|
SEPEKAN TERAKHIR |
|
|
|
POKOK RENUNGAN |
|
|
|
Belajar peka, Bersiap untuk jadi penuai! |
|
|
|
|
|
|
Renungan Lain oleh Penulis: |
|
|
|
|
|
|
|
|
Home » Renungan » Kesempatan Dalam Kesempitan1 |
|
Kesempatan Dalam Kesempitan1 |
|
Rabu, 02 Oktober 2019 |
|
|
|
|
|
Kesempatan Dalam Kesempitan1 |
|
Kisah Para Rasul 8:26-40 |
|
|
|
|
|
|
Beberapa waktu yang lalu, saya memesan ojek aplikasi. Sepanjang perjalanan, saya dan driver ojek tersebut berbincang-bincang. Di tengah-tengah perbincangan kami, tiba-tiba driver tersebut bertanya mengenai pekerjaan saya. Kemudian saya katakan bahwa saya bekerja sebagai rohaniwan di gereja. Driver ojek tersebut berkata, bahwa semua agama itu sama, baik Kristen maupun Muslim. Dalam waktu yang singkat tersebut, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk memberitakan kabar baik kepadanya. Kemudian saya berkata kepadanya,“oh begitu ya pak, maaf bolehkan saya bertanya?. Apakah di ajaran Bapak [orang Kedar] ada jaminan kepastian untuk masuk ke dalam surga Pak”?. Bapak tersebut menjawab, bahwa jaminan masuk surga itu ditentukan oleh banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, dan itu kembali kepada keputusan Allah. Sebagai umat-Nya, hanya bisa pasrah saja atas keputusan-Nya tersebut. Kemudian saya menanggapi pernyataan Bapak tersebut dengan berkata:” Pak bolehkan kita bertukar-pikiran untuk saling mengenal mengenai ajaran kita masing-masing”? Bapak itu dengan senang hati berkata: “ya mas, boleh saya senang berdiskusi”. Kemudian saya katakan bahwa dalam iman Kristen keselamatan itu pasti, bukan karena banyaknya perbuatan baik yang kita lakukan, sebab sebanyak apapun perbuatan baik yang kita lakukan akan tercemar dengan satu kali saja perbuatan jahat. Oleh karena itu Allah tahu bahwa manusia tidak akan sanggup menyelamatk...selengkapnya » |
Beberapa waktu yang lalu, saya memesan ojek aplikasi. Sepanjang perjalanan, saya dan driver ojek tersebut berbincang-bincang. Di tengah-tengah perbincangan kami, tiba-tiba driver tersebut bertanya mengenai pekerjaan saya. Kemudian saya katakan bahwa saya bekerja sebagai rohaniwan di gereja. Driver ojek tersebut berkata, bahwa semua agama itu sama, baik Kristen maupun Muslim. Dalam waktu yang singkat tersebut, saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk memberitakan kabar baik kepadanya. Kemudian saya berkata kepadanya,“oh begitu ya pak, maaf bolehkan saya bertanya?. Apakah di ajaran Bapak [orang Kedar] ada jaminan kepastian untuk masuk ke dalam surga Pak”?. Bapak tersebut menjawab, bahwa jaminan masuk surga itu ditentukan oleh banyaknya perbuatan baik yang dilakukan, dan itu kembali kepada keputusan Allah. Sebagai umat-Nya, hanya bisa pasrah saja atas keputusan-Nya tersebut. Kemudian saya menanggapi pernyataan Bapak tersebut dengan berkata:” Pak bolehkan kita bertukar-pikiran untuk saling mengenal mengenai ajaran kita masing-masing”? Bapak itu dengan senang hati berkata: “ya mas, boleh saya senang berdiskusi”. Kemudian saya katakan bahwa dalam iman Kristen keselamatan itu pasti, bukan karena banyaknya perbuatan baik yang kita lakukan, sebab sebanyak apapun perbuatan baik yang kita lakukan akan tercemar dengan satu kali saja perbuatan jahat. Oleh karena itu Allah tahu bahwa manusia tidak akan sanggup menyelamatkan dirinya sendiri dengan usaha dan perbuatan baiknya. Maka Allah harus menjadi manusia, yang dikenal dengan nama Isa Al-Masih. Tujuannya adalah supaya manusia bisa menerima keselamatan melalui pengorbanan-Nya. Dalam kesempatan tersebut, saya menekankan bahwa keselamatan yang pasti hanya di dalam Isa Al-Masih. Saya bersyukur, walaupun orang tersebut belum menerima Yesus sebagai Tuhan, paling tidak saya sudah memberitakan kabar baik kepadanya. Saya merasa senang karena responnya cukup baik dalam menanggapi pernyataan saya tersebut.
Filipus seorang murid dari Tuhan Yesus, meresponi dengan baik panggilannya untuk memberitakan Injil kepada seorang sida-sida dari Etiopia. Roh Allah membawa dirinya untuk bertemu dengan sida-sida tersebut; karena Allah melihat sida-sida tersebut memiliki kerinduan untuk mengenal keselamatan dan Allah yang benar. Hasilnya, ketika Filipus menjelaskan Injil keselamatan kepadanya, sida-sida tersebut menjadi percaya kepada Yesus dan seketika itu juga dibaptis. Akibatnya, Injil menjadi tersebar di wilayah Ethiopia karena satu orang yang telah diselamatkan tersebut.
Yang dapat kita pelajari dari peristiwa di atas adalah, bahwa seringkali Tuhan membawa orang percaya untuk berjumpa dengan seseorang yang sedang membutuhkan kabar keselamatan. Namun tidak sedikit yang melewatkan kesempatan tersebut, mungkin karena kurang peka dan juga tidak terlalu antusias untuk memberitakan kabar keselamatan. Padahal esensi utama panggilan orang percaya adalah untuk menjadi saksi, memberitakan keselamatan di dalam Yesus Kristus. Ladang sudah menguning, tuaian begitu banyak, dan tuaian itu sebenarnya tidak jauh, mungkin juga sedang ada bersama-sama dengan kita. Mari kita menyadari tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang percaya, yakni untuk memberitakan kabar baik kepada setiap orang yang belum percaya dan belajar peka terhadap tuntunan Tuhan.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
FOLLOW OUR INSTAGRAM |
|
|
|
|
|
|
|