-bakatnya. Kebaikan hatinya. Kepahlawanannya. Dan masih banyak keunggulan lain yang dikagumi orang.
Seiring dengan bertambah matangnya usia, kekaguman bisa bergeser. Seperti Abraham Joshua Heschel yang menyatakan bahwa dahulu ketika muda ia mengagumi orang-orang yangcerdas, setelah beranjak tua ia mengagumi orang-orang yang baik hatinya. Ia sampai kepada pengertian bahwa walaupun kecerdasan adalah keunggulan yang memang mengagumkan, namun itu tak dapat menandingi kebaikan hati. Memiliki hati yang baik adalah jauh lebih mengagumkan lagi.
Kita pun memiliki rasa kagum di dalam benak masing-masing. Sebagai seorang gadis remaja, dahulu saya kagum terhadap pasangan suami-istri yang harmonis sampai lanjut usia. Setelah beranjak dewasa dan menjalani kehidupan rumah tangga ... saya kagum terhadap suami-istri yang tetap berjuang untuk menerima dan mencintai pasangannya walaupun pasangan hidupnya tak memenuhi harapan-harapannya. Orang yang memiliki kualitas seperti itu sangat berharga. Walau mungkin saja kehidupan rumah tangganya tampak tak sempurna. Mungkin saja ia acap kali tampak kurang bahagia. Namun perjuangan yang dilaluinya demi orang yang dicintainya benar-benar menunjukkan keunggulan kualitas pribadinya.
Jangan berhenti pada sekedar mengagumi orang lain. Kita pun sebagai insan yang dikasihi Tuhan hendaknya bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang patut dikagumi. Bukan dengan cara meninggi-ninggikan diri sendiri, melainkan dengan hidup melekat pada Kristus. Seperti Ayub yang tetap melekat pada Kristus ... meski menderita, meski didera pertanyaan demi pertanyaan yang tak dimengerti ... tetap melekat. Apa pun yang terjadi. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|