|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Setiap jerih payah dan usaha kita untuk hidup benar tidak akan sia-sia. |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Hidup Benar dan Upahnya |
|
Hidup Benar dan Upahnya |
|
Selasa, 03 Mei 2016 | Tema: Umat Yang Kudus |
|
|
|
|
|
Hidup Benar dan Upahnya |
|
Mazmur 112 |
|
|
|
|
|
|
Selama perang saudara di Amerika, perdagangan kapas dilarang. Meskipun demikian masih ada beberapa pedagang rakus mencoba membeli kapas di Selatan dan membawanya ke Utara dengan keutangan yang berlipat-lipat. Salah seorang dari pedagang-pedagang itu mendekati kapal Mississippi dan menawarkan seratus dolar jika mau mengangkut kapas itu. Kapten kapal itu menolak sambil mengingatkan pedagang kapas itu bahwa perdagangan itu melanggar hukum. Walaupun kapten telah menolaknya, namun pedagang itu tetap memintanya dengan berkata, “Saya akan membayarmu lima ratus dolar.” Kemudian sang kapten membentaknya dengan berkata, ”Tidak.” Pedagang itu lalu merayunya, ”Baiklah saya naikkan seribu dolar.” Dan sang kapten mengulang jawabannya, ”Tidak.” Dan sekali lagi pedagang itu mendesak sang kapten dengan berkata, “Saya akan memberimu tiga ribu dolar.” Sampai di situ sang kapten mengambil pistolnya, menodongkan ke penggodanya dan berteriak, “Keluar dari kapal ini! Kamu sudah mendekati harga yang saya inginkan.”
Cerita di atas menggambarkan betapa sulitnya hidup di tengah-tengah tantangan zaman ini. Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk hidup benar dan kudus di hadapan Allah. Bahkan mampu menolak perbuatan yang melanggar kehendak Allah harus menjadi keb...selengkapnya » |
Selama perang saudara di Amerika, perdagangan kapas dilarang. Meskipun demikian masih ada beberapa pedagang rakus mencoba membeli kapas di Selatan dan membawanya ke Utara dengan keutangan yang berlipat-lipat. Salah seorang dari pedagang-pedagang itu mendekati kapal Mississippi dan menawarkan seratus dolar jika mau mengangkut kapas itu. Kapten kapal itu menolak sambil mengingatkan pedagang kapas itu bahwa perdagangan itu melanggar hukum. Walaupun kapten telah menolaknya, namun pedagang itu tetap memintanya dengan berkata, “Saya akan membayarmu lima ratus dolar.” Kemudian sang kapten membentaknya dengan berkata, ”Tidak.” Pedagang itu lalu merayunya, ”Baiklah saya naikkan seribu dolar.” Dan sang kapten mengulang jawabannya, ”Tidak.” Dan sekali lagi pedagang itu mendesak sang kapten dengan berkata, “Saya akan memberimu tiga ribu dolar.” Sampai di situ sang kapten mengambil pistolnya, menodongkan ke penggodanya dan berteriak, “Keluar dari kapal ini! Kamu sudah mendekati harga yang saya inginkan.”
Cerita di atas menggambarkan betapa sulitnya hidup di tengah-tengah tantangan zaman ini. Sebagai orang percaya, kita dituntut untuk hidup benar dan kudus di hadapan Allah. Bahkan mampu menolak perbuatan yang melanggar kehendak Allah harus menjadi kebiasaan kita setiap hari. Pemazmur mengatakan setiap orang yang berani hidup benar besar upahnya, bahkan sampai kepada anak cucunya [ay. 1-2]. “Haleluya! Berbahagialah orang yang takut akan TUHAN, yang sangat suka kepada segala perintah-Nya.
Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati.”
Orang benar adalah orang yang hidup di dalam ketaatan, merenungkan firman Tuhan siang dan malam serta melakukannya. Sedangkan orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang menghormati kehadiran-Nya dalam setiap kehidupannya. Memang untuk hidup benar ada harga yang harus kita bayar. Itulah yang disebut pikul salib. Terkadang ketika mempertahankan hidup benar [menjaga kekudusan], kita malah ditinggalkan temen-temen terdekat, dicemooh dan juga dikucilkan dari lingkungan pergaulan. Ini bukanlah hal yang mengejutkan lagi. Orang cenderung lebih memilih hidup menurut keinginannya sendiri dan memuaskan nafsunya daripada harus tunduk dan taat kepada firman Tuhan.
Hari ini kita kembali diingatkan bahwa hidup benar bukanlah kerugian, tetapi membawa keuntungan yang luar biasa. Tidak hanya saat kita masih hidup di dunia ini, tetapi terlebih lagi untuk kehidupan yang akan datang, bahkan kepada keturunan kita. Hendaklah kita tetap menjaga hidup benar di hadapan Tuhan agar ketika Dia sewaktu-waktu datang, kita didapati-Nya telah siap [2 Petrus 3:10a-11].
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|